Majas Sarkasme: Pengertian, Ciri, Tujuan dan Contoh

Diposting pada

Sarkasme adalah salah satu majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam berbicara atau menulis untuk menyindir atau mengkritik dengan cara yang mengejek atau mengejek.

Majas Sarkasme

Istilah “sarkasme” berasal dari bahasa Yunani “sarkasmos,” yang berarti mencabik atau merobek.

Dalam sarkasme, penutur sering kali mengucapkan sesuatu dengan nada atau kata-kata yang bertentangan dengan makna sebenarnya,

sehingga pendengar atau pembaca memahami bahwa ada sindiran atau kritik yang tersembunyi di baliknya.

Sarkasme biasanya digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atau ketidakpuasan terhadap sesuatu.

Pengertian Majas Sarkasme Menurut Para Ahli

Beberapa ahli telah memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai majas sarkasme, diantaranya:

1. Henry Watson Fowler

Fowler adalah seorang ahli tata bahasa Inggris yang terkenal. Menurut Fowler, sarkasme adalah “penggunaan perkataan atau frasa yang mengungkapkan pemahaman terbalik atau ironis atas suatu ide atau tindakan.”

2. Geoffrey Leech

Leech adalah seorang linguistik Inggris yang mengkhususkan diri dalam analisis wacana.

Menurut Leech, sarkasme adalah “penggunaan kata-kata yang, ketika digunakan dalam konteks tertentu, mengejek atau menyindir secara halus atau tersembunyi.”

3. Wayne C. Booth

Booth adalah seorang kritikus sastra Amerika terkenal. Dia mengkaji konsep retorika dalam karya sastra.

Menurut Booth, sarkasme adalah “penggunaan kata-kata yang memiliki makna harfiah yang jelas, tetapi maksudnya bertentangan dengan makna sebenarnya, dengan tujuan membingungkan atau menipu pendengar atau pembaca.”

Dalam penggunaan sarkasme, intonasi dan konteks sangat penting. Seringkali, sarkasme disampaikan dengan nada suara yang mungkin mengejutkan atau tidak sesuai dengan makna kata-kata yang digunakan.

Oleh karena itu, pendengar atau pembaca harus membaca isyarat verbal dan non-verbal untuk memahami sarkasme.

Sarkasme adalah alat yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, sastra, dan media sosial untuk menyampaikan kritik, humor, atau ketidaksetujuan dengan cara yang tidak terlalu langsung.

Namun, karena sifatnya yang ambigu dan kadang-kadang sulit dipahami, dapat terjadi kesalahpahaman atau konflik jika tidak digunakan dengan bijak.

Ciri-ciri Sarkasme

Sarkasme adalah salah satu bentuk retorika yang sering digunakan dalam berbicara dan menulis. Ciri-ciri sarkasme mencakup beberapa elemen yang dapat membantu Anda mengidentifikasinya.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri sarkasme:

1. Kecenderungan Ironis

Sarkasme sering kali melibatkan penggunaan kata-kata atau pernyataan yang bertentangan dengan makna sebenarnya atau niat pembicara.

Hal ini menghasilkan ketidakselarasan antara kata-kata yang digunakan dan apa yang sebenarnya dimaksudkan.

2. Konteks dan Intonasi

Konteks dan intonasi sangat penting dalam sarkasme. Penyampaian sarkasme sering kali disertai dengan intonasi yang tidak sesuai dengan makna harfiah kata-kata yang digunakan.

Nada suara yang menggantung atau terdengar agak “mengejek” dapat menandakan sarkasme.

3. Niat Mengkritik atau Mengolok

Ciri utama sarkasme adalah niat untuk mengkritik, mengejek, atau menyindir.

Pembicara menggunakan sarkasme untuk menyampaikan ketidaksetujuan atau ketidakpuasan terhadap sesuatu, meskipun mereka mungkin tidak melakukannya secara langsung.

4. Tidak Harus Jelas atau Langsung

Sarkasme tidak selalu harus jelas atau langsung. Beberapa sarkasme dapat sangat halus dan memerlukan pemahaman konteks yang mendalam.

Hal ini adalah salah satu alasan mengapa sarkasme dapat menjadi tantangan dalam komunikasi.

5. Konteks yang Mendukung

Sarkasme seringkali bergantung pada konteks yang mendukung. Orang yang berbicara atau menulis secara sarkastik biasanya mengharapkan audiens mereka untuk memahami pernyataan tersebut sebagai sarkasme.

Konteks ini bisa berupa situasi, hubungan, atau informasi tambahan yang mendukung pemahaman sarkasme.

6. Humor atau Ironi

Meskipun sarkasme seringkali digunakan untuk menyampaikan kritik atau ketidaksetujuan, itu juga dapat digunakan untuk tujuan humor.

Kehalusan sarkasme, ketika digunakan dengan benar, dapat menghasilkan lelucon yang membuat tertawa.

7. Pemahaman Konteks Budaya

Sarkasme sering kali dipengaruhi oleh norma budaya dan linguistik. Artinya, apa yang dianggap sarkastik dalam satu budaya mungkin tidak sama dalam budaya lain.

Pemahaman konteks budaya adalah kunci untuk mengenali sarkasme.

8. Penggunaan Tanda Baca atau Kata-kata Khusus

Kadang-kadang, penulis atau pembicara mungkin menggunakan tanda baca seperti tanda kutip atau kata-kata tertentu untuk menandai sarkasme. Ini membantu membaca atau mendengarkan lebih mudah mengidentifikasinya.

9. Potensi Kesalahpahaman

Karena sarkasme melibatkan penggunaan kata-kata dengan makna yang bertentangan dengan niat sebenarnya, ada potensi untuk kesalahpahaman. Seseorang mungkin salah mengartikan sarkasme sebagai pernyataan harfiah.

10. Ketergantungan pada Makna dan Niat

Pemahaman sarkasme sangat bergantung pada pemahaman makna kata-kata dan niat pembicara. Ini memerlukan kemampuan membaca isyarat verbal dan non-verbal serta pemahaman konteks.

Penting untuk diingat bahwa sarkasme adalah bentuk komunikasi yang dapat bervariasi dalam tingkat kehalusan dan intensitas. Beberapa sarkasme sangat jelas, sementara yang lain sangat halus.

Ciri-ciri di atas dapat membantu Anda mengidentifikasi sarkasme, tetapi perlu diingat bahwa penggunaan sarkasme dapat bervariasi berdasarkan budaya, konteks, dan niat pembicara atau penulis.

Tujuan Penggunaan Sarkasme

Sarkasme adalah alat komunikasi yang sering digunakan untuk berbagai tujuan dalam percakapan, penulisan, dan bahkan di media sosial. Berikut adalah tujuan utama penggunaan sarkasme:

1. Mengungkapkan Kritik atau Ketidaksetujuan

Salah satu tujuan utama penggunaan sarkasme adalah untuk menyampaikan kritik atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang.

Dengan merendahkan atau menyindir sesuatu secara halus, pembicara dapat menjelaskan ketidaksetujuan mereka tanpa harus mengatakannya secara langsung.

Hal ni memungkinkan mereka untuk menghindari konfrontasi atau konflik yang mungkin timbul dalam komunikasi. Contoh: “Tentu saja, ide itu brilian. Tidak ada cara itu akan gagal.”

2. Membangkitkan Humor

Sarkasme sering digunakan untuk tujuan humor. Pernyataan sarkastik dapat membuat orang tertawa dengan menghadirkan perbedaan antara makna harfiah dan niat sebenarnya.

Hal ini adalah salah satu alasan mengapa sarkasme sering digunakan dalam lelucon dan komedi. Contoh: “Oh ya, hari ini adalah hari yang sangat indah untuk hujan.”

3. Mendemonstrasikan Keangkuhan Intelektual

Beberapa orang menggunakan sarkasme untuk menunjukkan kecerdasan atau keangkuhan intelektual.

Mereka mungkin merasa lebih canggih atau pandai dalam berbicara ketika mereka dapat menyindir atau mengkritik sesuatu dengan cara yang halus atau tersembunyi.

Contoh: “Tentu saja, hanya seorang jenius seperti diriku yang bisa memahami itu.”

4. Menceritakan Cerita atau Anecdote

Dalam penggunaan sarkasme untuk menceritakan cerita, penyampaian peristiwa atau pengalaman dapat disisipi dengan komentar sarkastik yang menggambarkan ketidaknyamanan atau ironi dalam cerita itu sendiri.

Hal ini bisa membuat cerita lebih menarik dan menghibur .Contoh: “Jadi, dia bilang dia sangat menikmati acara itu, tetapi saya yakin dia benar-benar menikmati saat saya melihatnya tertidur di tengah pertunjukan.”

Membangun atau Menguatkan Hubungan Sosial: Kadang-kadang, sarkasme digunakan dalam konteks yang lebih santai dan bersahabat untuk memperkuat hubungan sosial.

Menggunakan sarkasme dengan teman atau rekan kerja tertentu bisa menjadi cara untuk mempererat ikatan dan menunjukkan bahwa Anda merasa nyaman satu sama lain.

Hal ini bisa menjadi bentuk komunikasi yang intim dan tidak selalu memiliki niat yang serius.Contoh: “Tentu saja, kamu selalu tepat, hebat!”

Penting untuk diingat bahwa penggunaan sarkasme harus bijak. Terlalu banyak sarkasme atau sarkasme yang tidak sesuai konteks dapat menyebabkan kebingungan atau konflik.

Selain itu, penggunaan sarkasme yang berlebihan atau merendahkan secara berlebihan dapat merusak hubungan sosial dan menghambat komunikasi yang efektif.

Oleh karena itu, penting untuk selalu mempertimbangkan audiens, konteks, dan niat saat menggunakan sarkasme dalam komunikasi.

Contoh Sarkasme Terkenal

Sarkasme terkadang menjadi bagian dari budaya populer dan dapat dijumpai dalam berbagai konteks, termasuk film, sastra, televisi, dan bahkan pidato politik. Berikut adalah contoh sarkasme terkenal:

1. Jonathan Swift – “A Modest Proposal”

Dalam esainya yang terkenal, “A Modest Proposal,” yang diterbitkan pada tahun 1729 oleh penulis dan penyair Irlandia Jonathan Swift,

Swift menggunakan sarkasme untuk mengkritik kebijakan yang tidak adil dan diskriminatif terhadap orang miskin di Irlandia.

Ia mengusulkan agar anak-anak yang lahir miskin dijadikan makanan bagi masyarakat kaya sebagai solusi bagi masalah kemiskinan.

Swift sebenarnya mengkritik keras kebijakan kolonial Inggris terhadap Irlandia, dan esai ini adalah contoh klasik penggunaan sarkasme dalam kritik sosial.

2. Mark Twain – “The Lowest Animal”

Penulis Amerika Mark Twain menggunakan sarkasme dalam esainya yang kontroversial, “The Lowest Animal” (Manusia yang Paling Rendah).

Twain dengan sarkasme mengkritik perilaku manusia, khususnya dalam hal perlakuan terhadap hewan dan sesama manusia.

Ia mengklaim bahwa manusia adalah “hewan yang paling rendah” di antara semua makhluk, karena mereka terlibat dalam kekejaman dan perang yang tidak dimengerti oleh makhluk lain.

3. Oscar Wilde – “The Picture of Dorian Gray”

Dalam novelnya yang terkenal, “The Picture of Dorian Gray,” penulis dan dramawan Inggris Oscar Wilde menggunakan sarkasme untuk menggambarkan kehidupan sosial dan moralitas masyarakat Inggris di abad ke-19.

Salah satu karakternya, Lord Henry, sering menyampaikan pernyataan sarkastik yang merendahkan nilai-nilai moral dan etika, yang menyoroti ketidakcocokan antara penampilan luar dan keadaan dalam sosiokultural.

4. George Orwell – “Animal Farm”

Dalam alegori politiknya yang terkenal, “Animal Farm.”

Penulis Inggris George Orwell menggunakan cerita tentang hewan yang memberontak terhadap manusia untuk secara sarkastis menggambarkan revolusi dan kekuasaan yang korup.

Orwell menyindir pengkhianatan dan penggulingan idealisme awal revolusi dengan menampilkan karakter-karakter yang menjalankan pemerintahan dalam cara yang mirip dengan yang mereka gulingkan.

5. The Onion – “News Parody”

The Onion adalah situs berita parodi terkenal yang menggunakan sarkasme secara ekstensif dalam berita-berita palsu mereka.

Mereka menggunakan sarkasme untuk menyindir berbagai isu sosial, politik, dan budaya.

Contoh berita palsu yang terkenal dari The Onion termasuk “Nation’s Dogs Vow To Keep Barking At Nothing” dan “Congress Takes Group of Schoolchildren Hostage.”

Contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana sarkasme dapat digunakan untuk menyampaikan kritik sosial, mengejek perilaku manusia, atau bahkan menciptakan humor dalam karya sastra dan media.

Penggunaan sarkasme dalam konteks ini dapat membantu menyoroti ironi atau ketidaksetujuan penulis terhadap berbagai aspek masyarakat dan kemanusiaan.

Perbedaan antara Sarkasme dan Ironi

Sarkasme dan ironi adalah dua bentuk ekspresi bahasa yang sering digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan makna yang berbeda dari makna harfiah.

Meskipun keduanya melibatkan permainan kata dan makna yang bertentangan dengan niat sebenarnya, ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Berikut adalah perbedaan utama antara sarkasme dan ironi:

1. Niat atau Tujuan

Sarkasme: Niat utama sarkasme adalah menyindir atau mengkritik sesuatu atau seseorang secara halus atau tersembunyi.

Ha ini seringkali digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atau ketidakpuasan, atau untuk mengkritik sesuatu dengan cara yang tidak terlalu langsung.

Tujuan utama sarkasme adalah mengungkapkan niat yang berbeda dari makna harfiah yang digunakan.

Ironi: Ironi adalah bentuk ekspresi di mana pembicara atau penulis menyampaikan makna yang berlawanan dengan yang sebenarnya.

Tujuannya mungkin untuk menyampaikan ketidaksetujuan atau humor, tetapi ironi tidak selalu memiliki niat menyindir atau mengkritik.

Ironi lebih tentang mengungkapkan perbedaan antara yang dikatakan dan yang dimaksudkan.

2. Gaya atau Tonalitas

Sarkasme: Sarkasme sering disampaikan dengan nada atau gaya bicara yang mungkin mengejek atau mengkritik.

Intonasi yang tidak sesuai dengan makna harfiah kata-kata sering digunakan untuk menandai sarkasme. Ini adalah salah satu ciri penting sarkasme.

Ironi: Ironi tidak selalu disampaikan dengan intonasi yang mengejek atau kritik. Ironi bisa disampaikan dengan gaya yang lebih netral atau bahkan humoris tanpa nada yang mengejek.

3. Tingkat Kecaman

Sarkasme: Sarkasme seringkali mengandung elemen kecaman. Pembicara menggunakan sarkasme untuk mengungkapkan ketidakpuasan atau sindiran dengan cara yang lebih langsung daripada ironi.

Hal ini seringkali lebih tajam dalam kritiknya.

Ironi: Ironi tidak selalu mengandung kecaman. Ironi seringkali lebih netral dan dapat digunakan untuk menyampaikan makna yang bertentangan tanpa intensitas kecaman yang sama dengan sarkasme.

4. Kesadaran Audiens

Sarkasme: Sarkasme seringkali memerlukan pemahaman konteks dan audiens yang lebih dalam.

Pembicara mengharapkan bahwa pendengar atau pembaca dapat memahami sarkasme sebagai sindiran atau kritik tersembunyi.

Ironi: Ironi seringkali lebih jelas dan mudah dipahami. Tidak selalu memerlukan pemahaman konteks yang dalam, dan audiens seringkali dapat mengidentifikasi ironi dengan lebih mudah.

5. Jenis Kehalusan

Sarkasme: Sarkasme seringkali lebih kasar dalam penggunaannya dan cenderung lebih langsung dalam menyatakan ketidaksetujuan.

Hal ini dapat membuat sarkasme kurang cocok untuk situasi yang memerlukan kehalusan atau ketegasan dalam komunikasi.

Ironi: Ironi seringkali lebih halus dan dapat digunakan dalam berbagai konteks komunikasi, termasuk situasi yang memerlukan kehalusan dan diplomasi.

Penting untuk diingat bahwa sarkasme dan ironi adalah bentuk komunikasi yang fleksibel dan sering digunakan dalam berbagai situasi.

Namun, memahami perbedaan antara keduanya dapat membantu dalam interpretasi pesan dan memastikan bahwa komunikasi yang efektif terjaga.

Kesimpulan

Sarkasme adalah salah satu majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan makna yang berlawanan

dengan makna harfiah atau niat sebenarnya dengan tujuan mengkritik, menyindir, atau mengungkapkan ketidaksetujuan.

Dengan memahami sarkasme dan cara penggunaannya, seseorang dapat berkomunikasi lebih efektif dan memahami pesan yang mungkin berisi sindiran atau kritik tersembunyi.

Selain itu, pemahaman sarkasme juga dapat membantu dalam menghargai karya sastra, humor, dan seni komunikasi dalam berbagai konteks budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *