Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Akar Tuba

Diposting pada

Tahukah anda Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Akar Tuba? Pernahkah para pembaca mendengar tanaman yang bernama akar tuba atau yang seringkali hanya disebut tuba oleh masyarakat umum.

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Akar Tuba
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Akar Tuba

Tanaman akar tuba sendiri merupakan tanaman yang berasal dari kepulaun di sekitar area Pasifik barat-daya dan juga Asia Tenggara. Pada umumnya, tanaman akar tuba digunakan sebagai bahan untuk meracun ikan.

Di Indonesia tanaman tuba dikenal dengan nama lain yaitu akar tuba, namun setiap daerah memiliki panggilan masing-masing untuk tanaman yang satu ini.

Inilah beberapa contoh pemanggilan tanaman tuba yang berbeda-beda di tiap tempat: dalam Bahasa Sunda tuba sering disebut sebagai areuy kidang dan tuwa laleur; sedangkan di daerah Jawa, masyarakat akan menggunakan berbagai julukan seperti tungkul, jenu, dan jelun.

Di seputar Madura, tanaman tuba dikenal dengan sebutan mombul, jheno, dan tobha; kemungkinan besar daera-daerah yang lain juga memiliki julukannya sendiri untuk memanggi tanaman ini.

Namun, ya, kami tidak mungkin menyebutkan satu-persatu. Selanjutnya, Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, kegunaan terbesar dari tanaman ini merupakan olahan racun yang digunakan secara tradisional oleh para nelayan untuk menangkap ikan.

Tuba memiliki kandungan zat beracun yang pada jaman dahulu dikenal dengan nama derrids, namun saat ini penyebutannya sendiri (racun) telah berubah menjadi rotenona.

Bahan berbahaya ini rupanya ditemukan pada akar tanaman tuba – terutama pada kulit akar. Kandungan dari zat rotenona diperkirakan berkisar antara dua-setengah hingga tiga persen. Lalu, bagaimana pengolahan akar tuba agar dapat difungsikan sebagai sebuah racun?

Pertama, para pembaca haruslah menggali dan memotong akar dari tanaman tuba, lalu setelahnya keringkan akar tersebut selama beberapa hari (berkisar antara tiga hingga empat hari lamanya).

Lalu langkah selanjutnya adalah menumbuk akar-akar tersebut dan mencapurnya dengan air; sekali dicampur, maka ramuan akan berwujud bak susu putih. Maka, setelah ramuan jadi, para pembaca dapat menaburkannya di seputar lubuk sungai.

Apa yang akan terjadi dengan ikan-ikan yang menelan ramuan dari akar tuba ini? Ikan-ikan yang sengaja tak sengaja menelannya akan mabuk dan mengambang di atas air.

Maka, dapat kita bayangkan, bahwa hal ini akan menjadi sebuah pesta rakyat yang besar. Bagaimana tidak? Para nelayan akan dengan sangat mudahnya menangkap ikan-ikan yang “mabuk ini” tanpa perlu terlalu bersusah payah.

Namun, meskipun metode penangkapan ikan ini “terdengar” berbahaya, pada kenyataannya hal itu tidaklah terlalu benar. Karena pada dasarnya, ramuan ini akan sepenuhnya menghilang dari sungai setelah beberapa hari sejak penaburan.

Semakin deras aliran sungai, maka kecepatan pemulihan dari sungai itu sendiri juga akan semakin cepat. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena akar tuba merupakan ramuan tradisional yang tidak melibatkan berbagai bahan kimia berbahaya lainnya.

Karena kemutakhiran akar tuba tersebut, di era modern saat ini, pengolahan dari akar tuba tidak hanya berfungsi sebagai racun ikan, namun juga dimanfaatkan sebagai insektisida yang membantu membasmi hama layaknya ulat dank utu-kutu perkebunan.

Kalau begitu, langsung saja kita masuk ke pembahasan kita yang lebih dalam mengenai klasifikasi dari tanaman akar tuba.

Klasifikasi Tanaman Akar Tuba

Berikut ini kita akan memperlajari klasifikasi tanaman akar tuba:

  • Kingdom : Plantea
  • Sub Kingdom : Viridiplantea
  • Infra Kingdom : Striptophyta
  • Super Devisi : Embryophyta
  • Devisi : Tracheophyta
  • Sub Devisi : Spermatophytina
  • Kelas : Magnoliopsida
  • Super Ordo : Rosanae
  • Ordo : Fabales
  • Famili : Fabaceae
  • Genus : Paraderris (Miq.) R. Geesink
  • Species : Paraderris Elliptica (Wall.) Adema

Setelah ini, kami akan memberikan penjelasan lengkap mengenai morfologi dari tanaman akar tuba ini.

Morfologi Tanaman Akar Tuba

1. Batang

Batang dari tanaman akar tuba ini berkayu, ia mampu membelit dan merambat hingga ke ketinggian berkisar sepuluh meter.

Bantang kayunya memiliki ranting-ranting yang memiliki lensitel serupa jerawat dan berwarna cokelat tua (pada ranting yang telah tua).

2. Daun

Daunnya menyebar luas, dengan karakteristik majemuk menyirip ganjil. Pada umumnya daun pada tanaman akar tuba beranak daun mulai dari tujuh hingga lima belas helai.

Anak-anak daun ini bertangkai pendek, memiliki sisi berwarna kebiruan atau keabu-abuan. Daunnya sendiri saat masih muda akan dihiasi dengan warna cokelat-ungu.

3. Bunga

Bunga akar tuba memiki tangkai berukuran kurang lebih dua belas hingga dua-puluhan enam sentimeter, bunganya berkumpul pada tandan, dan memiliki rambut sumbu yang cukup rapat.

Tinggi dari kelopak bunganya berkisar antara enam hingga delapan milimeter, berbentuk cawan, dan memiliki rambut berwarna cokelat yang rapat. Mahkotanya memiliki warna hijau dan ros pucat, berbentuk oval lebar hinga bundar telur.

4. Buah

Akar tuba memiliki buah polong yang membentuk oval hingga memanjang, memiliki panjang sekitar tiga-setengah hingga tujuh sentimeter (panjang) dan lebar berkisar dua sentimeter.

Buahnya tidak membuka dan bersayap di daerah sekitar tepi bagian bawah. Memiliki biji yang berjumlah mulai dari satu hingga dua; jumlah biji lebih dari itu tergolong jarang terjadi.

Kesimpulan

Tuba merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Fabaceae dengan nama latin Paraderris elliptica (Wall.) Adema. Tanaman tuba memiliki racun pada akarnya, racun ini seringkali digunakan sebagai bahan untuk meracun ikan di perairan.

Batang tanaman tuba berkayu dan mampu untuk membelit dan merambat, daun tanaman ini adalah daun majemuk dan berwarna kebiruan dan keabuabuan, bunga tanaman tuba berkumpul pada tandan dan memiliki rambut sumbu, dan tanaman ini memiliki buah polong yang membentuk oval hingga memanjang.