Pengertian resistensi adalah kemampuan suatu tanaman untuk menahan atau mengatasi serangan penyakit, hama, atau kondisi lingkungan yang merugikan.
Resistensi ini merupakan salah satu karakteristik yang diinginkan dalam pengembangan varietas tanaman baru, karena dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Pengertian Pengertian Resistensi Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa pengertian tentang resistensi dalam pemuliaan tanaman menurut para ahli:
1. American Phytopathological Society (APS)
Resistensi tanaman adalah kemampuan suatu tanaman untuk menghambat pertumbuhan atau perkembangan organisme patogen, seperti jamur, bakteri, atau virus, sehingga dapat mengurangi kerusakan atau infeksi pada tanaman.
2. Food and Agriculture Organization (FAO)
Resistensi tanaman adalah sifat alami atau yang diinduksi yang membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, sehingga mengurangi risiko kehilangan hasil panen.
3. Pengertian Menurut Ahli Pemuliaan Tanaman
Para ahli pemuliaan tanaman mendefinisikan resistensi sebagai hasil dari seleksi tanaman yang memiliki gen-gen atau sifat-sifat tertentu yang membuatnya lebih kuat dalam melawan serangan patogen atau kondisi lingkungan yang merugikan.
4. Komisi PBB untuk Pemuliaan dan Perlindungan Tanaman (IPPC)
Resistensi dalam pemuliaan tanaman mencakup berbagai strategi yang digunakan untuk mengembangkan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap hama, penyakit, atau kondisi abiotik seperti kekeringan atau salinitas tanah.
5. Ahli Pemuliaan Tanaman
Menurut ahli pemuliaan tanaman, resistensi adalah salah satu tujuan utama dalam pengembangan varietas tanaman baru.
Proses ini melibatkan pemilihan dan persilangan tanaman dengan sifat resistensi yang diinginkan untuk menghasilkan tanaman yang lebih tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik.
Penting untuk diingat bahwa resistensi dalam pemuliaan tanaman bisa menjadi hasil dari berbagai mekanisme, termasuk genetik, fisiologis, dan molekuler.
Selain itu, resistensi juga dapat ditargetkan terhadap berbagai jenis patogen atau kondisi lingkungan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan pertanian dan keberlanjutan agrikultur.
Jenis-Jenis Resistensi
Resistensi dalam pemuliaan tanaman dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan patogen atau kondisi lingkungan yang ditargetkan.
Berikut adalah beberapa jenis resistensi yang umum dalam pemuliaan tanaman:
1. Resistensi Terhadap Penyakit (Disease Resistance)
- Resistensi Terhadap Jamur (Fungus Resistance): Jenis resistensi ini bertujuan untuk mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap serangan jamur seperti karat, bulai, atau jamur tepung.
- Resistensi Terhadap Bakteri (Bacterial Resistance): Melibatkan pengembangan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap serangan bakteri patogen yang dapat merusak tanaman.
- Resistensi Terhadap Virus (Virus Resistance): Fokus pada pengembangan varietas tanaman yang tidak rentan terhadap infeksi virus yang dapat mengurangi hasil panen.
2. Resistensi Terhadap Hama (Pest Resistance)
- Resistensi Terhadap Serangga (Insect Resistance): Tujuan dari jenis resistensi ini adalah menghasilkan tanaman yang kurang disukai atau tidak dapat dimakan oleh serangga hama seperti ulat, kutu daun, atau kutu putih.
- Resistensi Terhadap Nematoda (Nematode Resistance): Nematoda parasit tanaman dapat merusak akar dan sistem perakaran tanaman, sehingga resistensi terhadap nematoda penting untuk melindungi tanaman dari kerusakan ini.
3. Resistensi Terhadap Kondisi Abiotik (Abiotic Stress Resistance)
- Resistensi Terhadap Kekeringan (Drought Resistance): Melibatkan pengembangan varietas tanaman yang dapat bertahan dalam kondisi kekeringan atau tanah dengan ketersediaan air yang rendah.
- Resistensi Terhadap Salinitas (Salt Tolerance): Tujuan dari resistensi ini adalah menghasilkan tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi di tanah yang tinggi kadar garamnya.
- Resistensi Terhadap Suhu Ekstrem (Temperature Stress Resistance): Merujuk pada pengembangan tanaman yang tahan terhadap suhu ekstrem, baik suhu rendah maupun tinggi.
4. Resistensi Terhadap Herbisida (Herbicide Resistance)
Jenis resistensi ini mengacu pada kemampuan tanaman untuk bertahan terhadap penggunaan herbisida tertentu, yang memungkinkan penggunaan herbisida tanpa merusak tanaman yang diinginkan.
5. Resistensi Terhadap Toksin (Toxin Resistance)
Beberapa tanaman menghasilkan toksin alami sebagai bentuk pertahanan mereka terhadap serangan hama atau patogen.
Resistensi terhadap toksin ini memungkinkan tanaman untuk bertahan terhadap efek negatif dari toksin tersebut.
6. Resistensi Terhadap Penyakit Air (Waterborne Disease Resistance)
Hal ini mencakup resistensi terhadap penyakit yang menyebar melalui air, seperti penyakit yang disebabkan oleh patogen yang hidup di air seperti Phytophthora spp.
Pemuliaan tanaman yang berhasil sering kali melibatkan kombinasi beberapa jenis resistensi ini untuk menghasilkan varietas yang tahan terhadap berbagai tekanan biotik dan abiotik, meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Proses Pemuliaan untuk Mengembangkan Resistensi
Proses pemuliaan untuk mengembangkan resistensi dalam tanaman melibatkan serangkaian langkah-langkah yang kompleks dan memerlukan pemahaman mendalam tentang genetika tanaman, seleksi, persilangan, dan pengujian.
Berikut adalah tahapan umum dalam proses pemuliaan untuk mengembangkan resistensi dalam tanaman:
1. Seleksi Genetik (Genetic Selection)
- Identifikasi Sifat Resistensi: Langkah pertama adalah mengidentifikasi sifat-sifat genetik yang terkait dengan resistensi terhadap patogen atau kondisi lingkungan tertentu dalam tanaman.
- Pengumpulan Materi Genetik: Pemulia harus mengumpulkan varietas-varietas tanaman yang memiliki sifat resistensi yang diinginkan atau gen-gen yang berpotensi untuk resistensi tersebut.
2. Persilangan (Crossbreeding)
- Persilangan Silang (Cross Pollination): Tanaman induk yang memiliki sifat resistensi yang diinginkan dikawinkan dengan tanaman induk lain yang juga memiliki sifat-sifat yang diinginkan. Hasil persilangan ini disebut hibrida.
- Persilangan Sendiri (Self-Pollination): Beberapa tanaman seperti gandum atau kacang kedelai dapat melakukan persilangan sendiri. Dalam kasus ini, tanaman induk adalah dirinya sendiri.
3. Seleksi Generasi Pertama (F1 Selection)
- Generasi F1 adalah generasi pertama dari persilangan. Tanaman hasil persilangan ini biasanya memiliki campuran gen-gen dari kedua orang tua.
- Tanaman F1 kemudian diuji untuk melihat apakah mereka memiliki sifat resistensi yang diharapkan.
4. Seleksi Lanjutan (Subsequent Selection)
- Tanaman yang menunjukkan sifat resistensi yang diinginkan dari generasi F1 dipilih untuk dilanjutkan ke generasi selanjutnya.
- Seleksi ini berlanjut selama beberapa generasi, dan tanaman yang tidak sesuai dengan kriteria resistensi dieliminasi.
5. Pengujian Lapangan (Field Trials)
- Tanaman yang terpilih dari seleksi lanjutan diuji di lapangan untuk memastikan bahwa mereka memiliki resistensi yang baik dalam kondisi pertanian yang sebenarnya.
- Hasil dari pengujian lapangan digunakan untuk memutuskan apakah varietas tersebut dapat dilepaskan ke petani.
Baca Juga : Apa itu Pengujian Varietas Tanaman di Lapangan?
6. Pelepasan Varitas (Release of Varieties)
- Jika tanaman telah berhasil melewati semua tahapan pemuliaan dan pengujian dengan baik, mereka dapat dilepaskan sebagai varietas baru yang tahan terhadap patogen atau kondisi lingkungan tertentu.
- Varitas ini dapat disebarkan kepada petani untuk penggunaan komersial.
7. Penyimpanan dan Pemeliharaan Genetik (Genetic Storage and Maintenance)
- Penting untuk menjaga dan memelihara tanaman induk dan varietas yang tahan terhadap resistensi dalam penyimpanan genetik untuk tujuan konservasi dan penggunaan masa depan.
8. Pengembangan Lanjutan (Further Development)
- Proses pemuliaan terus berlanjut dengan pengembangan varietas yang lebih unggul dan tahan terhadap berbagai jenis patogen atau kondisi lingkungan baru yang mungkin muncul.
Proses pemuliaan tanaman yang efektif memerlukan waktu yang cukup lama dan ketekunan karena melibatkan beberapa generasi tanaman.
Selain itu, pemahaman yang kuat tentang genetika tanaman, teknologi molekuler, dan metode seleksi modern juga dapat meningkatkan efisiensi pengembangan varietas tahan terhadap resistensi.
Pengujian dan Evaluasi Resistensi
Pengujian dan evaluasi resistensi dalam pemuliaan tanaman adalah tahapan penting dalam mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap patogen atau kondisi lingkungan tertentu.
Dalam proses ini, tanaman yang telah melalui tahapan seleksi dan persilangan diuji untuk memastikan bahwa mereka memiliki sifat resistensi yang diinginkan.
Berikut adalah beberapa metode dan aspek yang terlibat dalam pengujian dan evaluasi resistensi dalam pemuliaan tanaman:
1. Pengujian Laboratorium
- Pengujian Patogen: Patogen yang menjadi target resistensi (seperti bakteri, jamur, atau virus) dapat diisolasi dan diuji di laboratorium untuk menguji respons tanaman terhadap infeksi.
- Analisis Genetika: Teknik molekuler dapat digunakan untuk mengidentifikasi gen-gen yang terlibat dalam resistensi dan memeriksa apakah tanaman memiliki gen-gen tersebut.
2. Pengujian Lapangan
- Pengujian di Lapangan Terkontrol: Tanaman yang telah dipilih dan diuji dalam kondisi lapangan terkontrol untuk melihat sejauh mana mereka tahan terhadap serangan patogen atau kondisi lingkungan tertentu. Ini sering melibatkan penanaman tanaman dalam plot-plot eksperimental yang diawasi dengan cermat.
- Pengujian di Lapangan Nyata: Tanaman yang menunjukkan potensi resistensi yang baik dalam pengujian terkontrol kemudian diuji di lapangan nyata, yang mencerminkan kondisi pertanian yang sebenarnya.
Baca Juga : Pengujian Lapangan: Pengertian, Tujuan dan Contohnya
3. Evaluasi Simtomatik
- Pengamatan Gejala: Tanaman yang diuji diamati untuk gejala infeksi atau kerusakan yang disebabkan oleh patogen. Ini bisa termasuk gejala seperti bercak pada daun, kerusakan akar, atau gejala lain yang khas dari serangan patogen tertentu.
4. Pengujian Ketahanan (Resistance Testing)
- Pengujian Bebas Patogen: Tanaman yang diuji dikenakan pada paparan patogen dalam kondisi yang dikendalikan. Ini melibatkan isolasi tanaman dari patogen selama beberapa waktu untuk melihat apakah mereka tetap sehat atau terinfeksi.
- Pengujian dengan Inokulasi: Patogen disuntikkan atau diterapkan secara eksperimental pada tanaman yang diuji untuk melihat seberapa kuat resistensi tanaman tersebut.
5. Analisis Molekuler
- Analisis Genetika dan Molekuler: Teknik DNA dan RNA dapat digunakan untuk memantau aktivitas gen-gen yang terkait dengan resistensi dan untuk mengidentifikasi perubahan genetik yang mungkin terjadi selama proses pemuliaan.
6. Pengujian Berulang
Penting untuk mengulangi pengujian dan evaluasi resistensi dalam beberapa lokasi dan beberapa musim pertumbuhan untuk memastikan konsistensi resistensi tanaman.
7. Data dan Analisis
Data dari pengujian dan evaluasi harus dianalisis dengan cermat untuk menentukan tingkat resistensi yang dimiliki oleh tanaman dan untuk memilih tanaman terbaik yang akan digunakan dalam program pemuliaan selanjutnya.
8. Seleksi Akhir
Hasil dari pengujian dan evaluasi resistensi digunakan untuk memutuskan apakah tanaman harus dilepaskan sebagai varietas yang tahan terhadap patogen atau kondisi lingkungan tertentu, atau apakah pemuliaan harus terus berlanjut untuk meningkatkan tingkat resistensi.
Pengujian dan evaluasi resistensi merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa varietas tanaman yang dihasilkan memiliki tingkat resistensi yang memadai untuk mengatasi tekanan biotik atau abiotik yang mungkin terjadi di lapangan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resistensi
Resistensi dalam pemuliaan tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor genetik maupun lingkungan.
Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat memengaruhi sejauh mana tanaman menjadi tahan terhadap serangan patogen atau kondisi lingkungan tertentu.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi resistensi dalam pemuliaan tanaman:
1. Ketahanan Genetik (Genetic Resistance)
- Genotipe Tanaman: Gen-gen yang dimiliki oleh tanaman adalah faktor utama dalam menentukan tingkat resistensi. Gen-gen tertentu dapat memberikan tanaman kemampuan untuk mengatasi serangan patogen atau kondisi lingkungan yang merugikan.
- Kedekatan Genetik: Tanaman yang memiliki kerabat dekat yang tahan terhadap patogen atau kondisi lingkungan tertentu cenderung memiliki ketahanan genetik yang lebih tinggi.
2. Kondisi Lingkungan (Environmental Factors)
- Kondisi Iklim: Cuaca, suhu, kelembaban, dan kondisi iklim lainnya dapat mempengaruhi sejauh mana serangan patogen atau kondisi lingkungan dapat berkembang.
- Tingkat Infeksi Patogen: Tingkat populasi patogen dalam suatu wilayah atau musim tertentu dapat mempengaruhi sejauh mana tanaman dapat terkena infeksi.
3. Tekanan Patogen (Pathogen Pressure)
- Kepadatan Patogen: Jumlah patogen dalam suatu wilayah atau area pertanian dapat memengaruhi tingkat resistensi tanaman. Semakin tinggi tekanan patogen, semakin besar kemungkinan tanaman terinfeksi.
- Keragaman Patogen: Variabilitas genetik dalam populasi patogen dapat memengaruhi kemampuan patogen untuk mengatasi resistensi tanaman.
4. Kesehatan Tanaman (Plant Health)
- Nutrisi: Tanaman yang mendapatkan nutrisi yang cukup cenderung memiliki sistem kekebalan yang lebih baik.
- Kondisi Tanaman: Tanaman yang sehat dan kuat cenderung lebih tahan terhadap serangan patogen dibandingkan dengan tanaman yang lemah atau stres.
5. Teknik Pengendalian (Control Measures)
- Penggunaan Pestisida: Penggunaan pestisida atau metode pengendalian lainnya dapat mempengaruhi tingkat resistensi tanaman. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan perkembangan resistensi patogen terhadap pestisida.
- Praktik Pertanian: Praktik pertanian seperti rotasi tanaman, pengelolaan residu tanaman, dan pemeliharaan kebersihan lapangan dapat mempengaruhi tingkat serangan patogen.
6. Kehadiran Gen Resistensi (Presence of Resistance Genes)
- Keberadaan Gen Resistensi dalam Populasi Tanaman: Jika populasi tanaman memiliki variasi genetik yang mencakup gen-gen resistensi yang berbeda, maka kemungkinan terdapat tanaman yang tahan terhadap serangan patogen atau kondisi lingkungan tertentu akan lebih tinggi.
7. Teknik Pemuliaan (Breeding Techniques)
- Penggunaan Teknik Molekuler: Teknik pemuliaan modern yang menggunakan pemetaan gen dan marker molekuler dapat memungkinkan seleksi tanaman dengan resistensi yang lebih baik secara lebih efisien.
8. Ketahanan Varitas (Varietal Resistance)
- Ketahanan Jenis Tanaman: Beberapa jenis tanaman secara alami lebih tahan terhadap serangan patogen atau kondisi lingkungan tertentu daripada jenis tanaman lainnya.
Pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor ini dan bagaimana mereka berinteraksi adalah kunci dalam mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap serangan patogen atau kondisi lingkungan tertentu melalui pemuliaan tanaman.
Baca Juga : Pengertian Patogen Akar
Keuntungan Penerapan Resistensi dalam Pertanian
Penerapan resistensi dalam pertanian memiliki sejumlah keuntungan signifikan yang dapat meningkatkan produktivitas, keberlanjutan, dan keuntungan bagi petani dan industri pertanian secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa keuntungan utama dari penerapan resistensi dalam pertanian:
1. Mengurangi Kerugian Hasil Panen
Resistensi tanaman terhadap patogen, hama, dan kondisi lingkungan merugikan dapat mengurangi kerugian hasil panen yang disebabkan oleh serangan tersebut.
Proses ini dapat meningkatkan jumlah dan kualitas hasil panen yang dapat dipanen oleh petani.
2. Peningkatan Produktivitas
Tanaman yang tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik cenderung memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
Hal ini dapat menghasilkan lebih banyak hasil panen per hektar lahan pertanian.
3. Pengurangan Penggunaan Pestisida
Tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit memerlukan lebih sedikit penggunaan pestisida atau bahan kimia pertanian lainnya.
Proses ini mengurangi biaya produksi, risiko keracunan kimia, dan dampak negatif lingkungan.
4. Keberlanjutan Pertanian
Penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap patogen dan kondisi lingkungan tertentu dapat meningkatkan keberlanjutan pertanian.
Hal ini mengurangi kerentanan terhadap perubahan cuaca dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi hasil panen.
5. Pengurangan Kerugian Pasca Panen
Tanaman yang tahan terhadap penyakit pasca panen atau kondisi penyimpanan yang tidak ideal dapat mengurangi kerugian pasca panen.
Hal ini berarti lebih sedikit hasil yang terbuang dan lebih banyak yang dapat dijual atau disimpan untuk masa mendatang.
6. Meningkatkan Kualitas Produk
Tanaman yang sehat dan tahan terhadap tekanan lingkungan cenderung memiliki kualitas produk yang lebih baik.
Proses ini dapat meningkatkan daya tarik pasar dan nilai jual produk pertanian.
7. Pengurangan Ketergantungan pada Pestisida
Dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap serangan patogen atau hama, petani dapat mengurangi ketergantungannya pada pestisida.
Hal ini mengurangi biaya produksi dan risiko kesehatan bagi petani.
8. Pengurangan Kerugian Ekonomi
Serangan patogen atau kondisi lingkungan merugikan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi petani.
Resistensi tanaman dapat membantu mengurangi kerugian ini dan meningkatkan pendapatan petani.
9. Kurangi Dampak Lingkungan
Mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya dapat mengurangi dampak negatif lingkungan, termasuk pencemaran air dan tanah, serta kerusakan ekosistem.
10. Penelitian dan Inovasi
Pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap patogen atau kondisi lingkungan tertentu mendorong penelitian dan inovasi dalam pemuliaan tanaman, genetika molekuler, dan bioteknologi pertanian.
Penerapan resistensi dalam pertanian merupakan langkah penting dalam meningkatkan ketahanan pangan, mengurangi kerugian hasil panen, dan meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian.
Hal ini juga berperan dalam mengatasi tantangan seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan global.
Baca Juga : Pengertian dan Jenis Patogen Tular Tanah
Contoh Sukses dalam Pemuliaan Resistensi
Ada banyak contoh sukses dalam pemuliaan resistensi dalam dunia pertanian yang telah memberikan manfaat besar bagi petani dan ketahanan pangan. Beberapa contoh terkenal termasuk:
1. Padi Varietas IR8 (Padi Waja)
- Pada tahun 1960-an, International Rice Research Institute (IRRI) mengembangkan varietas padi IR8 yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta memiliki potensi hasil panen yang tinggi.
- IR8 memainkan peran penting dalam Revolusi Hijau dan mengubah produksi padi di Asia, khususnya di negara-negara seperti India, Filipina, dan Indonesia, dengan meningkatkan produktivitas dan mengurangi kelaparan.
2. Pisang Cavendish (Varietas Pisang)
- Pisang Cavendish adalah contoh sukses dalam pemuliaan resistensi terhadap patogen. Pisang Cavendish dikembangkan untuk menggantikan varietas pisang sebelumnya yang rentan terhadap patogen yang disebut Panama disease.
- Kehadiran varietas tahan seperti Pisang Cavendish telah memungkinkan produksi dan perdagangan pisang yang lebih stabil.
3. Tebu Varietas Co 419 (Varietas Gula)
Varietas tebu Co 419 dikembangkan di India untuk mengatasi masalah serangan hama penghisap daun.
Varietas ini dikenal tahan terhadap hama tersebut dan memberikan hasil panen yang lebih tinggi.
4. Kacang Kedelai Varietas “Natto”
- Natto adalah makanan tradisional Jepang yang dibuat dari kedelai fermentasi. Varietas kedelai yang digunakan untuk membuat natto memiliki sifat resistensi terhadap hama kutu daun yang umumnya menyerang tanaman kedelai.
- Resistensi terhadap hama kutu daun memungkinkan petani kedelai untuk mengurangi penggunaan pestisida dan meningkatkan produktivitas.
5. Kacang Tanah Varietas “Tamrun OL07”
- Varietas kacang tanah ini dikembangkan di Amerika Serikat dan memiliki resistensi terhadap penyakit yang disebabkan oleh cendawan (fungus) seperti kutu putih dan penyakit daun.
- Tanaman ini menghasilkan hasil panen yang lebih besar dan memerlukan lebih sedikit perlindungan pestisida.
6. Padi Varietas “Swarna Sub1”
- Varietas padi ini tahan terhadap genangan air yang berkepanjangan selama banjir, yang dapat merusak tanaman padi.
- Swarna Sub1 telah membantu petani di daerah yang rawan banjir untuk menghasilkan panen padi yang lebih stabil dan meningkatkan ketahanan pangan.
7. Kentang Varietas “Russet Burbank”
Varietas kentang ini memiliki resistensi terhadap hama yang merusak tanaman kentang, seperti kumbang Colorado.
Kentang Russet Burbank adalah salah satu varietas kentang yang paling banyak ditanam di dunia.
8. Gandum Varietas “Norman Borlaug’s Wheat”
- Norman Borlaug, seorang pemulia tanaman terkenal, mengembangkan varietas gandum yang memiliki resistensi terhadap penyakit karat gandum.
- Varietas ini berperan penting dalam Revolusi Hijau dan membantu mengatasi kelaparan di berbagai negara.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana pemuliaan tanaman yang sukses dalam mengembangkan resistensi terhadap patogen, hama, dan kondisi lingkungan tertentu dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan mendukung ketahanan pangan global.
Pemuliaan tanaman yang terus berlanjut dan inovasi genetika molekuler dapat terus meningkatkan tingkat resistensi dalam pertanian di masa depan.
Kesimpulan
Resistensi adalah kemampuan suatu tanaman untuk menahan atau mengatasi serangan penyakit, hama, atau kondisi lingkungan yang merugikan.
Hal ini adalah salah satu sifat yang sangat diinginkan dalam pengembangan varietas tanaman baru, karena resistensi memungkinkan tanaman untuk tetap sehat dan berproduksi dengan baik dalam menghadapi tekanan biotik (serangan organisme hidup seperti patogen dan hama) atau abiotik (faktor lingkungan seperti kekeringan atau salinitas tanah).
Resistensi dalam pemuliaan tanaman dapat bersifat genetik, fisiologis, atau molekuler, dan dapat bervariasi dalam tingkatnya tergantung pada jenis tanaman dan tekanan yang dihadapinya.
Proses pemuliaan tanaman sering kali bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperkuat sifat resistensi dalam populasi tanaman, sehingga varietas yang lebih tahan terhadap tekanan tertentu dapat dihasilkan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian.
Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska RIAU dengan bidang keahlian Pemuliaan tanaman dan fisiologi tumbuhan. Semoga web ini bermanfaat.