Pengertian Sampah Organik : Keuntungan, Kerugian dan Contoh

Diposting pada

Berbicara tentang sampah tak akan ada habisnya. Setiap hari kita pasti bertemu dengan sampah. Sampah dihasilkan oleh semua makhluk hidup terutama manusia.

Pengertian Sampah Organik  Keuntungan, Kerugian dan Contoh
Pengertian Sampah Organik Keuntungan, Kerugian dan Contoh

Jika sampah yang dihasilkan oleh hewan dan tumbuhan lebih sederhana, sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari – hari manusia sangat beragam.

Sampah organik menjadi salah satu kelompok sampah yang sering ditemukan di kehidupan kita masing – masing. Kita bisa menemukannya di dapur, di restoran, dan bahkan sampah organik bisa keluar dari tubuh kita.

Oleh karena itu, penting untuk diketahui pengertian, keuntungan, kerugian, cara pengolahan, serta contoh sampah organik.

Pengertian Sampah Organik

Apa itu sampah organik? Pengertian Sampah organik adalah jenis limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai oleh mikroba. Menurut UU No. 18 Tahun 2018, sampah organik adalah sisa kegiatan sehari – hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sementara menurut WHO, sampah organik adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Sampah organik terbagi menjadi dua, yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Sampah organik basah adalah limbah yang bertekstur lunak, mudah dibentuk, dan mudah terurai.

Karena bertekstur lunak,  sampah organik basah mengandung air sehingga apabila sudah membusuk akan mengeluarkan cairan.

Sampah organik basah berasal dari sisa buah – buahan, sisa sayuran, kotoran hewan maupun kotoran manusia. Selain itu, sisa makanan seperti nasi basi pun disebut sampah organik basah karena jika membusuk akan mengeluarkan air dan teksturnya lunak.

Adapun sampah organik kering adalah  limbah yang kandungan airnya sedikit. Kondisi yang lebih kering dari sampah organik basah membuat sampah ini terurai lebih lama.

Selain itu, saat lapuk pun tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap. Contoh sampah organik kering adalah ranting pohon, dedaunan kering, kayu, tempurung kelapa, cangkang telur, kertas, kulit udang, dan masih banyak lagi.

Keuntungan Sampah Organik

Terlepas dari bau yang tidak sedap yang dikeluarkan oleh sampah organik atau kotoran yang tak sedap dipandang mata, sampah organik memiliki banyak keuntungan bagi kehidupan manusia.

Sampah organik dapat menyuburkan tanah dan menutrisi tanah. Seperti yang kita ketahui, banyak tanaman yang diberi pupuk yang berasal dari pupuk organik akan lebih sehat.

Tanaman yang sama sekali tak memakai pupuk kimia akan jauh lebih sehat dan secara harga pun lebih mahal.

Tanaman organik adalah contohnya. Pada Tanaman organik sangat digandrungi oleh banyak orang karena dianggap lebih sehat dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia.

Contoh tanaman organik yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah sayuran organik. Saat membeli sayur organik, mungkin penampakannya tidak menarik seperti sayuran menggunakan pestisida.

Hal ini dikarenakan sayuran yang ditanam menggunakan pupuk dari sampah organik dan tidak menggunakan pestisida akan membuat daun sayuran bolong – bolong karena dimakan oleh ulat.

Meskipun dimakan ulat, tapi itu pertanda kalau sayuran organik yang kita beli tidak tersentuh sama sekali oleh bahan kimia dan jauh lebih sehat. Penggunaan pestisida dalam tanaman membuat ulat enggan untuk menghampiri tanaman tersebut.

Kerugian Sampah Organik

Dibalik segala keuntungan yang diberikan oleh sampah organik, ada kerugian yang kita dapatkan dari sampah organik.

Kerugian yang ditimbulkan oleh sampah organik adalah pembusukan yang lebih cepat sehingga sering mengeluarkan bau yang tidak sedap apabila tidak segera diolah.

Selain mengeluarkan bau yang membuat hidung kita berjengit, sampah organik yang telah membusuk merusak keindahan pemandangan sekitar.

Cara Pengolahan Sampah Organik

Berdasarkan data Kementererian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dilansir pada https://sipsn.menlhk.go.id, sampah terbanyak yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia adalah sampah rumah tangga.

Jumlah sampah rumah tangga sebesar 45,9 % sementara jumlah kedua terbanyak berasal dari pasar tradisional dengan jumlah 22,7 %.

Adapun total timbulan sampah se-Indonesia pada 2021 yaitu 41,807,931,.49 ton. Angka sebesar ini tidak semua terolah dengan baik. Setidaknya ada sampah 65,54% sampah yang tidak terkelola. Ditambah lagi masyarakat sering membuang sampah sembarang seperti membuang sampah ke sungai, ke tanah, dan bahkan banyak masyarakat yang masih membuang sampah di pinggir jalan.

Sampah dibiarkan menumpuk sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Kebanyakan sampah yang tidak dapat dikelola adalah sampah organik.

Alhasil, sampah organik yang menimbun akan mengeluarkan bau yang menyengat dan dihinggapi lalat. Jika sampah organik dibiarkan begitu saja tanpa diolah atau dimanfaatkan kembali, maka akan membuat lingkungan menjadi kotor.

Binatang yang sering membawa penyakit seperti tikus atau nyamuk yang jika dibiarkan akan membawa penyakit bagi masyarakat.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh sampah organik adalah tetanus, hepatitis A, infeksi salmonella, dan masih banyak lagi. Penyakit tetanus sering disebabkan oleh spora bakteri clostridium tetani yang banyak ditemukan di kotoran hewan dan tanah. Adapun gejala yang dirasakan oleh penderita penyakit tetanus adalah otot rahang kaku, demam, sulit menelan, otot wajah dan leher kaku, dan perut terasa sakit jika disentuh.

Penyakit hepatitis A berasal dari kotoran yang mengontaminasi makanan maupun minuman. Adapun beberapa gejala yang sering ditemukan pada penderita hepatitis A adalah mulai dari mual, muntah, demam, nyeri perut, mata dan kulit berubah menjadi kuning. Penyakit hepatitis A bisa menyebabkan kerusakan dan gangguan pada fungsi hati.

Salomonellasis atau sering disebut dengan infeksi salmonella adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella. Bakteri ini biasanya mengontaminasi makanan dan minuman.

Penyakit ini memiliki gejala seperti diare, mual, muntah, demam, keram perut, hingga terdapat darah pada feses. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengancam nyawa kita.

Untuk menghindari hal yang merugikan akibat sampah khususnya sampah organik, kita bisa melakukan Reuse, Reduce, dan Recycle atau 3R. Reuse adalah penggunaan sampah yang masih bisa dimanfaatkan.  Kemudian Reduce adalah mengurangi penggunaan yang menyebabkan menghasilkan sampah lebih banyak. Semetara Recycle adalah mendaur ulang sampah menjadi barang atau produk yang berguna.

Contoh penggunaan sampah organik yang bisa kita lakukan yaitu seperti penggunaan kembali kertas yang masih bisa digunakan untuk alat tulis. Sementara itu, jika upaya penggunaan sampah dilakukan dengan maksimal maka proses daur ulang tidak akan dilakukan.

Selain dapat membersihkan lingkungan, sampah organik juga dapat menjadi nilai ekonomis apabila dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Namun, masih banyak masyarakat yang masih belum paham dengan daur ulang. Solusi yang sering dilakukan masyarakat untuk mengurangi sampah organik dengan cara yang salah. Cara salah yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah membuang sampah sembarangan baik ke sungai maupun ke tempat pembuangan sampah yang dibuat secara swadaya.

Alih – alih sampah diolah dengan tepat, masyarakat sering membakar sampah sebagai cara untuk mengurangi volume sampah. Memang sampah menjadi berkurang, tetapi sampah yang semula hanya mengontaminasi tanah kini mengontaminasi pula udara yang kita hirup.

Udara yang semula bersih, bercampur dengan karbon monoksida yang berasal dari asap pembakaran. Jika dilakukan secara terus menerus, asap pembakaran yang bercampur dengan udara akan menyebabkan penyakit pernapasan. Mulai dari asma hingga paru – paru.

Untuk menghindari penyakit akibat pengolahan sampah yang tidak tepat, dibutuhkan pengetahuan cara pengolahan sampah organik yang benar. Berikut adalah beberapa cara pengolahan sampah organik yang tepat.

1. Pengolahan sampah organik basah

Sebagian sampah yang sering kita hasil pada kehidupan kita sehari – hari adalah sampah organik basah.

Agar sampah organik basah bisa berguna untuk kehidupan kita, kita bisa mengolahnya menjadi pupuk kompos, biogas, pupuk cair, dan pakan ternak. Olahan ini bisa kita buat sendiri dan mudah untuk dipraktikkan.

2. Membuat pupuk kompos

Dalam pembuatan pupuk kompos, ada tiga tahap yang harus kita lakukan yaitu penguraian, pematangan, dan pengemasan pupuk kompos.

Sebelum dilakukan proses pengomposan, sebaiknya sampah organik dipotong terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil agar mudah dalam pengolahan.

Pada proses penguraian pupuk kompos, kita bisa menambahkan serbuk gergaji, pupuk kandang, atau bahan kimia EM4 untuk mempercepat proses penguraian.

Tahap penguraian pupuk kompos yang harus kita lakukan adalah sampah organik yang sebelumnya telah kita potong kecil – kecil dimasukkan ke dalam wadah. Setelah itu, tutup sampah organik dengan tanah secukupnya. Kemudian, siram air secukupnya.

Masukkan kembali sampah organik ke dalam wadah lalu timpa dengan tanah. Perlu diketahui kalau menambahkan sampah organik dan tanah dilakukan dua kali.

Layer pertama untuk dasarnya dan layer kedua sebagai penutup. Setelah selesai, tutup rapat wadah selama tiga minggu.

Pastikan tidak terkena sinar matahari atau terkontaminasi air hujan. Jika pada saat penguraian terkontaminasi sinar matahari atau air hujan, maka penguraian pupuk tidak akan berjalan baik.

Tahap kedua yaitu pematangan pupuk kompos. Setelah kita tutup pupuk kompos yang sedang kita buat dengan tutup wadah rapat, diamkan tiga sampai enam minggu.

Untuk hasil yang terbaik, diamkan sampai tiga bulan. Pupuk kompos yang berkualitas adalah memiliki warna kehitaman seperti tanah, tidak berbau, dan tidak larut dalam air.

Tahap terakhir adalah pengemasan. Jika pupuk sudah jadi, pupuk kompos bisa dimasukkan ke dalam wadah kedap udara agar pupuk tahan lama. Sisa penggunaan pupuk kompos bisa digunakan untuk  bibit untuk membuat pupuk kompos baru agar cepat penguraiannya.

3. Mengolah sampah organik menjadi biogas

Kotoran menjadi hal yang lumrah dijumpai di kehidupan manusia. Mulai dari kotoran manusia, kotoran ternak, hingga limbah fermentasi makanan seperti tahu atau tempe.

Jika tidak dibuang pada tempat yang seharusnya, maka akan mencemari lingkungan. Salah satu pengolahan alternatif bagi limbah ini adalah pembuatan biogas.

Biogas dihasilkan dari penguraian bahan organik yang menghasilkan gas metana. Kita juga bisa membuat biogas dalam skala rumah tangga yang tentunya pembuatannya lebih sederhana.

Pembuatan biogas lebih menguras kantong daripada pengolahan sampah organik menjadi pupuk. Tapi kocek yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang dihasilkan. Biogas lebih ramah lingkungan dan menjadi alternatif bahan bakar.

Dikutip dari sinauternak.com, hal yang harus disiapkan dalam pembuatan biogas adalah alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan adalah digester, alat pengaduk, pipa, dan bak penampung.

Bahan yang dibutuhkan adalah kotoran hewan seperti kotoran sapi, kambing, atau kuda, air, dan starter. Tahap pertama yaitu menyampurkan kotoran hewan dengan air ke dalam bak penampung dengan rasio 1 : 1. Campurkan keduanya hingga membentuk lumpur. Kemudian, lumpur tersebut dialirkan ke digester hingga penuh.

Setalah dialirkan ke digester, tambahkan starter ke dalam digester lalu tutup keran gas sehingga nantinya lumpur yang sudah dicampur dengan starter terjadi proses fermentasi. Butuh waktu 10 hari hingga akhirnya gas metana yang dihasilkan bisa menyala digunakan dengan komposisi CH4 54% dan CO2 27%.

Jika ingin lebih sempurna lagi, tunggu hingga 14 hari. Biogas akhirnya bisa digunakan untuk keperluan sehari – hari salah satunya adalah menjadi bahan bakar kompor gas. Agar biogas lebih optimal, digester harus terus diisi oleh lumpur agar tidak cepat habis.

4. Pembuatan pupuk cair organik

Sama halnya dengan pupuk kompos, komposisi pupuk cair organik adalah berasal dari sampah organik bersifat basah. Pupuk cair organik ini mengandung unsur hara murni yang berupa cairan.

Ada dua varian pupuk cair organik yang biasa digunakan, yaitu pupuk cair organik yang dibuat dengan cara difermentasi dengan kondisi anaerob dan dengan bantuan dari organisme hidup.

Pupuk cair organik kedua adalah pupuk cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk cair yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air.

Untuk penggunaan pupuk cair organik dengan melarutkan ke dalam air, pupuk harus segera digunakan setelah dibuat karena tidak tahan lama. pengaplikasiannya pun langsung pada permukaan tanah.

Berbeda halnya dengan pupuk cair organik yang dibuat dengan kondisi anaerob yang lebih tahan lama sehingga bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu,  penggunaannya pun cukup disemprotkan ke daun. Cairan pupuk tersebut pun tidak mengendap.

Dikutip dari https://www.dinastph.lampungprov.go.id/, tahap pertama dalam membuat pupuk cair organik adalah dengan menyiapkan bahan – bahannya seperti satu karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan, 100 gram gula merah, 50 ml EM4, dan air bersih.

Bahan organik selain kotoran ayam dan karung dedak dipotong agar memudahkan proses fermentasi. Masukkan semua bahan ke dalam tong besar dan campurkan air. Untuk perbandingannya, dua bagian bahan organik dan satu bagian air. Aduk sampai semua tercampur.

Kemudian, larutkan EM4 dan gula merah dengan 5 liter air. Setelah larut, campurkan dengan bahan organik ke dalam tong lalu aduk kembali hingga benar – benar tercampur.

Setalah semua bahan tercampur, tutup tong untuk memulai fermentasi. Tong besar yang sebelumnya telah dilubangi, dimasukkan selang dan selang itu disambungan dengan botol yang berisi air.

Hal ini dimaksudkan agar suhu adonan pupuk cair seimbang. Proses fermentasi ini memakan waktu tujuh hingga sepuluh hari. Tanda pupuk cair organik telah jadi ditandai dengan bau adonan yang seperti tape.

5. Pembuatan pakan ternak

Sayuran sisa, buah – buahan sisa, ataupun makanan sisa apabila tidak diolah dengan baik akan menimbulkan bakteri dan kuman.

Kalau kita pergi ke pasar tradisional, kita sering menemukan potongan sayuran ataupun buah yang berada di jalan. Sisa – sisa dagangan ini biasanya hanya disapu dan dibuang ke tempat sampah.

Tapi yang lebih parah lagi, sisa – sisa sayuran dan buah ini hanya ditumpuk di pinggir kios sehingga mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Pengolahan sisa sayuran dan buah – buahan yang berserakan di jalanan pasar menjadi pakan ternak menjadi alternatif untuk mengurangi sampah. Begitu juga dengan makanan seperti sisa kue ataupun roti yang produksinya dalam skala besar sering berakhir menjadi pakan ternak.

Menyulap sampah organik menjadi pakan ternak tergolong mudah. Semua bahan yang berasal dari sampah organik dimasukkan ke dalam sebuah wadah lalu dicampur dengan prebiotik.

Fermentasi dilakukan selama seminggu. Setelah dipisahkan dari minyaknya, bahan pakan ternak ini ditiriskan kemudian digiling dengan menggunakan mesin penggiling daging.

Setelah itu, bahan pakan dijemur untuk mengurangi kadar air. Kemudian, bahan pakan dihaluskan menggunakan mesin pembuat tepung. Bahan baku kembali dicampur dengan bahan yang mengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan unsur lainnya.

6. Pengolahan sampah organik kering

Selain bisa diolah menjadi produk yang sudah disebutkan sebelumnya, sampah organik kering bisa dibuat menjadi kerajinan.

Contohnya adalah limbah kayu dibuat menjadi jam dinding, limbah cangkang kerang dibuat menjadi hiasan rumah salah satunya adalah bingkai foto. Selain itu, serbuk gergaji bisa diolah menjadi pot bunga.

Contoh Sampah Organik

Berikut adalah sampah organik yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari – hari.

  1. Limbah kayu
  2. Limbah serbuk gergaji
  3. Ranting kayu
  4. Dedaunan
  5. Limbah pertanian seperti sayuran dan buah – buahan
  6. Sisa makanan seperti nasi, kue, roti, tahu, tempe, dan lain sebagainya
  7. Kotoran yang terdiri dari kotoran manusia dan kotoran hewan

Itulah pembahasan seputar pengertian sampah organik. Sebaiknya, kita bijak dalam menggunakan atau mengonsumsi sesuatu agar tidak menghasilkan sampah yang berlebih.

Mulailah untuk mengolah sampah yang kita hasilkan. Dengan berkurangnya sampah di muka bumi, bumi pun akan senantiasa sehat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *