Tahukah Anda mengenai Pengertian, Jenis, Penyebab dan Contoh Mass Wasting? Bagi sebagian orang pasti asing dengan istilah mass wasting.
Dalam ilmu geografi, mass wasting dipandang sebagai suatu fenomena alam. Apabila mass wasting terjadi pada skala besar maka dampak yang dapat terjadi adalah adanya perubahan bentuk geografis pada daerah tersebut.
Mass wasting dapat juga disebut dengan perpindahan massa batuan atau tanah yang secara umum disebabkan oleh pengaruh gravitasi yang mengakibatkan terjadinya perpindahan massa.
Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai mass wasting maka simak informasi berikut ini mengenai pengertian, jenis, penyebab, contoh dari mass wasting serta cara mencegah terjadinya mass wasting.
Pengertian Mass Wasting
Apa itu Mass Wasting? Pengertian Mass wasting adalah pergerakan massa batuan merupakan salah satu fenomena alam dimana adanya gerakan serpihan batuan yang disebabkan oleh proses pelapukan dan sedimentasi yang menuruni lereng yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Dalam bukunya yaitu Geomorfologi, Djauhari Noor menjelaskan mass wasting adalah sebagai suatu perpindahan tanah, regolith dan juga batuan yang disebabkan oleh adanya gaya gravitasi dengan cara rebahan, jatuhan, aliran atau rayapan. Fenomena alam mass wasting ini biasanya terjadi di daerah lereng pegunungan.
Mass wasting berbeda dengan erosi. Letak perbedaan mass wasting dengan erosi adalah pada tenaga yang menyebabkan terjadinya perpindahan massa batuan atau tanah yang terlepas dari bahan induknya.
Jenis Mass Wasting
Mass wasting terdiri dari beberapa jenis dimana salah satu jenis mass wasting yang paling populer adalah tanah longsor atau land side.
Tanah longsor adalah salah satu jenis mass wasting yang sangat berbahaya karena berpotensi besar menimbulkan kerusakan yang sangat parah apabila melalui pemukiman warga.
Lebih jelasnya mengenai jenis-jenis mass wasting akan dijelaskan berikut ini.
1. Tanah Longsor atau Land Side
Tanah longsor adalah salah satu jenis mass wasting yang merupakan fenomena dimana tanah bergerak dengan kecepatan tertentu mengarah ke bawah.
Pada Tanah longsor juga dapat menyebabkan adanya aliran berupa bebatuan atau bahkan lumpur yang mengarah ke bawah.
Tanah longsor dapat terjadi karena gravitasi dan curah hujan yang tinggi, perubahan air tanah, aktivitas vulkanik, perubahan air tanah dan lain sebagainya.
2. Rayapan Tanah atau Soil Creep
Rayapan tanah atau soil creep adalah salah satu jenis mass wasting dimana perpindahan massanya sangat lambat.
Pada umumnya, tanah longsor terjadi pada kemiringan lereng yang landai dan terjadi pada daerah yang cukup luas.
Rayapan tanah terjadi akibat terdapat perselingan antara pengembang dan penyusutan material permukaan.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur atau perubahan kandungan pada air.
Setelah terjadi hujan lebat pada daerah tersebut, rongga antar partikel soil terisi air, sehingga gaya kohesi partikel akan hilang sehingga gaya gravitasi untuk menarik material akan bergerak ke bawah.
Meskipun rayapan tanah tersebut bergerak cenderung sangat lambat dan hampir tidak dapat dilihat namun akibat dari rayapan tersebut akan terlihat sangat jelas.
Ciri-ciri suatu daerah memiliki rayapan tanah adalah miringnya tiang listrik atau tiang telepon pada daerah tersebut dan lain sebagainya.
3. Aliran Lumpur atau mudflow
Aliran lumpur adalah suatu perpindahan material lepas yang telah bercampur dengan air yang mana kecepatannya relatif tinggi. Proses mudflow sangat yang terjadi pada canyon serta gullies di pegunungan semiarid.
Ketika terjadi hujan lebat pada daerah tersebut, sebagian besar sedimen yang berasal dari proses erosi dinding lembah yang kurang vegetasinya akan tersalur ke dalam lembah.
Material yang terdiri dari campuran batuan, tanah, lumpur serta air akan mengalir dengan kecepatan tinggi yang bentuknya menyerupai lidah.
Mudflow dapat mengangkut bongkahan besar, pohon-pohon besar bahkan rumah sekalipun.
4. Aliran Tanah atau Earth Flow
Aliran tanah sering terjadi pada daerah bawah atau humid akibat terjadi hujan secara terus menerus pada daerah tersebut.
Kecepatan suatu aliran tanah atau earth flow tergantung pada kemiringan lereng serta konsistensi dari materialnya yaitu mulai dari beberapa meter per jam sampai beberapa meter per menit.
Oleh karena aliran tanah teksturnya sedikit kental maka alirannya tidak akan secepat mudflow.
5. Guguran Batu atau Rock Fall
Fenomena guguran batu atau yang disebut juga sebagai rock fall adalah massa batuan yang menuruni tebing atau suatu lereng yang curam.
Massa batuan yang ukurannya bermacam-macam, ada yang besar dan ada yang kecil, menuruni tebing bergerak jatuh secara bebas, terpental atau berguling bebas.
6. Solifluction
Salah satu jenis mass wasting yang satu ini sering terjadi pada daerah yang memiliki iklim dingin.
Daerah yang berpotensi mengalami solifluction biasanya terdapat es yang terletak pada bagian atas regolit, dimana es tersebut akan mencair pada saat musim semi dan musim panas, akan tetapi es pada bagian bawahnya masih membeku.
Dikarenakan air dari es yang mencair pada bagian atasnya tidak bisa meresap ke bagian bawah maka bagian atas tersebut akan jenuh air kemudian mengalir ke bawah lereng yang landai.
Kemudian, lapisan penutup akan terbawa aliran air serta batuan dasar akan terbuka. Apabila batuan ini terbuka mengalami proses pelapukan maka hasil pelapukannya ini akan terkikis oleh solifluction.
Penyebab Mass Wasting
Mass wasting dapat terjadi karena disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu kemiringan lereng, gravitasi, air, curah hujan, gempa atau getaran dan perubahan kondisi vegetasi.
1. Kemiringan Lereng
Salah satu penyebab terjadinya fenomena mass wasting pada suatu wilayah adalah kondisi kemiringan suatu lereng.
Semakin curam suatu lereng maka akan memperbesar peluang terjadinya mass wasting. Hal ini disebabkan oleh gaya gesek pada lereng yang curam semakin rendah.
Oleh sebab itu sebaiknya apabila keadaan lereng sudah sangat miring atau curam sebaiknya jangan ditinggali lagi karena berpeluang besar terjadinya longsor.
2. Gravitasi
Apabila derajat kemiringan lereng semakin besar maka gravitasi yang bekerja akan semakin besar juga sehingga material-material di lereng akan cenderung menuruni lereng.
3. Air
Fungsi air dalam hal ini adalah untuk penambah besarnya gerakan serta penambah beban sehingga dapat memudahkan gerakan.
Adanya air pada butir-butir batuan atau tanah dapat membantu mengurangi daya kohesi diantara material sehingga mudah untuk terurai.
4. Curah Hujan
Curah hujan dapat menjadi penyebab terjadinya mass wasting. Pada Curah hujan dengan limpasan air yang semakin besar dan akan menyebabkan terjadinya erosi.
5. Iklim
Iklim dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya mass wasting karena cepat atau lambatnya gerakan massa batuan ditentukan oleh kondisi iklim pada suatu daerah.
Jika di suatu daerah memiliki iklim yang basah maka cenderung memiliki tingkat kejenuhan air pada masa batuan yang tinggi. Oleh karena itu peluang terjadinya mass wasting sangat besar.
Apabila suatu daerah memiliki iklim yang kering, pelapukan fisik cukup intensif sehingga permukaan lahan menjadi labil yang disebabkan oleh timbunan hancuran batuan yang semakin tebal dan yang terjadi berikut terjadi adalah mass wasting.
Sama halnya seperti daerah yang beriklim kering, daerah yang memiliki iklim dingin akan intensif mengalami pelapukan fisik karena proses beku celah sehingga kemungkinan terjadinya mass wasting sangat besar.
6. Gempa atau Getaran
Fenomena alam berupa gempa bumi atau getaran yang berasal dari alat berat dapat mengakibatkan terjadinya retakan di bukit serta lereng sehingga material-material dengan mudah bergerak menuruni lereng.
7. Perubahan Kondisi Vegetasi
Perubahan kondisi vegetasi contohnya adalah kondisi lereng yang gundul mengakibatkan mass wasting dapat terjadi dengan mudah dibandingkan jika keadaan lereng ditumbuhi banyak vegetasi dengan akar yang kuat.
8. Tambahan Material di atas Lereng
Faktor lain yang menyebabkan mass wasting adalah tambahan material di atas lereng.
Pada daerah gunung api yang masih aktif sering terjadi penambahan material pada bagian atas lereng karena letusan, oleh sebab itu hal ini akan memperbesar peluang terjadinya mass wasting.
Sebagai contoh, kubah lava pada gunung Merapi yang semakin lama semakin membesar pada saat erupsi menyebabkan guguran lava ke lereng di bagian bawahnya.
Contoh Mass Wasting
Contoh mass wasting adalah slump. Pengertian slump adalah perpindahan masa batuan yang berasal dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah melalui suatu bidang luncur yang berbentuk lengkung.
Pada proses ini ukuran material yang dipindahkan tidak terlalu besar serta kecepatannya juga tidak terlalu cepat. Proses ini disebut dengan sedimen kohesif yang bentuknya tebal seperti lempung.
Bentuk permukaan retakan blok slump sangat mirip dengan sendok serta cekung ke arah atas. Ketika terjadi pergerakan terbentuklah tebing atau disebut dengan scarp yang bentuknya lengkung dan blok yang terletak pada permukaan tersebut akan berputar ke arah belakang.
Penyebab terjadinya fenomena slump ini adalah karena terjalnya kemiringan suatu lereng atau bisa juga terjadi karena terlalu besarnya beban pada kemiringan lereng yang menyebabkan terjadinya internal stress pada material di bagian bawahnya.
Hal ini bisa terjadi pada material yang lemah serta kaya akan lempung berada pada bagian bawah material yang lebih keras misalnya adalah batu pasir.
Air tanah yang meresap lewat batu pasir akan membuat lempung yang berada di bawahnya menjadi lemah.
Cara Mencegah Mass Wasting
Walaupun mass wasting merupakan fenomena alam yang alami namun mass wasting sebenarnya dapat dicegah.
Sebagaimana yang kita ketahui, sering sekali mass wasting menyebabkan kerugian bagi manusia dan juga bagi alam yaitu alam tersebut menjadi rusak.
Contoh kerugian dari fenomena mass wasting kepada manusia adalah pemukiman masyarakat pada daerah tersebut dapat menjadi tertimbun dan hancur bahkan akibat paling buruknya dari mass wasting adalah dapat menimbulkan korban jiwa.
Oleh sebab itu sangat penting untuk mencegah terjadinya mass wasting terutama di daerah-daerah yang rawan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mass wasting yakni sebagai berikut:
- Melakukan penanaman pohon kayu yang memiliki sistem perakaran yang kuat di wilayah lereng yang terjal untuk mencegah terjadinya mass wasting pada wilayah lereng yang rawan.
- Sebaiknya jangan membuat sawah di wilayah atas lereng yang terjal.
- Jangan menimbulkan getaran di atas lereng dalam artian getaran yang bukan secara alami misalnya adalah getaran dari alat berat.
- Jangan membangun rumah di bukit yang telah miring karena ini sangat beresiko terjadinya mass wasting.
Demikianlah informasi terkait mass wasting ini disampaikan. Semoga informasi mengenai mass wasting di atas dapat menambah wawasan anda khususnya mengenai mass wasting.
Perkenalkan nama saya Rita Elfianis, Seorang tenaga pengajar di Universitas Islam Negeri Suska RIAU. Semoga artikel yang dibuat bermanfaat