6 Cara Budidaya Tanaman Sagu (Panduan Lengkap)

Diposting pada

Sebelum membahas mengenai Cara Budidaya Tanaman Sagu! Tahukan anda mengenai tanaman sagu, Hampir seluruh masyarakat Indonesia pastinya tahu jika sagu merupakan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh orang Maluku dan Papua. Selain berguna untuk makanan pokok, sagu juga sering digunakan sebagai bahan penyedap makanan dan sebagai bahan gula cair.

6 Cara Budidaya Tanaman Sagu (Panduan Lengkap)
6 Cara Budidaya Tanaman Sagu (Panduan Lengkap)

Akan tetapi, meski tanaman sagu lebih banyak dikonsumsi oleh orang Maluku dan Papua, sentra penanaman tanaman sagu juga bisa ditemukan di beberapa daerah misalnya di Kalimantan dan Sulawesi.

Tanaman sagu yang paling banyak ditanam dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia biasanya yang berjenis Metroxylon spp. Jenis tersebut kebanyakan ditanam di daerah Riau dan Maluku.

Mengingat tanaman ini lebih banyak dibudidayakan di daerah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua, maka akan lebih baik lagi jika tanaman ini bisa dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Cara Budidaya Tanaman Sagu dibutuhkan teknik dan cara khusus agar tanaman ini bisa membuahkan budidaya yang berhasil. Apalagi, tanaman sagu ini juga dalam hal pertumbuhannya tidak sama dengan tanaman lain.

Baca Juga : Syarat Tumbuh Tanaman Sagu

Cara Budidaya Tanaman Sagu

Cara budidaya tanaman sagu yang baik pastinya harus menyesuaikan tanaman jenis tanah ataupun kondisi lingkungan di sekitar tempat penanaman.

Umumnya, tanaman sagu tergolong sebagai tanaman yang hidup di daerah rawa berair tawar di sekitara sungai. Dengan ekosistemnya yang seperti ini, tidak mustahil jika tanaman ini memang membutuhkan konsumsi air yang banyak.

Kemudian, tanaman sagu juga akan lebih bagus dalam pertumbuhannya bila tanah yang digunakan menanam adalah tanah yang mempunyai kandungan organik cukup tinggi.

Kandungan organik pada tanah ini biasanya berhubungan dengan fosfat, kalsium, magnesium, dan potasium. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut cara pembibitan dari tanaman sagu beserta proses budidayanya hingga panen, simak penjelasannya berikut :

1. Pengadaan Bibit Sagu

Berkenaan dengan metode penanaman, ada dua jenis metode penanaman yang bisa diaplikasikan. Pertama, bisa menggunakan metode generatif. Metode ini sering disebut dengan perbanyakan melalui biji.

Sedangkan, untuk metode vegetatif, metode ini dilakukan dengan perbanyakan menggunakan bibit anakan yang menempel di pangkal dari batang induk.

Pengadaan Bibit Sagu
Pengadaan Bibit Sagu

Pada metode generatif, syarat bibit yang digunakan adalah biji yang berasal dari buah yang sudah tua. Selain itu, buah tersebut sebaiknya diambil dari pohon induk yang ukurannya tidak terlalu besar atau kecil, sehat, dan bertunas.

Kemudian, pada pembibitan dengan metode vegetatif, diambil dari tunas pohon yang umurnya tidak sampai 1 tahun. Ukuran diameternya sekitar 13 cm, tingginya kurang lebih 1 meter, serta mempunyai daun sebanyak 4 helai.

Selanjutnya, dalam pengadaan bibit secara vegetatif ini, lakukan dengan mengambil dangkel yang ada di permukaan bagian atas.

Potong bagian kiri dan kanan tanpa membuang bagian akarnya. Dangkel yang sudah dipotong itu lantas dibersihkan dan ditaruh pada tempat yang terkena cahaya matahari selama 1 jam.

2. Penyemaian dan Pembibitan Tanaman Sagu

Dikarenakan proses pembibitan tanaman sagu bisa menggunakan dua metode, maka proses penyemaiannya juga bisa menggunakan dua metode pula, namun kali ini akan dijelaskan penyemaian dengan metode generatif.

Pada penyemaian dengan metode generatif, siapkan wadah yang mempunyai ukuran tinggi 40 cm, panjang kurang dari 2 meter, serta lebarnya 1,5 cm. Isikan campuran pasir dan serbuk gergaji pada sepertiga dari wadah tersebut.

Jarak penyemaian antar bibit semai diusahakan sekitar 10 x 10 atau 15 x 15 cm. Jika tanaman sudah mempunyai daun sejumlah 3 helai dengan usia 1-2 bulan, maka bibit tanaman yang disemai bisa dipindahkan ke bedengan pembibitan.

Dalam pembibitan di media bedengan ini, tanah terlebih dulu digemburkan sedalam 60 cm dan diberikan pupuk. Setelah itu, bedengan dibuat dengan ukuran tinggi 30 cm, lebar 1,25 m, dan jarak antar bedengan 50 cm.

Bibit semai juga membutuhkan teknik pemeliharaan yang sesuai untuk pengendalian bila mana bibit semai tumbuh dengan tidak baik. Proses pemeliharaan bibit semai ini terdiri dari penjarangan pada usia tanaman 1 bulan.

Kemudian, kelembaban tanah harus dijaga dengan kisaran 90%. Bibit semai harus diberikan naungan dan penyiraman dilakukan secara rutin. Bila usia bibit semai sudah mencapai 6-12 bulan, maka bisa dipindahkan ke media tanam.

3. Persiapan dan Pengolahan Media Tanam

Dalam mempersiapkan lahan media tanam, petani harus mengetahui jika tanaman sagu lebih baik ditanam pada awal-awal musim hujan. Oleh karenanya, proses pengolahan lahan harus dilakukan sebelum proses penanaman dilakukan.

Langkah persiapan pertama dilakukan dengan membersihkan lahan tanam dari tanaman sagu. Setiap  tanaman yang mengganggu dan tumbuh di lahan tersebut harus disingkirkan supaya nantinya tidak  merebut nutrisi tanah dari tanaman sagu.

Langkah selanjutnya, pembuatan bedengan tanaman yang dilakukan dengan pembuatan blok. Ukuran blok biasanya sebesar 400 x 400 m dan ditengah-tengah blok akan dibuat 3 macam kanal. Kanal tersebut adalah kanal utama, kanal sekunder, dan kanal tersier.

Kanal utama merupakan kanal yang digali secara tegak lurus dari sungai dengan jarak antar kanalnya 800 m. Manfaat adanya kanal utama ini adalah untuk tempat mengalirnya air yang berasal dari sungai ke blok-blok.

Kemudian, kanal sekunder digali secara tegak lurus dengan kanal utama yang berguna untuk jalur transportasi bagi sagu dari kebun atau kanal tersier ke kanal utama. Sedangkan, kanal tersier digali pada bagian tengah di antara blok-blok yang berseberangan dan berguna untuk jalur transportasi dari kebun sagu ke kanal utama atau ke kanal sekunder.

Sistem kanal pada budidaya tanaman sagu ini sebenarnya ditujukan untuk infrastruktur sistem budidaya. Apalagi kebun sagu biasanya berupa daerah berawa yang dipengaruhi oleh pasang surut. Persiapan terakhir, jangan lupa juga untuk membuat sistem drainase dengan lebar sekitar 1 meter.

4. Penanaman Tanaman Sagu

Setelah lahan media tanam sudah dipersiapkan dan diolah, proses menanam tanaman sagu menjadi langkah berikutnya. Proses menanam dengan sistem blok pada tanaman sagu membutuhkan jarak tanam antara 8-10 meter.

Untuk tiap-tiap jenis sagu yang berbeda juga mempunyai jarak tanam yang tidak sama, misalnya pada sagu tuni, jarak tanamnya sekitar 8 x 8 m, sedangkan pada sagu ihur, jarak tanamnya sekitar 9 x 9 m. Dengan ukuran jarak tanam tersebut, maka tanaman sagu yang bisa ditanam dalam satu hektar tanah maksimal 150  tanaman.

Pembuatan lubang tanam diusahakan dibuat pada 1 minggu sebelum proses menanam berukuran sekitar 30 x 30 x 30 cm. Tanah hasil galian bagian atas dipisahkan dengan tanah bagian bawah, kemudian dibiarkan selama beberapa hari terlebih dulu.

Lalu, cara menanam tanaman dilakukan dengan membenamkan dangkel pada lubang tanam. Lantas dibenamkan dengan tanah sampai bagian leher dari tanaman. Tanaman harus diberikan penyangga atau disebut dengan sampiang yang diletakkan secara menyilang pada bagian depan batang tanaman.

Tanaman sagu yang baru ditanam sangat mengandalkan keberadaan air. Oleh karenanya, pasokan air juga harus diperhatikan di sekitar lokasi tanam. Kalau bisa, lakukan penanaman pada masa awal musim hujan sehingga masalah ketersediaan air akan lebih mudah teratasi.

Dalam budidaya tanaman sagu, banyak yang mengatakan jika budidaya tanaman ini tergolong efisien bila dibandingkan dengan tanaman yang lain. Hal ini dikarenakan tanaman ini hanya membutuhkan sekali proses tanam tanpa peremajaan dan hanya perlu mengelola jumlah anakan.

5. Pemeliharaan Tanaman Sagu

Dalam setiap budidaya tanaman, akan ada satu tahapan dimana bertujuan untuk menjaga kualitas dan merawat tanaman yang disebut dengan tahapan pemeliharaan tanaman.

Pada tanaman sagu, langkah pemeliharaan yang dilakukan tidak begitu berbeda dengan tanaman lainnya. Secara umum, langkah pemeliharaannya terdiri dari pengendalian gulma serta pengendalian hama dan penyakit.

  • Pengendalian Gulma

Adanya gulma atau tanaman pengganggu pada budidaya tanaman sagu, tentunya tidak boleh dibiarkan. Tanaman gulma ini akan lebih mudah menyebabkan kebakaran pada lahan tanaman sagu.

Selain itu, gulma juga akan membuat tanaman sagu kehilangan nutrisinya akibat bersaing mendapatkan nutrisi pada tanah dengan tanaman gulma tersebut.

Dalam melakukan pengendalian gulma, petani bisa membasminya dengan mencabut secara manual (dengan tangan), dengan bantuan sabit, dan cangkul.

Selain itu, bisa juga melakukan pengendalia gulma dengan bantuan herbisida. Tanaman gulma yang sudah dicabuti tersebut bisa ditimbun untuk jadi pupuk kompos.

Akan tetapi, apabila tanaman gulma itu berpenyakit, maka tanaman itu sebaiknya dibakar dan abunya pun bisa dijadikan pupuk kompos.

  • Pengendalian Hama dan Penyakit

Selain adanya gulma, hama dan penyakit juga menjadi salah satu masalah penting dalam budidaya tanaman sagu. Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang umumnya menghinggapi tanaman sagu. Jenis penyakit yang sering menyerang tanaman sagu meliputi penyakit bercak kuning yang disebabkan oleh Cercospora.

Sementara itu, hama pada tanaman sagu yangs seringkali muncul adalah kumbang sagu, ulat daun artona, dan babi hutan.

Cara penanganan hama tersebut bisa disesuaikan dengan jenisnya. Rata-rata pengendalian dilakukan secara biologis atau mekanis.

  • Pemupukan

Proses pemupukan pada tanaman sagu bisa dilakukan sekali hingga dua kali dalam setahun. Apabila dilakukan sekali dalam satu tahun, maka pemberian pupuk dilakukan pada awal-awal musim hujan. Tetapi, bila dilakukan 2 kali dalam setahun, maka proses pemupukan dilakukan saat awal dan akhir dari musim hujan.

Cara pemberian pupuk yaitu dengan melingkar di sekeliling rumpun tanaman. Kemudian, untuk jenis pupuk yang lebih sering digunakan biasanya berupa pupuk urea, fosfat, TSP, KCl, dan Kieserite. Pemberian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan dosis yang telah ditentukan.

6. Proses Panen Tanaman Sagu

Usia yang pas untuk proses panen sagu umumnya saat tanaman berusia 7 tahun ditandai dengan batang yang membengkak serta pelepah daun sagu menjadi putih.

Proses memanen ini dimulai dengan membersihkan jalan untuk masuk ke rumpun tanaman sekaligus membersihkan batang tanaman yang dipotong.

Proses Panen Tanaman Sagu
Proses Panen Tanaman Sagu

Pemotongan tanaman sagu dilakukan sedekat mungkin dengan bagian akar menggunakan bantuan mesin pemotong. Kemudian, batang pohon dibersihkan lagi dari adanya pelepah dan hanya menyisakan gelondongan batangan sagu berukuran 6 hingga 15 meter.

Potong-potong gelondongan itu dengan ukuran masing-masing 1-2 meter supaya lebih mudah dalam proses pengangkutannya.

Begitulah cara budidaya tanaman sagu yang bisa dilakukan oleh para petani yang berminat untuk membudidayakannya.

Tanaman sagu memang belum dibudidayakan secara merata di Indonesia. Dengan adanya penjelasan cara budidaya ini, setidakanya diharapkan agar budidaya tanaman sagu bisa lebih tersebar di seluruh Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *