Tahukah Anda mengenai Pengertian, Jenis, Penyebab, dan Contoh Konflik? Manusia sebagai mahkluk sosial, tidaklah lepas dari kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia lainnya.

Tujuan dari komunikasi tersebut sebagian besar adalah untuk mendapatkan informasi yang belum diketehui atau untuk mengembangkan pengetahuan mengenai informasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Dalam proses mendapatkan atau mengembangkan informasi tersebut, tidak jarang terdapat perbedaan informasi, sehingga mengakibatkan terjadinya konflik antara satu pihak dengan pihak yang lain.
Namun, apakah konflik itu memiliki pengertian dan juga sebatas lingkup perbedaan pendapat saja? Untuk mengetahui hal tersebut, mari kita baca artikel ini hingga tuntas.
Pengertian Konflik
Apa itu konflik? Pengertian konflik adalah percekcokan, perselisihan, maupun pertentangan. Pertentangan tersebut dapat terjadi diantara dua tokoh atau dua kekuatan dalam suatu cerita.
Sementara itu, secara etimologis istilah konflik berasal dari bahasa Latin ‘con’ yang artinya bersama dan ‘fligere’ yang artinya benturan maupun tabrakan. Jika ditarik dari pengertian etimologis, maka konflik adalah tabrakan maupun benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih.
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah 3 pengertian konflik dari para ahli :
- Menurut Soekanto konflik adalah proses sosial yang terjadi diantara individu maupun kelompok individu untuk memenuhi suatu tujuan dengan menentang pihak individu yang memiliki tujuan berbeda disertai dengan ancaman maupun kekerasan.
- Sementara itu, menurut Ariyo Suyono konflik adalah proses dimana kedua kelompok sama-sama menggagalkan tujuan masing-masing, karena tujuan tersebut memiliki perbedaan nilai-nilai atau tuntutan.
- Cummings berpendapat bahwa konflik adalah interaksi sosial yang melibatkan dua orang atau lebih, dimana interaksi sosial tersebut memiliki perbedaan pendapat maupun tujuan.
Kesimpulan : Menurut ketiga para ahli diatas, konflik adalah proses interaksi sosiak yang terjadi diantara individu satu dengan yang lainnya atau satu kelompok dengan kelompok lainnya disebabkan oleh adanya perbedaan nilai-nilai, tujuan, maupun pendapat.
Jenis-jenis Konflik
Setelah membahas mengenai pengertian konflik, selanjutnya kita akan membahas mengenai jenis-jenis konflik yang sering kita hadapi.
Berikut ini terdapat 5 jenis konflik sosial yang terbagi menjadi berbagai macam kategori :
1. Konflik Sosial Ditinjau Dari Posisi Pelaku
Konflik sosial berdasarkan posisi pelaku terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : konflik vertikal dan konflik horizontal.
Jenis Konflik vertikal merupakan konflik sosial yang terjadi diantara pihak satu dengan pihak lain yang mempunyai kedudukan yang tidak setara. Misalnya : konflik yang terjadi antara direktur suatu perusahaan dengan karyawan pada perusahaan tersebut.
Sementara itu, konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antara pihak satu dengan pihak lain yang mempunyai kedudukan sama atau posisi yang sama. Misalnya : konflik yang terjadi antar karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan.
2. Konflik Sosial Ditinjau Dari Sifat Pelaku
Konflik sosial yang ditinjau dari sifat pelaku dibagi menjadi dua kategori, yaitu : konflik sosial terbuka dan konflik sosial tertutup.
Jenis Konflik terbuka adalah konflik sosial yang diketahui tidak hanya oleh pihak yang berkaitan, tetapi juga diketahui oleh masyarakat umum.
Misalnya : perceraian yang terjadi pada selebriti yang disiarkan melalui televisi atau demo yang menolak Omnibus Law.
Lain halnya dengan konflik tertutup yang berarti konflik yang hanyak diketahui oleh pihak yang berkaitan saja.
Misalnya, konflik yang terjadi antar karyawan karena adanya perbedaan gaji yang cukup signifikan antara karyawan yang masuk melalui jalur belakang dengan karyawan yang masuk karena hasil tesnya lulus dengan tingkat jabatan yang sama.
3. Konflik Sosial Ditinjau Dari Waktu
Pada jenis konflik sosial yang ketiga terdapat konflik sosial yang ditinjau berdasarkan waktu. Dalam hal ini terdapat dua kategori konflik sosial : konflik spontan dan konflik berkelanjutan.
Konflik yang sifatnya spontan atau sesaat adalah konflik yang terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Misalnya : ketika terjadi kesalahpahaman antara suatu pihak dengan pihak lainnya.
Kemudian, konflik ini terselesaikan karena masing-masing pihak telah berkomunikasi dan ternyata mempunyai tujuan yang sama.
Konflik yang sifatnya berkelanjutan adalah konflik yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang atau sulit untuk diselesaikan. Misalnya : konflik yang terjadi antara satu suku dengan suku lainnya, sehingga menyebabkan perang yang berangsur lama.
4. Konflik Sosial Ditinjau Dari Tujuan Organisasi
Dalam beroganisasi, terdapat dua konflik sosial yang muncul dari tujuan organisasi, yaitu : konflik fungsional dan konflik disfungsional.
Konflik fungsional adalah konflik yang terjadi karena masing-masing pihak yang terlibat mendukung pencapaian tujuan dari organsasi yang bersifat konstruktif.
Misalnya, adanya persaingan antara satu divisi dengan divisi lain atau satu karyawan dengan karyawan lain untuk mendapatkan prestasi dari perusahaan perihal keberhasilan proyek yang dikerjakan oleh masing-masing divisi atau masing-masing individu.
Konflik disfungsional adalah konflik yang merusak suatu organisasi dengan tidak mendukung tercapainya tujuan dari organisasi, sifatnya destruktif.
Misalnya : adanya konflik yang disebabkan oleh seorang karyawan karena melakukan penggelapan dana yang berakibat membuat perpecahan dalam divisi tersebut hingga kemungkinan besar untuk kehilangan pekerjaan.
5. Konflik Sosial Ditinjau Dari Pengendalian Konflik
Terakhir, konflik sosial yang ditinjau dari pengendalian konflik terbagi menjadi 4 kategori, yaitu : konflik sistematis, konflik non-sistematis, konflik terkendali, dan konflik tidak terkendali.
Konflik sistematis adalah konflik yang sudah direncakan untuk terjadi, adanya strategi yang telah disusun untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah agar pihak lawan dapat dikuasai sepenuhnya. Misalnya, adanya konflik yang terjadi antara pemegang saham A dengan pemegang saham B.
Konflik non-sistematis adalah konflik yang tidak direncanakan, tidak memiliki tujuan tertentu, dan tidak memiliki strategi tertentu. Misalnya, konflik yang terjadi antar pelajar karena ketidaksengajaan tersenggol saat sedang jalan.
Konflik terkendali adalah konflik yang dapat dikendalikan oleh pihak yang berkaitan, sehingga konflik ini tidak menyebar atau menjadi besar dengan cepat.
Misalnya, terjadinya perselisihan antara karyawan karena jobdesk A lebih banyak dibandingkan B, sementara gaji B lebih tinggi dibandingkan A. Konflik ini ditengahi oleh Manager pada divisi tersebut dan mencapai kesepakatan.
Konflik tidak terkendali adalah konflik yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak-pihak yang berkaitan, sehingga tidak jarang diakhiri dengan tindak kekerasan. Misalnya, konflik yang terjadi antara masyarakat yang sedang melakukan demo dengan aparat kepolisian, sehingga tidak jarang terjadi aksi kekerasan fisik.
Penyebab Terjadinya Konflik
Menurut Soekanto terdapat 4 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya konflik di lingkungan masyarakat, yaitu :
1. Perbedaan kebudayaan
Beragam kebudayaan yang ada di Indonesia membentuk perbedaan karakter, tingkah laku, maupun pola pikir, sehingga tidak jarang hal tersebut membentuk konflik.
Selain perbedaan tersebut, kurangnya rasa saling menghargai kebudayaan yang satu dengan yang lain juga berpengaruh terhadap terjadinya konflik.
Baca Juga : Pengertian, Ciri dan Unsur Budaya
2. Perbedaan individu
Adanya perbedaan pendapat atau pandangan mengenai suatu hal ketika melakukan proses interaksi sosial merupakan hal yang sering mengakibatkan konflik antar individu, karena adanya perbedaan karakter dan juga sifat antara individu satu dengan individu lainnya.
3. Perubahan sosial yang cepat
Kehidupan sosial yang penuh dengan berbagai macam perubahan (seperti : perubahan teknologi, budaya, cara berpikir, cara berpakaian, dll) dapat menimbulkan konflik karena ketidaksiapan masyarakat dalam menerima perubahan tersebut.
4. Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan mempunyai banyak faktor yang melatarbelakangi. Kepentingan yang dimaksud dapat mencakup : sosial budaya, politik, ekonomi, dan juga lingkup lainnya.
Perbedaan kepentingan tersebut dapat menjadi konflik ketika satu pihak dengan pihak lainnya saling tidak mengalah.
Contoh Kasus Konflik
Untuk menguji pemahaman kamu mengenai jenis-jenis dan penyebab terjadinya konflik, dibawah ini terdapat 3 contoh kasus konflik yang sering terjadi di masyarakat. Yuk, kita simak!
Kasus 1
Maraknya pakaian terbuka dan juga gaya hidup yang mewah di berbagai media sosial kini telah banyak di duplikasi oleh anak-anak hingga orang dewasa.
Pakaian terbuka yang dikenakan tidak pada tempatnya mempunyai mindset ‘kekinian’ pada individu yang menggunakan pakaian tersebut karena mengikuti tren yang sedang naik daun.
Tidak hanya itu, gaya hidup hedonisme juga kerap ditampilkan oleh kalangan remaja hingga orang dewasa tanpa mengimbangi pola pemasukan dan pengeluaran yang ada.
Dampaknya adalah tidak jarang individu tersebut terlilit hutang kredit online karena membeli barang-barang mewah untuk tujuan membuat orang-orang sekitar terkesan.
Jika ditinjau dari penyebab terjadinya konflik, maka kasus 1 merupakan penyebab terjadinya konflik karena perubahan sosial yang cepat.
Pemahaman masyarakat yang kurang siap menerima perubahan sosial, mengakibatkan masyarakat sepenuhnya mengadaptasi perubahan sosial yang ada disekitar mereka.
Kasus 2
Karyawan A dalam suatu divisi memperdaya rekan-rekannya untuk mengerjakan perkerjaan yang seharusnya dia lakukan sendirian.
Setiap bulannya, karyawan A tidak mengerjakan apapun karena pekerjaannya dikerjakan oleh rekan-rekannya.
Walaupun karyawan A memiliki posisi jabatan yang sama dengan rekan-rekannya, rekan-rekannya tidak berani membantah perintah dari karyawan A karena kerap kali diancam akan dijelek-jelekan di depan rekan kerja, manager, direktur perusahaan, hingga berdampak diasingkan oleh rekan kerja.
Tidak hanya itu, karyawan A juga melakukan penggelapan dana dalam jumlah yang banyak selama 2 tahun berturut-turut karena rekan-rekan kerjanya juga dipaksa untuk membantu karyawan A dalam melakukan hal tersebut.
Hal ini membuat beberapa karyawan dalam divisi tersebut mengundurkan diri. Walaupun begitu, hal ini tetap terjadi dengan karyawan-karyawan baru dalam divisi tersebut.
Pada akhirnya, kasus ini diketahui oleh manager dari divisi tersebut dan mengakibatkan satu divisi tersebut terkena PHK.
Berdasarkan kasus 2, maka dapat disimpulkan jika konflik sosial yang terjadi adalah konflik waktu berkelanjutan. Konflik tersebut akan terus berlanjut, jika manager tidak mengetahui adanya konflik dalam divisi yang dipimpin.
Kasus 3
Manager divisi A, B, dan C sedang berkumpul untuk membahas mengenai materai yang akan mereka presentasikan ke Direktur. Dalam persiapan tersebut, mereka bertiga telah sepakat untuk memberikan jawaban yang sama, sehingga tidak akan menimbulkan kecurigaan dari Direktur perusahaan dan menyebabkan timbulnya pertanyaan yang tidak dapat terjawab.
Mereka telah menyiapkan dengan baik data-data yang akan digunakan selama rapat sedang berlangsung. Masing-masing manager dari divisi tersebut juga menyiapkan jawaban-jawaban yang diluar dengan materi presentasi, jika pertanyaan Direktur terkait dengan divisi tersebut.
Namun, saat tiba waktunya mempresentasikan materi tersebut. Direktur menanyakan hal yang diluar dugaan. Pertanyaan tersebut diajukan ke manager divisi B, dan jawaban dari pertanyaan tersebut membuat manager divisi B harus menyudutkan manager divisi A dan divisi C.
Karena jawaban dari manager divisi B, maka ketika rapat berakhir Direktur lebih mempercayai manager divisi B dan menaikkan jabatannya menjadi Senior Manager. Sementara itu, manager divisi A dan divisi C menjaga jarak dengan manager divisi B.
Berdasarkan kasus 3, maka jenis konflik yang terjadi adalah konflik vertikal dan konflik horizontal. Penyebab terjadinya kasus 3 karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda.

Perkenalkan nama saya Rita Elfianis, Seorang tenaga pengajar di Universitas Islam Negeri Suska RIAU. Semoga artikel yang dibuat bermanfaat