Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelor

Diposting pada

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelor – Mungkin banyak yang sering lihat tanaman ini namun belum tahu namanya?

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelor
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelor

Tanaman kelor ini sangat begitu familiar dalam dunia farmasi, karena cukup banyak khasiat dan kandungan kimia yang terdapat didalamnya, seperti mengandung kombinasi senyawa isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC).

Kelor dapat tumbuh secara bersemak atau tumbuh tegak seperti pohon hingga ketinggian 12m. Bagian yang sangat mudah dikenal dari tanaman ini adalah daunnya, karena daun tumbuhan kelor membentuk seperti sirip dan bercabang dalam satu tangkai.

Nama latin dari tanaman kelor adalah Moringa oleifera L. Dan menurut sejarahnya, kelor berasal dari wilayah bernama Agra dan Oudh yang terletak di wilayah barat laut India atau mungkin lebih tepatnya dataran Himalaya.

Ternyata tanaman sudah mulai dimanfaatkan sejak tahun 2000 – 5000 SM yang lalu oleh masyarakat India untuk digunakan sebagai bahan pengobatan.

Selain itu tanaman kelor juga dikenal oleh sebagian orang sebagai tanaman khas wilayah Barat dan sekitarnya, seperti di Negara Sub-Himalaya, Pakistan, Afrika, Arab dan Asia.

Di Indonesia sendiri sudah banyak wilayah yang ditumbuhi tanaman berama latin Moringa oleifera L ini, karena dibeberapa daerah punya sebutan masing-masing seperti di wilayah Aceh tanaman kelor disebut dengan Nurong, di Sumatera dipanggil dengan Munggai, daerah Lampung menyebutnya Kilor, orang Jawa Barat dan Jawa Tengah sering menyebut Kelor, kemudian di Ternate tanaman ini panggi Kelo, di Bima dipanggil Parongge, di Madura disebut Marongghi dan masih banyak lagi.

Kelor dapat tumbuh subur didataran rendah dan dataran tinggi yang umumnya memiliki ketinggian mencapai 300 – 1000 meter diatas permukaan air laut, mereka dapat berkembang biak secara mandiri melalui biji atau juga bisa dengan cara bantuan stek.

Selain itu kelor sangat cocok tumbuh di wilayah yang memilik iklim tropis dan subtropis, kemudian tumbuhan berikut juga dapat hidup disegala jenis tanah, bahkan dalam kondisi kering selama 6 bulan tumbuhan ini tetap bisa hidup.

Dari dulu kelor memang sudah sering dimanfaatkan sebagai obat herbal, bahkan kelor dipercayai dapat menyembuhkan 300 macam penyakit diantaranya adalah asma, membersihkan kotoran darah, anemia, bronchitis, selaput lender hidung, demam, asma dan masih banyak lainnya.

Kemudian ekstrak daun kelor dipercaya dapat memberikan stamina dan tenaga ekstra. Terbukti jika khasiat kelor sudah terpecaya sejak jaman dulu, sampai nama Shingon atau Kelor sudah tertulis didalam kitab Shushruta Sanhita yang ditulis pada awal abad setelah Masehi.

Klasifikasi Tanaman Kelor

Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kelor :

  • Kingdom : Plantae
  • Divisio : Magnoliophyta
  • Class : Magnoliopsida
  • Ordo : Brassicales
  • Famili : Moringaceae
  • Genus : Moringa
  • Spesies : Moringa oleifera L

Morfologi Tanaman Kelor

Biasanya kelor dapat tumbuh tegak seperti pohon dan ada juga yang tumbuh bersemak. Ukuran tinggi pohon kelor biasanya mencapai tinggi maksimal 12 m, dengan ukuran batang yang tidak begitu besar yakni hanya berdiameter 30 cm.

Karakter batang berkayu, kokoh, memiliki kulit yang tipis, bagian permukannya kasar, lurus keatas namun kadang-kadang ada yang tumbuh melenceng.

Kamu akan menemukan ciri-ciri yang sangat khas dalam tumbuhan ini yakni bentuk daunnya. Rata-rata daun kelor memiliki bentuk menyirip, berwarna hijau muda, dan dalam satu tangkai memiliki banyak cabang daun. Untuk lebih lengkapnya bisa simak penjelasan dibawah ini :

1. Morfologi Akar Tanaman Kelor

Jenis akar kelor termasuk kedalam akar tunggang, ukurannya lumayan besar dan menyerupai seperti lobak. Akar biasanya berwarna putih, sistem perakaran sangat rapat sehingga karakter akar cukup kokoh.

Bahkan akar sering digunakan untuk mencegah erosi karena dinilai kuat untuk menahan tanah yang terkikis oleh air. Tumbuhan ini dapat hidup disegala kondisi tanah, bahkan dalam kondisi 6 bulan dengan tanah kering pun tumbuhan ini masih dapat bertahan hidup.

2. Morfologi Batang Tanaman Kelor

Batang milik tanaman kelor adalah berkayu, bercabang simpodial atau arah cabangan miring dan tegak, berbentuk silindris, tumbuh tegak, biasanya berwarna putih, dan bagian luar batang mempunyai kulit tipis.

Batangnya sangat kuat serta tidak mudah patah. Batang dapat tumbuh tinggi hingga 7 sampai 12 meter, bagian luar batang kasar.

3. Morfologi Daun Tanaman Kelor

Selain bentuk keseluruhan tanaman, orang dapat mengenali tanaman ini dengan bentuk daunnya. Ukuran daun bervariatif, bentuknya menyirip gasal dan posisi tiap daunnya berselang-seling.

Terdapat satu buah ibu tangkai dan bercabang memiliki anak ranting rakhis, rakhila, danrakhiolus. Daun berwarna hijau, akan berubah warna menjadi gelap jika sudah tua, membulat dari pangkal sampai ujung daun. Samping daunnya rata dan tipis.

4. Morfologi Bunga Tanaman Kelor

Jenis bunga tanaman kelor adalah majemuk, bunga akan tumbuh dibagian ketiak daun. Umumnya bunga memiliki warna kuning kecoklatan, terdapat 1 buah putik dan 1 bakal buah.

5. Morfologi Buah Tanaman Kelor

Bentuk buahnya memanjang, tunggal, termasuk kedalam jenis polong-polongan. Buah memiliki ukuran panjang yang lumayan, yakni berkisar 20 – 45 cm, ketika masih muda buah akan berwarna hijau, dan setelah tua buah akan berganti warna menjadi coklat.

Tanaman ini dapat berkembang biak secara alami menggunakan bijinya. Bentuk biji bulat berwarna coklat kehitaman, dan berjumlah 15 sampai 25 biji.

Penutup

Jadi, tanaman kelor merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat dan telah dimanfaatkan sejak lama oleh masyarakat India.

Meskipun kelor tumbuh subur di dataran rendah dan tinggi dengan iklim tropis dan subtropis, namun kelor juga dapat hidup dalam kondisi kering selama 6 bulan.

Dengan semakin banyaknya penelitian dan kajian mengenai kelor, kini ditemukan lebih banyak manfaat dan potensi penggunaan dari tanaman ini.

Beberapa di antaranya adalah sebagai sumber pangan yang kaya akan nutrisi, kandungan antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, dan anti-kanker.

Selain itu, kelor juga mulai dikenal sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil dan bahan bangunan, serta bahan pengolahan air limbah. Hal ini membuat kelor semakin dipercaya sebagai solusi untuk berbagai masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Dengan potensi yang semakin diakui ini, diharapkan kelor dapat semakin dikenal dan dimanfaatkan dengan baik di berbagai negara, termasuk di Indonesia.