Komunikasi adalah proses penting dalam kehidupan manusia yang melibatkan pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan antara individu atau kelompok.
Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli
Para ahli telah mengembangkan berbagai pengertian tentang komunikasi dari berbagai perspektif. Di bawah ini, menjelaskan pengertian komunikasi menurut beberapa ahli yang terkenal:
1. Shannon dan Weaver
Claude Shannon dan Warren Weaver adalah dua ahli yang terkenal dalam bidang komunikasi.
Menurut mereka, komunikasi adalah proses mengirimkan informasi dari satu titik (sumber) ke titik lain (tujuan) melalui saluran yang disebut medium.
Model mereka menggambarkan komunikasi sebagai serangkaian tahapan, termasuk encoding (mengubah informasi menjadi simbol atau pesan), transmisi (pengiriman pesan melalui medium),
dan decoding (penerimaan dan interpretasi pesan oleh penerima).
2. Harold Lasswell
Lasswell menyediakan pendekatan yang lebih berfokus pada substansi pesan. Menurutnya, komunikasi adalah “siapa yang mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan apa hasil?”
Pengertian ini menekankan elemen-elemen penting dalam komunikasi, yaitu sumber pesan, isi pesan, saluran komunikasi, audiens, dan dampaknya.
3. Wilbur Schramm
Schramm mengembangkan pengertian komunikasi yang lebih berorientasi pada interaksi dan pemahaman. Baginya, komunikasi adalah “proses berbagi pemahaman”.
pengertian ini menekankan pentingnya pemahaman bersama dalam komunikasi, yang melibatkan pengirim dan penerima yang berusaha untuk mencapai pemahaman yang serupa tentang pesan yang dikomunikasikan.
4. David K. Berlo
Berlo mengusulkan model komunikasi yang mengintegrasikan faktor-faktor psikologis dalam komunikasi interpersonal.
Menurutnya, komunikasi adalah “proses interaksi sosial yang berarti dimana pesan dilakukan dengan tanda-tanda.”
Pengertian ini menyoroti pentingnya konteks sosial, persepsi, dan pemahaman tanda-tanda dalam komunikasi manusia.
5. Marshall McLuhan
McLuhan dikenal karena konsepnya tentang media dan bagaimana media memengaruhi cara kita berkomunikasi. Dia mengatakan, “Media adalah pesan.”
Pengertian ini menyoroti bagaimana media yang digunakan dalam komunikasi memiliki dampak signifikan pada cara kita memahami dan merespons pesan.
6. Everett M. Rogers
Rogers mengembangkan teori difusi inovasi dan menggambarkan komunikasi sebagai “proses penyebaran ide, praktik, atau produk yang dapat diterima oleh anggota kelompok sosial.”
Pengertian ini menekankan peran komunikasi dalam menyebarkan perubahan dan inovasi dalam masyarakat.
7. Jurgen Habermas
Habermas mengemukakan teori komunikasi yang menekankan pentingnya komunikasi sebagai landasan demokrasi.
Menurutnya, komunikasi adalah “kegiatan berbicara yang merupakan dasar dari pembentukan opini publik dan pengambilan keputusan politik yang adil.”
Setiap pengertian di atas memberikan sudut pandang yang berbeda tentang apa yang merupakan komunikasi.
Namun, kesamaan dalam semua pandangan ini adalah bahwa komunikasi melibatkan pertukaran pesan antara individu atau kelompok,
dan ini adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk memahami, berinteraksi, dan memengaruhi dunia di sekitar kita.
Pengertian yang dipilih untuk digunakan dapat tergantung pada konteks dan tujuan komunikasi yang dimaksud.
Jenis-jenis Komunikasi
Komunikasi adalah inti dari interaksi manusia dan merupakan proses vital dalam berbagai konteks kehidupan. Ada berbagai jenis komunikasi yang dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria.
Berikut jenis komunikasi yang umum:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal melibatkan penggunaan kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Ini adalah jenis komunikasi yang paling umum digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Komunikasi verbal mencakup pembicaraan, diskusi, ceramah, presentasi, percakapan telepon, email, surat, dan banyak bentuk komunikasi lainnya yang menggunakan bahasa.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal melibatkan penggunaan ekspresi wajah, bahasa tubuh, gerakan mata, intonasi suara, dan elemen-elemen lain selain kata-kata untuk mengirim pesan.
Nonverbal ini dapat memberikan tambahan atau memodifikasi pesan yang disampaikan secara verbal. Contohnya adalah senyum, anggukan kepala, gelengan kepala, bahkan jarak fisik antara dua orang dalam komunikasi.
3. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis melibatkan penggunaan teks atau tulisan untuk mengirim pesan. Ini bisa berupa surat, email, pesan teks, catatan, laporan, dan sebagainya.
Komunikasi tertulis sering digunakan dalam situasi di mana pesan perlu diabadikan atau digunakan sebagai referensi.
4. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal terjadi antara dua atau lebih individu dalam sebuah interaksi tatap muka. Ini melibatkan pertukaran informasi, ide, dan perasaan antara individu.
Komunikasi interpersonal mencakup pertemanan, percakapan keluarga, interaksi di tempat kerja, dan interaksi sosial lainnya.
5. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada audiens yang besar dan tidak dapat berinteraksi langsung dengan pengirim pesan.
Hal ini melibatkan penggunaan media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, media sosial, dan lainnya.
Tujuan dari komunikasi massa adalah untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi opini publik, dan memengaruhi perilaku massa.
6. Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis terjadi di dalam konteks organisasi dan bisnis. Ini mencakup pertukaran informasi terkait dengan operasi bisnis, strategi, kebijakan, dan tujuan.
Komunikasi bisnis dapat terjadi dalam bentuk rapat, presentasi, memo, email bisnis, proposal, dan lain-lain. Tujuan utama dari komunikasi bisnis adalah efektivitas dalam menjalankan bisnis dan mencapai tujuan organisasi.
Setiap jenis komunikasi memiliki karakteristik, tujuan, dan strategi yang berbeda.
Pengertian yang baik tentang jenis komunikasi yang tepat untuk situasi tertentu dapat membantu individu atau organisasi dalam mencapai komunikasi yang efektif.
Selain itu, kombinasi dari berbagai jenis komunikasi juga sering digunakan untuk mencapai hasil yang optimal dalam berbagai situasi komunikasi.
Hambatan dalam Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah elemen kunci dalam interaksi manusia, tetapi seringkali terhambat oleh berbagai faktor.
Hambatan dalam komunikasi dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat mengganggu pemahaman yang baik antara pengirim dan penerima pesan. Beberapa hambatan umum dalam komunikasi, diantaranya:
1. Hambatan Linguistik
- Perbedaan Bahasa: Ketika pengirim dan penerima pesan menggunakan bahasa yang berbeda, atau ada istilah teknis yang tidak dimengerti oleh penerima, maka pesan mungkin tidak dipahami dengan benar.
- Kosakata Terbatas: Orang yang memiliki kosakata terbatas atau tidak cukup menguasai bahasa dapat mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide-ide mereka secara jelas.
2. Hambatan Fisik
- Gangguan Suara: Kebisingan, gangguan audio, atau suara latar belakang yang kuat dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mendengar atau memahami pesan dengan baik.
- Gangguan Visual: Cahaya yang buruk, gangguan visual, atau jarak fisik yang jauh dapat menghambat komunikasi nonverbal, seperti bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
3. Hambatan Psikologis
- Persepsi yang Berbeda: Individu yang berbeda dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap pesan yang sama. Ini dapat mengarah pada konflik atau ketidaksepahaman.
- Prasangka dan Stereotip: Prasangka atau stereotip terhadap individu atau kelompok tertentu dapat menghambat komunikasi terbuka dan efektif.
- Stress dan Emosi: Emosi seperti marah, kecemasan, atau ketakutan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan baik.
4. Hambatan Semantik
- Ambiguitas: Pesan yang ambigu atau memiliki banyak arti yang mungkin dapat menghasilkan pemahaman yang salah atau tidak pasti.
- Kesalahan Interpretasi: Ketika penerima pesan menginterpretasikan pesan dengan cara yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh pengirimnya.
5. Hambatan Kultural
- Perbedaan Nilai dan Norma: Perbedaan budaya, nilai, dan norma sosial dapat menghasilkan ketidaksepahaman dalam komunikasi antar budaya.
- Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah: Bahasa tubuh dan ekspresi wajah dapat diinterpretasikan berbeda dalam budaya yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman.
6. Hambatan Teknologi
- Kesalahan Teknologi: Gangguan teknis atau kesalahan dalam komunikasi melalui media digital atau telekomunikasi dapat menghambat komunikasi yang efektif.
- Keterbatasan Media: Media tertentu mungkin tidak dapat menyampaikan seluruh konteks atau nuansa komunikasi dengan baik, seperti dalam pesan teks atau email yang tidak memiliki ekspresi nonverbal.
7. Hambatan Sosial
- Hierarki dan Status: Hierarki atau status yang kuat dalam hubungan sosial atau organisasi dapat menghambat komunikasi terbuka antara berbagai tingkat hierarki.
- Konflik: Konflik interpersonal atau konflik antar kelompok dapat menghalangi komunikasi yang efektif.
Untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi, penting untuk meningkatkan kesadaran akan hambatan-hambatan tersebut dan belajar bagaimana mengatasi atau menghindarinya.
Hal ini dapat melibatkan peningkatan kemampuan berbicara dan mendengar, meningkatkan pemahaman budaya, serta mengelola emosi dan konflik dengan bijak.
Komunikasi yang efektif membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan kesadaran tentang berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam berbagai konteks.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah serangkaian langkah atau tahapan yang terjadi saat pesan dikirimkan dari pengirim (sumber) kepada penerima (audiens).
Proses ini berfungsi untuk mentransfer informasi, gagasan, atau perasaan dari satu entitas ke entitas lainnya.
Terdapat lima proses komunikasi yang mencakup setiap langkah yang terlibat dalam penyampaian pesan secara efektif. Proses komunikasi dijelaskan dibawah ini:
1. Pengirim (Sender)
Proses komunikasi dimulai dengan adanya pengirim atau sumber pesan. Pengirim adalah individu atau kelompok yang ingin menyampaikan pesan kepada audiens.
Langkah pertama adalah merumuskan pesan dengan jelas dan memutuskan bagaimana pesan tersebut akan disampaikan.
Pengirim juga perlu memahami audiensnya dan berusaha menyampaikan pesan sesuai dengan pemahaman dan kebutuhan audiens.
2. Encoding (Pengkodean)
Setelah pesan dibuat, pengirim harus mengonversi pesan tersebut menjadi simbol atau format yang dapat dipahami oleh audiens.
Pengkodean ini dapat melibatkan penggunaan bahasa, gambar, simbol, atau bentuk komunikasi lainnya. Penting bagi pengirim untuk memilih kode yang sesuai dengan audiens dan tujuan komunikasi.
3. Saluran Komunikasi (Channel)
Saluran komunikasi adalah media atau sarana yang digunakan untuk mengirimkan pesan dari pengirim ke penerima.
Saluran ini dapat berupa percakapan langsung, telepon, surat, email, media sosial, presentasi, dan banyak lagi.
Pemilihan saluran yang tepat sangat penting, karena berbagai saluran memiliki karakteristik yang berbeda dan dapat memengaruhi efektivitas komunikasi.
4. Penerima (Receiver)
Penerima adalah individu atau kelompok yang menerima pesan yang dikirim oleh pengirim melalui saluran komunikasi.
Penerima harus dapat memahami pesan yang diterima dengan benar. Proses pemahaman pesan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kemampuan bahasa, latar belakang, nilai-nilai, dan pengalaman penerima.
5. Decoding (Dekode)
Dekode adalah langkah di mana penerima menginterpretasikan pesan yang diterima dari pengirim.
Penerima mencoba untuk mengartikan pesan sesuai dengan pemahamannya dan mencoba mengungkapkan makna pesan tersebut.
Pada tahap ini, penting bagi penerima untuk menjaga kesalahan interpretasi agar makna pesan tidak terdistorsi.
Selain kelima tahapan tersebut, dalam proses komunikasi juga dapat muncul hambatan atau gangguan yang mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Hambatan-hambatan tersebut termasuk hambatan linguistik, hambatan fisik, hambatan psikologis, hambatan semantik, hambatan kultural, hambatan teknologi, dan hambatan sosial.
Proses komunikasi yang baik memerlukan pengirim yang jelas dalam pesannya, pengkodean yang tepat, pemilihan saluran yang sesuai, penerima yang memahami dengan baik, dan dekode yang akurat.
Kesalahan atau hambatan yang terjadi dalam salah satu tahap proses komunikasi dapat menyebabkan kesalahpahaman, konflik, atau ketidakseimbangan dalam hubungan komunikasi.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang setiap tahap proses komunikasi dan kemampuan untuk mengatasi hambatan adalah keterampilan yang sangat penting dalam berkomunikasi secara efektif.
Faktor-faktor Pendukung Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah kunci untuk mencapai pemahaman yang baik dan menghindari kesalahpahaman atau konflik dalam berbagai situasi, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung komunikasi yang efektif. Beberapa faktor utama yang dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, yaitu:
1. Keterampilan Mendengar (Active Listening)
Salah satu faktor terpenting dalam komunikasi efektif adalah kemampuan mendengar secara aktif.
Hal ini mencakup fokus penuh pada pembicara, memahami pesan secara keseluruhan, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan memberikan umpan balik yang memadai.
Dengan mendengarkan secara aktif, Anda menunjukkan kepada pembicara bahwa Anda memperhatikan dan menghargai perspektif mereka, yang dapat meningkatkan pemahaman dan membangun hubungan yang kuat.
2. Pemahaman Konteks
Memahami konteks komunikasi sangat penting. Ini mencakup pemahaman tentang situasi, latar belakang, dan kondisi yang dapat memengaruhi pesan.
Misalnya, dalam komunikasi bisnis, pemahaman tentang tujuan pertemuan atau proyek tertentu, serta dinamika organisasi, sangat penting untuk memastikan pesan disampaikan dengan benar dan efektif.
3. Kemampuan Berbicara yang Jelas (Clarity)
Pengirim pesan harus mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan terstruktur.
Hal ini mencakup penggunaan bahasa yang sederhana, penjelasan yang baik, dan menghindari jargon atau terminologi yang mungkin tidak dipahami oleh penerima.
Penggunaan contoh konkret dan ilustrasi juga dapat membantu pesan menjadi lebih jelas.
4. Empati dan Kesadaran Emosional
Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan dan perspektif orang lain.
Dengan mengembangkan empati, Anda dapat lebih baik memahami audiens Anda, menangkap perasaan mereka, dan merespons dengan sensitivitas.
Kesadaran emosional juga penting, karena itu membantu Anda mengelola emosi Anda sendiri dan orang lain selama komunikasi.
5. Penggunaan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah yang Tepat
Bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata adalah elemen penting dalam komunikasi nonverbal. Mereka dapat mendukung atau mengganggu pesan yang disampaikan.
Misalnya, kontak mata yang kuat dan bahasa tubuh yang positif dapat mengindikasikan minat dan keterbukaan,
sementara bahasa tubuh yang tertutup dan ekspresi wajah yang tidak sesuai dapat menciptakan hambatan dalam komunikasi.
6. Kesesuaian Saluran Komunikasi
Pemilihan saluran komunikasi yang tepat untuk pesan yang ingin disampaikan sangat penting.
Beberapa pesan lebih baik disampaikan melalui pertemuan tatap muka, sementara yang lain mungkin lebih cocok untuk email atau pesan teks.
Pemilihan saluran yang sesuai dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan menghemat waktu.
Selain enam faktor di atas, penting juga untuk menghindari hambatan dalam komunikasi, seperti hambatan linguistik, hambatan fisik, hambatan psikologis,
dan hambatan lain yang dapat mengganggu pemahaman dan merusak proses komunikasi.
Dalam rangka mencapai komunikasi yang efektif, penting untuk menggabungkan semua faktor ini dengan baik.
Hal ini akan membantu dalam membangun hubungan yang kuat, mencapai tujuan komunikasi, dan meminimalkan potensi konflik atau kesalahpahaman.
Seiring berjalannya waktu dan praktik, kemampuan dalam komunikasi efektif dapat ditingkatkan, yang akan menjadi aset berharga dalam berbagai aspek kehidupan.
Konflik dalam Komunikasi
Konflik dalam komunikasi adalah ketidaksetujuan atau gesekan yang muncul saat dua atau lebih individu memiliki pandangan, kepentingan, atau tujuan yang berbeda dalam suatu interaksi komunikasi.
Konflik dapat muncul dalam berbagai situasi, baik dalam konteks pribadi, profesional, atau sosial. Beberapa jenis konflik dalam komunikasi, diantaranya:
1. Konflik Perbedaan Pendapat (Conflict of Ideas)
Konflik perbedaan pendapat terjadi ketika individu atau kelompok memiliki pandangan atau ide yang berbeda tentang suatu masalah atau topik tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang umum terjadi dalam diskusi dan debat.
Konflik semacam ini dapat bersifat konstruktif jika dielaborasi dengan baik, memungkinkan tercapainya solusi yang lebih baik atau pemahaman yang lebih mendalam.
Namun, jika tidak ditangani dengan baik, konflik ini bisa berubah menjadi konflik destruktif yang mengarah pada ketidaksepahaman dan ketegangan.
2. Konflik Kepentingan (Conflict of Interests)
Konflik kepentingan timbul ketika individu atau kelompok memiliki kepentingan yang berlawanan dalam situasi tertentu.
Hal ini sering terjadi dalam lingkungan profesional, seperti persaingan antar-karyawan untuk promosi atau pembagian sumber daya terbatas di perusahaan.
Konflik kepentingan dapat sangat rumit dan memerlukan negosiasi yang cermat untuk mencapai kesepakatan yang adil.
3. Konflik Kepribadian (Personality Conflict)
Konflik kepribadian terjadi ketika perbedaan dalam kepribadian, sikap, atau gaya berkomunikasi antara individu menyebabkan ketidakcocokan atau ketidaknyamanan.
Konflik ini seringkali bersifat emosional dan dapat mengganggu hubungan kerja atau pribadi. Meningkatkan pemahaman tentang perbedaan kepribadian dan komunikasi yang efektif dapat membantu mengatasi konflik ini.
4. Konflik Budaya (Cultural Conflict)
Konflik budaya timbul ketika individu atau kelompok dari latar belakang budaya yang berbeda bertemu dan memiliki norma, nilai, atau ekspektasi yang berbeda dalam komunikasi.
Perbedaan budaya dapat mencakup bahasa, ritual, kebiasaan, dan cara berpikir yang berbeda. Untuk mengatasi konflik budaya, penting untuk mengembangkan pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan budaya.
5. Konflik Komunikasi Nonverbal (Nonverbal Conflict)
Konflik komunikasi nonverbal muncul ketika ekspresi wajah, bahasa tubuh, intonasi suara, atau sinyal nonverbal lainnya tidak sesuai dengan pesan verbal yang disampaikan.
Misalnya, seseorang mungkin mengatakan “iya” dengan kata-kata, tetapi ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka mengindikasikan ketidaksetujuan.
Konflik semacam ini dapat mengakibatkan ketidakjelasan atau ketidakpercayaan dalam komunikasi.
Penting untuk diingat bahwa konflik dalam komunikasi tidak selalu negatif. Konflik yang dikelola dengan baik dapat mengarah pada pertumbuhan, pembelajaran, dan pemecahan masalah yang lebih baik.
Namun, jika tidak ditangani dengan bijak, konflik dapat merusak hubungan dan mengganggu komunikasi yang efektif.
Cara terbaik untuk mengatasi konflik dalam komunikasi adalah dengan meningkatkan keterampilan komunikasi, empati, dan pemahaman tentang perbedaan individu atau kelompok.
Hal ini memungkinkan individu atau kelompok untuk bekerja sama dalam mencari solusi yang baik dan membangun hubungan yang sehat.
Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penting yang melibatkan pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan antara individu atau kelompok.
Para ahli telah mengembangkan berbagai pengertian tentang komunikasi, yang melibatkan elemen-elemen seperti pengirim pesan, isi pesan, saluran komunikasi, audiens, dan dampaknya.
Pengertian komunikasi ini mencerminkan beragam perspektif dan fokus, termasuk aspek teknis, substansi pesan, interaksi sosial, pemahaman bersama, media, penyebaran inovasi, dan kontribusi terhadap demokrasi.
Komunikasi adalah landasan utama dalam hubungan sosial, pertukaran pengetahuan, pengambilan keputusan, dan transformasi masyarakat,
dan peran serta dalam komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Perkenalkan nama saya Rita Elfianis, Seorang tenaga pengajar di Universitas Islam Negeri Suska RIAU. Semoga artikel yang dibuat bermanfaat