Negara Berkembang: Pengertian, Klasifikasi, Indikator dan Kendala

Diposting pada

Negara berkembang adalah istilah yang digunakan untuk menyebut negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan ekonomi dan sosial yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju atau industri.

Negara Berkembang Pengertian, Klasifikasi, Indikator dan Kendala

Pengertian ini dapat diuraikan lebih rinci dengan mempertimbangkan perspektif berbagai ahli dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik.

Pengertian Negara Berkembang Menurut Para Ahli

Berikut adalah pengertian negara berkembang menurut para ahli:

1. Dari Perspektif Ekonomi

Rostow (Stages of Economic Growth): Menurut Walt Rostow, negara berkembang adalah negara yang sedang melalui tahapan-tahapan pembangunan ekonomi,

seperti tahap pertumbuhan, tahap pertumbuhan yang cepat, dan tahap pembangunan berkelanjutan.

Rostow memandang negara berkembang sebagai negara yang belum mencapai tingkat kemakmuran yang dimiliki oleh negara-negara maju.

Harpending dan Draper: Mereka melihat negara berkembang sebagai negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat,

rendahnya tingkat industrialisasi, dan struktur ekonomi yang masih didominasi oleh sektor pertanian.

2. Dari Perspektif Sosial

Amartya Sen (Perspektif Pembangunan Manusia): Amartya Sen menekankan pentingnya meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai indikator pembangunan.

Menurutnya, negara berkembang adalah negara yang masih memiliki masalah dalam hal pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial.

Andre Gunder Frank (Teori Dependensi): Gunder Frank melihat negara berkembang sebagai negara yang menjadi korban sistem ekonomi global yang tidak adil.

Menurutnya, negara berkembang terjebak dalam ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara maju.

3. Dari Perspektif Politik

Samuel Huntington (Teori Gelombang Demokratisasi): Huntington memandang negara berkembang sebagai negara yang sedang mengalami gelombang demokratisasi.

Menurutnya, negara berkembang cenderung mengalami perubahan politik dan sosial dalam upaya mencapai stabilitas politik.

Edward D. Mansfield dan Jack Snyder (Teori Negara Rentan): Mereka melihat negara berkembang sebagai negara yang rentan terhadap konflik internal dan eksternal, serta memiliki lemahnya institusi politik dan tata kelola.

4. Dari Perspektif Lingkungan

World Bank: World Bank mengukur tingkat pembangunan dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI), yang mencakup pendapatan per kapita, harapan hidup, dan tingkat pendidikan.

Negara berkembang sering memiliki HDI yang lebih rendah.

PBB: PBB melihat negara berkembang sebagai negara yang memiliki tantangan utama dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),

seperti kemiskinan, kelaparan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, dan perlindungan lingkungan.

Penting untuk dicatat bahwa pengertian negara berkembang dapat bervariasi tergantung pada kerangka waktu, konteks sejarah, dan pendekatan disiplin ilmu yang digunakan.

Meskipun istilah ini sering digunakan, banyak ahli menunjukkan bahwa pembagian antara “negara berkembang” dan “negara maju” tidak selalu mencerminkan keragaman dan kompleksitas situasi di tingkat global.

Baca Juga : Negara Maju: Pengertian, Ciri, Konsep dan Contoh

Klasifikasi Negara Berkembang

Klasifikasi negara berkembang adalah suatu upaya untuk mengelompokkan negara-negara berdasarkan tingkat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik mereka.

Klasifikasi ini memungkinkan analisis lebih mendalam terhadap perbedaan dan kesamaan antara negara-negara tersebut.

Beberapa faktor yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan negara berkembang melibatkan indikator ekonomi, sosial, dan politik. Berikut adalah beberapa cara klasifikasi negara berkembang:

1. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

HDI adalah salah satu metode klasifikasi yang paling umum digunakan. Dikembangkan oleh PBB, HDI mencakup tiga dimensi utama: pendapatan per kapita, harapan hidup, dan tingkat pendidikan.

Negara-negara dengan HDI rendah cenderung diklasifikasikan sebagai negara berkembang.

2. Pendapatan Per Kapita

Klasifikasi berdasarkan pendapatan per kapita sering digunakan, dengan negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan rendah atau menengah ke bawah digolongkan sebagai negara berkembang.

Penggunaan batasan nominal atau berdasarkan daya beli (PPP) dapat mempengaruhi hasil klasifikasi.

3. Kategori Pengeluaran PDB

Negara-negara sering diklasifikasikan berdasarkan sektor-sektor ekonomi utama yang menyumbang pada Produk Domestik Bruto (PDB).

Negara-negara dengan sektor pertanian yang dominan atau bergantung pada ekspor komoditas sering dianggap sebagai negara berkembang.

4. Sistem Ekonomi

Klasifikasi dapat dilakukan berdasarkan sistem ekonomi, dengan membedakan antara ekonomi pasar yang maju dan ekonomi yang masih bergantung pada sektor publik atau memiliki sektor informal yang besar.

5. Teori Dependensi

Teori Dependensi mengklasifikasikan negara-negara berdasarkan ketergantungan mereka pada negara-negara maju.

Negara yang dianggap “tertutup” atau “tergantung” pada negara-negara maju mungkin dianggap sebagai negara berkembang.

6. Indikator Sosial

Klasifikasi juga dapat melibatkan indikator sosial seperti tingkat melek huruf, tingkat kesehatan, dan kesetaraan gender. Negara dengan tingkat sosial yang lebih rendah sering dikategorikan sebagai negara berkembang.

7. Ketidaksetaraan Ekonomi dan Sosial

Negara berkembang sering ditandai oleh tingkat ketidaksetaraan ekonomi dan sosial yang tinggi.

Klasifikasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kesenjangan antara kelompok-kelompok ekonomi dan sosial di dalam negara tersebut.

8. Pertumbuhan Ekonomi

Negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat atau tidak stabil cenderung diklasifikasikan sebagai negara berkembang.

9. Kondisi Lingkungan

Beberapa klasifikasi juga mempertimbangkan dampak lingkungan, dengan negara berkembang seringkali menghadapi tantangan besar terkait keberlanjutan lingkungan.

Klasifikasi negara berkembang sebaiknya digunakan dengan hati-hati karena perubahan kondisi ekonomi dan sosial dapat memengaruhi status suatu negara dari waktu ke waktu.

Selain itu, kerangka klasifikasi ini sering dikritik karena mengabaikan keragaman internal suatu negara dan fokus pada aspek tertentu dari pembangunan.

Klasifikasi juga dapat menciptakan stereotip dan generalisasi yang tidak selalu mencerminkan kompleksitas situasi di lapangan.

Indikator Pembangunan Negara Berkembang

Pembangunan negara berkembang dapat diukur melalui berbagai indikator yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Berikut adalah indikator utama yang sering digunakan untuk mengevaluasi pembangunan negara berkembang:

1. Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita

PDB per kapita adalah salah satu indikator ekonomi paling penting untuk mengukur kesejahteraan rata-rata penduduk suatu negara.

Hal ini mengukur nilai total semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dibagi dengan jumlah penduduknya. PDB per kapita yang tinggi menunjukkan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

2. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

HDI adalah indikator komprehensif yang dikembangkan oleh PBB untuk mengukur pembangunan yang lebih luas daripada hanya aspek ekonomi.

HDI mencakup tiga dimensi utama: pendapatan per kapita, harapan hidup, dan tingkat pendidikan. HDI memberikan gambaran lebih menyeluruh tentang kondisi hidup dan kesejahteraan masyarakat.

3. Tingkat Melek Huruf dan Pendidikan

Tingkat melek huruf dan tingkat pendidikan merupakan indikator sosial yang penting.

Tingkat melek huruf mencerminkan kemampuan membaca dan menulis masyarakat, sementara tingkat pendidikan mencakup akses dan partisipasi dalam sistem pendidikan.

Tingkat pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memajukan pembangunan.

4. Tingkat Kesehatan

Indikator kesehatan mencakup berbagai parameter, seperti harapan hidup, tingkat kematian bayi, dan akses ke layanan kesehatan.

Harapan hidup yang tinggi dan tingkat kematian bayi yang rendah menunjukkan sistem kesehatan yang efektif dan masyarakat yang sehat, memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan.

5. Ketidaksetaraan Ekonomi dan Sosial

Pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya mencakup peningkatan agregat, tetapi juga pengurangan ketidaksetaraan di antara penduduk.

Indikator ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, seperti indeks Gini, dapat memberikan informasi tentang sejauh mana kekayaan dan peluang didistribusikan di masyarakat.

Peningkatan kesetaraan dapat dianggap sebagai tanda pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Penting untuk diingat bahwa indikator-indikator ini saling terkait dan bersifat holistik.

Sebuah negara berkembang yang berhasil akan memiliki perbaikan sekaligus dalam beberapa indikator ini, mencerminkan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.

Kendala Negara Berkembang

Negara berkembang sering menghadapi berbagai kendala yang dapat memperlambat atau menghambat proses pembangunan mereka. Berikut adalah kendala umum yang sering dihadapi oleh negara berkembang:

1. Kemiskinan dan Ketidaksetaraan

Banyak negara berkembang menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi, dengan sebagian besar penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, ketidaksetaraan ekonomi dan sosial antara kelompok-kelompok penduduk dapat menjadi kendala serius.

Kemiskinan dapat menghambat akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi. Ketidaksetaraan dapat menciptakan ketegangan sosial dan menghambat pembangunan yang inklusif.

2. Krisis Ekonomi dan Utang Luar Negeri

Negara berkembang rentan terhadap krisis ekonomi, seperti fluktuasi harga komoditas dan krisis finansial. Selain itu, utang luar negeri yang tinggi dapat membebani perekonomian negara tersebut.

Krisis ekonomi dapat menyebabkan resesi, pengangguran, dan penurunan daya beli masyarakat. Utang luar negeri yang tinggi dapat membatasi kemampuan negara untuk mengalokasikan sumber daya untuk pembangunan.

3. Konflik dan Instabilitas Politik

Konflik internal, perang saudara, atau ketidakstabilan politik dapat merugikan proses pembangunan.

Keamanan dan stabilitas politik sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Konflik dapat menyebabkan kerugian ekonomi, pengungsi, dan kerusakan infrastruktur. Instabilitas politik dapat menghambat reformasi dan kebijakan pembangunan jangka panjang.

4. Ketergantungan pada Komoditas

Beberapa negara berkembang sangat bergantung pada ekspor komoditas tertentu, seperti minyak, pertanian, atau logam. Harga yang tidak stabil dari komoditas tersebut dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi.

Bergantung pada satu jenis ekspor dapat meningkatkan kerentanan terhadap fluktuasi pasar internasional. Negara-negara ini dapat mengalami kesulitan mengatasi penurunan harga atau permintaan untuk komoditas tersebut.

5. Perubahan Iklim dan Bencana Alam

Negara berkembang sering mengalami dampak perubahan iklim dan bencana alam yang lebih besar. Bencana seperti banjir, badai, dan kekeringan dapat merusak infrastruktur dan menghancurkan sumber daya.

Bencana alam dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar dan menghancurkan upaya pembangunan. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi ketahanan pangan, air, dan lingkungan.

Mengatasi kendala-kendala ini memerlukan pendekatan holistik dan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

Selain itu, bantuan internasional dan kerjasama regional dapat menjadi kunci dalam membantu negara berkembang mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Strategi Pembangunan Negara Berkembang

Strategi pembangunan negara berkembang mencakup berbagai langkah dan kebijakan yang dirancang untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan sosial,

dan mencapai pembangunan berkelanjutan. Berikut adalah strategi umum yang sering digunakan oleh negara berkembang:

1. Diversifikasi Ekonomi

Diversifikasi ekonomi adalah strategi untuk mengurangi ketergantungan pada satu sektor ekonomi tertentu.

Negara berkembang cenderung berfokus pada sektor pertanian atau ekspor komoditas, dan diversifikasi bertujuan menciptakan sektor ekonomi yang lebih beragam, seperti industri manufaktur, jasa, dan teknologi.

Diversifikasi dapat meningkatkan ketahanan ekonomi terhadap fluktuasi harga komoditas dan perubahan pasar global. Hal ini juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan nilai tambah ekonomi.

2. Investasi dalam Sumber Daya Manusia

Fokus pada pengembangan sumber daya manusia melibatkan investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan kesehatan.

Tujuannya adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan basis untuk pembangunan jangka panjang.

Sumber daya manusia yang berkualitas dapat menjadi kekuatan ekonomi, mempromosikan inovasi, dan meningkatkan daya saing global.

Investasi dalam pendidikan dan kesehatan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Pengembangan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur yang kuat, seperti jalan, pelabuhan, bandara, dan energi, menjadi landasan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Infrastruktur yang baik dapat meningkatkan konektivitas, mendukung sektor-sektor ekonomi, dan mendorong investasi.

Infrastruktur yang baik meningkatkan efisiensi ekonomi dan daya saing. Selain itu, dapat menciptakan peluang pekerjaan baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

4. Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender

Memperkuat peran perempuan dalam pembangunan ekonomi dan sosial serta memastikan kesetaraan gender adalah strategi yang mendukung keberlanjutan dan inklusivitas.

Hal ini dapat melibatkan peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan, pelatihan, pekerjaan, dan keputusan politik.

Pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Kesetaraan gender juga dikaitkan dengan penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

5. Pengelolaan Lingkungan dan Keberlanjutan

Menerapkan kebijakan yang mendukung pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Hal ini melibatkan pelestarian sumber daya alam, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan dalam sektor-sektor ekonomi.

Keberlanjutan lingkungan adalah aspek penting dalam pembangunan jangka panjang.

Strategi ini dapat meminimalkan dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan dan menjaga sumber daya alam untuk generasi mendatang.

Strategi-strategi ini seringkali saling terkait, dan implementasinya memerlukan kerjasama antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil.

Keberhasilan pembangunan sering kali tergantung pada sejauh mana strategi ini diadaptasi dan diintegrasikan secara efektif dalam konteks setempat.

Contoh Negara Berkembang

Ada banyak negara di seluruh dunia yang dianggap sebagai negara berkembang, dan status ini dapat berubah seiring waktu.

Berikut adalah beberapa contoh negara berkembang yang sering disebutkan, namun perlu diingat bahwa kategorisasi ini dapat bervariasi tergantung pada kriteria dan indikator yang digunakan:

1. India

Dengan populasi lebih dari satu miliar orang, India adalah salah satu negara berkembang terbesar di dunia.

Meskipun telah mencapai kemajuan signifikan dalam berbagai sektor, India masih menghadapi tantangan dalam hal kemiskinan, ketidaksetaraan, dan infrastruktur.

2. Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki ekonomi yang berkembang pesat. Namun, masih ada ketidaksetaraan regional, tantangan lingkungan, dan infrastruktur yang perlu ditingkatkan.

3. Nigeria

Nigeria adalah negara terpadat di Afrika dan memiliki ekonomi terbesar di benua tersebut.

Meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah, Nigeria masih dihadapkan pada masalah korupsi, kemiskinan, dan ketidakstabilan politik.

4. Brasil

Brasil adalah negara terbesar di Amerika Latin dan memiliki ekonomi yang maju. Namun, ketidaksetaraan ekonomi, masalah lingkungan, dan tantangan dalam sistem pendidikan menjadi perhatian utama.

5. Vietnam

Vietnam telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun demikian, masih ada isu-isu terkait dengan hak asasi manusia, ketidaksetaraan, dan pengelolaan lingkungan.

6. Mesir

Terletak di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Mesir adalah negara yang memiliki sejarah panjang dan budaya yang kaya.

Meskipun memiliki sektor pariwisata yang penting, Mesir menghadapi tantangan ekonomi dan sosial.

7. Bangladesh

Bangladesh adalah negara yang padat penduduk di Asia Selatan.

Meskipun mengalami kemajuan dalam penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan, negara ini masih menghadapi masalah seperti ketidaksetaraan dan masalah lingkungan.

8. Filipina

Filipina adalah negara kepulauan di Asia Tenggara dengan ekonomi yang berkembang pesat. Meskipun demikian, ketidaksetaraan regional, isu-isu lingkungan, dan pekerja migran menjadi isu-isu yang perlu diatasi.

Penting untuk diingat bahwa status suatu negara sebagai negara berkembang dapat bervariasi tergantung pada kriteria dan metode klasifikasi yang digunakan.

Selain itu, banyak negara berkembang mengalami perkembangan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Kesimpulan

Negara berkembang adalah negara yang menghadapi tantangan dan peluang dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, sosial, dan politik yang berkelanjutan.

Kategori ini mencakup berbagai negara di seluruh dunia dengan tingkat pembangunan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara maju.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *