Jenis Alat Perontok Padi yang Biasa Digunakan Petani Padi Indonesia

Diposting pada

Tahukah Anda tentang Jenis Alat Perontok Padi yang Biasa Digunakan Petani Padi Indonesia? Padi, salah satu makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, umumnya ditanam di sawah atau ladang pertanian.

Umumnya, petani akan menanam padi sekurang-kurangnya dua kali, hingga tiga kali dalam kurun waktu satu tahun.

Setelah padi berumur kurang lebih 95 hari atau tiga bulan, biasanya padi mulai menunjukkan tanda-tanda untuk siap dipanen.

Tanda-tanda umum padi sudah siap panen adalah: daun padi sudah mulai mengering dan menguning dan kadar air gabah berkisar antara 21 – 26 % (cara mengetahuinya adalah dengan meremas malai padi menggunakan tangan).

Usia tanaman padi yang siap dipanen dapat berbeda-beda, ada yang sekitar 100 hingga 120 hari, semuanya tergantung dari jenis padi yang ditanam dan lingkungan di sekitarnya. (Baca Juga : Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi)

Panen padi biasanya dilakukan secara beregu. Setelah padi dipanen, petani harus segera merontokkan padi tersebut supaya mutu dan kualitas padi tetap terjaga.

Hasil panen padi akan dimasukkan ke dalam karung-karung yang kemudian akan dirontokkan dengan alat-alat perontok (thresher).

Berikut ini adalah ulasan mengenai jenis-jenis alat perontok padi (tresher) yang biasa digunakan oleh petani padi di Indonesia.

Jenis-jenis Alat Perontok Padi

1. Gebot

Alat Perontok Padi
Alat Perontok Padi

Merontokkan padi dengan cara digebot merupakan cara yang tradisional dan sederhana karena dilakukan secara manual. Pekerjaan gebot ini sangat kental dengan kandungan budaya dan aspek sosial petani di pedesaan.

Kapasitas panen dengan cara digebot berkisar antara 0,10 hingga 0,16 hektar per jam, atau 28 – 34 kilogram/orang/jam).

Syarat menggunakan metode gebot adalah, padi dipanen dengan malai yang panjang agar dapat dipegang dengan tangan saat digebot.

Baca Juga : Tanda Tanaman Padi Siap Panen

2. Thresher

Alat Perontok Padi
Alat Perontok Padi

Di Indonesia, penggunaan thresher mulai populer di masyarakat pada tahun 1970-an. Dengan diperkenalkannya alat ini, serta melalui kebijaksanaan program “Supra Insus” sehingga hanya dalam waktu lima tahun yaitu pada tahun 1979, Indonesia dikenal menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia dan mampu berswasembada beras pada tahun 1984.

Thresher ini pun banyak sekali jenis dan modelnya, berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Jenis-jenis thresher yaitu sebagai berikut:

  • Pedal Thresher

Pedal thresher merupakan mesin perontok padi yang dapat dibuat sendiri oleh para petani karena konstruksinya yang sederhana, dan dapat dioperasikan hanya oleh satu orang saja.

Alat ini dapat dibuat dengan bahan-bahan bekas sehingga dapat menghemat biaya produksi. Kelebihan dari alat ini adalah, menghemat tenaga (cukup satu orang saja), menghemat waktu, pengoperasiannya mudah dan sederhana, mengurangi susut panen, dan kapasitas hasilnya adalah 75 – 100 kilogram per jam.

Langkah-langkah penggunaan alat ini adalah: 1) menggelar alas (anyaman bambu atau tikar) sebagai wadah penampung rontokan padi, 2) pedal thresher diletakkan di atas alas tersebut, 3) menggerakan pedal thresher dengan cara menginjak pedal dengan kaki naik – turun sehingga poros dapat terputar, 4) arahkan putaran silinder perontok berlawanan dengan posisi operator, 5) pegang tangkai jerami dan tekan bagian ujung padi, 6) bersihkan gabah lalu masukkan ke dalam karung-karung.

  • Power Thresher

Power thresher adalah alat perontok padi yang digerakkan menggunakan bantuan mesin. Keunggulan dari alat ini dibandingkan dengan alat lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.

Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan padi dan pembersihannya sehingga dapat menghemat  banyak waktu.

Terlebih lagi, power thresher dapat mengurangi jumlah kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan butir gabah sehingga petani dapat memperoleh nilai jual yang lebih tinggi.

Langkah-langkah penggunaan alat ini adalah:

  • Padi yang ada butirannya ditekankan ke dalam alat perontok,
  • setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai yang diinginkan,
  • Jerami akan terhisap ke dalam putaran silinder, kemudian jerami akan berputar di dalam ruang perontok dan berakhir di pintu pengeluaran jerami,
  • Butiran padi yang rontok akan jatuh melalui saringan perontok, sedangkan jerami akan terdorong ke pintu pengeluaran jerami,
  • Butiran hampa atau benda asing lainnya akan tertiup dan terbuang melalui pintu pengeluaran kotoran,
  • butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu pengeluaran padi bernas.

Dalam penanganan panen padi, salah satu permasalahan yang masih sering dihadapi adalah tingginya angka kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras.

Sebaiknya, selama proses perontokan padi, dianjurkan untuk menggunakan alas dari ayaman bambu atau tikar, sehingga gabah hasil perontokan mudah untuk dikumpulkan kembali.

Seusai gabah dirontokkan, dilakukan pembersihan dari kotoran gabah yang hampa dan benda-benda asing lainnya. Pembersihan gabah juga akan meningkatkan efisiensi dari pengolahan hasil, yaitu meningkatkan waktu daya simpan padi dan harga jual per satuan berat.

Demikianlah penjelasan dan ulasan mengenai jenis-jenis alat perontok padi yang biasa digunakan petani padi di Indonesia. Semoga hasil pertanian yang sedang Anda kerjakan memperoleh keuntungan yang melimpah. Semoga bermanfaat.

Baca Juga : Cara Budidaya Tanaman Padi