Pengertian, Penyebab dan Contoh Pergerakan Tanah

Diposting pada

Pengertian Pergerakan Tanah

Secara umum, pergerakan tanah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas perpindahan material pembentuk lereng, yaitu berupa batuan, tanah, bahan rombakan atau campuran antara batuan, tanah serta bahan rombakan, bergerak ke bawah atau ke luar lereng.

Pengertian, Penyebab dan Contoh Pergerakan Tanah
Pengertian, Penyebab dan Contoh Pergerakan Tanah

Menurut Skempton dan Hutchinson, pergerakan tanah didefinisikan sebagai sebuah gerakan yang menuruni lereng oleh tanah serta batuan yang menyusun lereng dimana gerakan ini diakibatkan oleh terganggunya kestabilan tanah serta batuan penyusun lereng tersebut.

Sedangkan menurut Karnawati, gerakan tanah adalah salah satu proses geologi dimana proses geologi ini bisa terjadi karena akibat dari interaksi beberapa kondisi yaitu geomorfologi, hidrogeologi, tata funa lahan serta struktur geologi.

Kondisi ini saling berpengaruh yang mengakibatkan lereng menjadi cenderung bergerak.

Ada beberapa tanda-tanda atau gejala apabila terjadi gerakan tanah, yakni muncul retakan tarik dan kerutan-keruran pada permukaan lereng, serta tiang listrik dan pipa menjadi patah, pepohonan miring, perlengkapan jalan seperti pagar pengaman, saluran drainase menjadi rusak, dinding penahan tanah menjadi retak bahkan miring ke depan, bangunan-bangunan menjadi retak hingga tidak berdiri kokoh lagi, dan lain sebagainya.

Baca Juga : Pengertian Lipatan Tanah

Penyebab Pergerakan Tanah

Penyebab pergerakan tanah bisa berupa proses alamiah, proses non alamiah atau kombinasi keduanya.

Nah, Penyebab pergerakan tanah tersebut adalah curah hujan, getaran, penambahan beban, pengikisan/erosi lateral sungai, aktivitas manusia, susut muka air danau atau bendungan dan daerah pembuangan sampah.

1. Curah Hujan

Hujan yang dapat memicu terjadinya pergerakan tanah adalah hujan yang memiliki curah tertentu serta berlangsung dalam periode waktu tertentu.

Mekanisme hujan dalam memicu pergerakan tanah yaitu melalui 4 tahapan berikut ini :

  • Kejadian hujan keras;
  • Proses infitrasi air hujan ke dalam lereng;
  • Air tanah dalam lereng naik dan otomatis merupakan pengurangan kuat geser tanah atau batuan pada lereng;
  • Proses pergerakan massa tanah dalam lereng.

Dari keempat mekanisme tersebut dapat dilihat bahwa pergerakan tanah adalah akibat dari naiknya muka air tanah dalam lereng.

2. Bekas Longsoran Lama

Pergerakan tanah atau longsoran lama biasanya terjadi pada saat terjadi pengendapan maupun setelah terjadi pengendapan.

Pengendapan tersebut terdiri dari pengendapan material gunung berapi di lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan di kulit bumi.

Ada beberapa ciri-ciri bekas longsoran lama yaitu sebagai berikut ini:

  • Pada umumnya dapat dijumpai mata air pada bekas longsoran lama serta pohon-pohon yang relatif tebal karena bekas longsoran tersebut tanahnya gembur serta subur;
  • Pada bekas longsoran lama dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah;
  • Biasanya longsoran lama tersebut cukup luas areanya
  • Pada longsoran yang lama terdapat tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tepal kuda.

3. Getaran

Selain curah hujan, getaran juga dapat menyebabkan terjadinya pergerakan tanah karena getaran memicu longsoran.

Getaran dapat memicu longsoran dengan cara memutuskan hubungan antar butir artikel batuan di lereng.

Getaran dapat menambah gaya penggerak dan sekaligus gaya penahan.

Nah, Getaran yang memicu pergerakan tanah contohnya adalah gempa bumi, getaran mesin, getaran lalu lintas kendaraan dan kereta api serta ledakan.

4. Penambahan Beban

Penambahan beban dapat memicu terjadi pergerakan tanah misalnya adalah penambahan beban bangunan pada lereng.

Selain itu, meningkatnya jumlah kendaraan besar seperti truk yang melewati jalan akan menyebabkan terjadi pergerakan tanah karena memperbesar gaya pendorong terjadinya pergerakan tanah, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah.

Semakin meningkat jumlah kendaraan besar yang melewati jalan dan penambahan beban bangunan pada lereng maka akibatnya sering terjadi penurunan tanah disertai dengan retakan ke arah lembah.

5. Pengikisan/Erosi Lateral Sungai

Pengikisan  yang terjadi karena air sungai ke arah tebing dapat menyebabkan terjadinya pergeseran tanah.

Selain itu, aktivitas pengundulan hutan di sekitar tikungan sungai mengakibatkan tebing akan terjal.

6. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia yang dapat memicu pergerakan tanah contohnya adalah mengubah tata guna lahan.

Pembukaan hutan secara sembarang sebagai contoh adalah untuk pembukaan hutan untuk persawahan dengan irigasi, perladangan, penanaman jenis pohon yang terlalu berat dan terlalu rapat jarak antar pohonnya tersebut, pemotongan tebing untuk membuka jalan raya dan lain sebagainya merupakan penggunaan lahan yang biasanya dijumpai pada daerah longsor.

7. Susut Muka Air Danau atau Bendungan

Apabila terjadi susutnya air muka danau atau bendungan yang terlalu cepat maka menyebabkan hilangnya gaya penahan lereng sehingga mengakibatkan terjadi pergerakan tanah serta penurunan tanah yang biasanya disertai dengan retakan.

8. Daerah Pembuangan Sampah

Daerah pembuangan sampah dapat menyebabkan longsor apabila daerah pembuangan sampah tersebut terletak di tanah yang lapisan tanahnya rendah dan volume sampah juga sangat banyak.

Longsor juga bisa terjadi apabila pada daerah pembuangan sampah yang di atas lapisan tanah yang rendah terjadi hujan.

Salah satu contoh bencana longsor yang terjadi akibat hujan lebat di daerah pembuangan sampah di Indonesia adalah di daerah Leuwigajah, Cimahi yang menyebabkan ratusan korban meninggal dunia.

9. Pengundulan Hutan

Pergerakan tanah bisa juga diakibatkan karena terjadinya pengundulan hutan.

Hal ini disebabkan karena daerah yang mengalami pengundulan hutan maka pengikatan air tanahnya sangat kurang.

Contoh Pergerakan Tanah

Ada beberapa contoh pergerakan tanah yaitu longsoran transisi, longsoran rotasi, aliran bahan rombakan, pergerakan blok, runtuhan batu dan rayapan tanah.

Berdasarkan data yang ada, aktivitas pergerakan tanah yang banyak terjadi di Indonesia adalah longsoran transisi dan longsoran rotasi.

Aktivitas pergerakan tanah yang paling banyak memakan korban jiwa di Indonesia adalah aliran bahan rombakan. Mengenai contoh-contoh pergerakan tanah tersebut akan dijelas di bawah ini.

1. Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah  pergerakan tanah yang terjadi karena terjadi pergerakan massa tanah dan batuan pada bidang gelincir yang berbentuk rata atau berbentuk menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Apa itu longsoran rotasi? Longsoran rotasi merupakan salah satu jenis pergerakan tanah yang terjadi karena disebabkan oleh adanya pergerakan massa tanah serta batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

3. Aliran Bahan Rombakan

Aliran bahan rombakan adalah aktivitas pergerakan tanah yang terjadi ketika masa tanah bergerak dan didorong oleh aliran air dimana aktivitas ini terjadi di sepanjang lembah yang jauhnya mencapai ratusan meter.

Kecepatan massa tanah yang bergerak ini bergantung pada kemiringan lereng, tekanan air, jenis materialnya serta volume airnya.

4. Pergerakan Blok

Pergerakan blok ini dapat terjadi karena adanya perpindahan batuan yang bergerak pada bidang yang gelincir berbentuk rata. Jenis Pergerakan blok ini disebut juga longsor translasi blok batu.

5. Runtuhan Batu

Runtuhan batu dapat terjadi karena saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas.

6. Rayapan Tanah

Rayapan tanah merupakan contoh pergerakan tanah yang bergerak lambat serta jenis tanahnya terdiri dari butiran-butiran kasar dan butiran halus. Pergerakan tanah ini hampir tidak dapat dikenal.

Setelah beberapa lama terjadi pergerakan tanah berupa rayapan tanah ini, posisi rumah-rumah, pohon-pohon serta tiang telepon akan miring ke bawah.

Demikianlah pembahasan mengenai Pengertian, Penyebab dan Contoh Pergerakan Tanah. Semoga bisa bermanfaat.

Baca Juga : Tujuan Pengawetan Tanah