Tahukah Anda mengenai pengertian sastra? Para generasi milenial pasti pernah mendengar cerita berjudul “Ronggeng Dukuh Paruk” yang pada masanya selalu muncul menjadi salah satu soal ujian di sekolah.
Begitu populernya kisah ini sampai dibuat menjadi sebuah film berjudul “Sang Penari” dengan tokoh utama bernama Srintil.
Kisah Ronggeng Dukuh Paruk merupakan salah satu contoh karya sastra Indonesia yang merupakan hasil karya dari Ahmad Tohari.
Disamping itu kita juga mengenal puisi berjudul “Aku” karya Chairil Anwar. Puisi ini Kembali dikenal generasi muda berkat kemunculannya dalam film bioskop “Ada Apa Dengan Cinta”.
Dibawakan dengan apik oleh seorang tokoh Bernama Rangga yang diperankan oleh Nicholas Saputra.
Juga kita pernah menonton film layar lebar “Filosofi Kopi” yang diangkat dari novel karya Dewi Lestari. Kisahnya mengenai hubungan ayah dan anak.
Kisahnya juga mengangkat hubungan pertemanan Ben dan Jody yang berusaha mendirikan kedai kopi dengan menyajikan kopi yang terbaik. Kedai tersebut bernama “Filosofi Kopi”.
Kita juga mengenal drama “Sitti Nurbaya” kisah berlatar belakang melayu mengenai kisah cinta remaja juga perjodohan.
Awalnya merupakan novel klasik yang menggunakan Bahasa melayu baku, berlatar belakang kota Padang tahun 1900. Dan di tahun 1942 mulai dirilis filmnya pada masa colonial Belanda.
Tanpa disadari, dalam keseharian kita, kita sering menikmati suatu karya, yang ternyata adalah bentuk karya sastra atau yang kisahnya diangkat dari karya sastra.
Kita bisa terhibur menikmatinya, namun, sudahkah kita memahami, mendalami lebih jauh dari Sastra itu sendiri? Mari kita bahas mulai dari pengertian sastra serta sejarah, teori, jenis & fungsi dari sastra.
Pengertian Sastra
Apa itu sastra? Pengertian Sastra adalah literatur. Sastra berasal dari bahasa Sanksekerta shaastr yang berarti tulisan yang mengandung instruksi atau pedoman.
Bisa juga diartikan sebagai karya tulisan atau lisan yang didapatkan dari hasil pemikiran, pendapat, pengalaman, juga perasaan yang dibalut dengan rangkaian kata-kata indah serta imajinatif.
Secara etimologi dari kamus besar Bahasa Indonesia pengertian sastra adalah ilmu pengetahuan, saran, aturan, ajaran. Menurut Plato, sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Menurut Aristoteles, pengertian sastra adalah sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Sejarah Perkembangan Sastra Di Indonesia
Ada beberapa sastrawan Indonesia yang namanya masih dikenal generasi masa kini , Pramoedya Ananta Toer, Nh. Dini, juga Dewi Lestari. Itu karena hasil karyanya masih diperkenalkan di sekolah ataupun baru di era modern muncul di pasaran.
Namun bagaimana dengan sastrawan-sastrawan yang karyanya muncul di masa lalu?
Tidak semua generasi muda yang memiliki ketertarikan akan sastra mengetahui ini. Oleh karna itu, mari kita bahas dari paling awal munculnya karya sastra di Indonesia.
Bentuk paling awal sastra dapat dilihat dari karya sastra yang mengandung cerita – cerita mengenai kepercayaan atau berwujud nyata tanpa adanya unsur imajinasi.
Juga pada era awal, bentuk karya sastra berisikan pujian-pujian terhadap hal gaib, hewan, tumbuhan, juga asal-usul suatu tempat. Selain itu, karya sastra bisa juga berbentuk kata-kata yang indah contohnya syair, peribahasa, pantun, dan gurindam.
Masa perkembangan sejarah sastra dimulai dari :
1. Angkatan Balai Pustaka
Periode 1920. Karya sastra dalam periode ini menggambarkan adanya tokoh sastra dengan latar belakang budaya Sumatra dan Minangkabau.
Karena itu Bahasa Melayu banyak ditemui dalam karya sastra yang muncul di tahun 1920. Contohnya adalah “Sitti Nurbaya” karya Marah Roesli.
2. Pujangga Baru
Periode 1930 sampai tahun 1940. Disebut demikian karena pada sekitar tahun 1930, karya sastra tersebut dipublikasikan oleh sebuah majalah sastra yang Bernama Pujangga Baroe.
Kary aini lebih terarah kepada jiwa nasionalisme dan perjuangan, serta kebebasan atas diri sendiri. Contoh karya pada era ini adalah “Tenggelamnya Kapal van der Wijck” karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka).
3. Periode Tahun 45
Merupakan tahun kemerdekaan Indonesia, terbebas dari penjajah. Karya sastra pada periode ini memberikan gambaran mengenai kondisi dan situasi perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Karya yang lahir pada periode ini adalah “Aku” karya Chairil Anwar. Merupakan karya yang masih populer hingga saat ini diberbagai kalangan.
4. Periode Tahun 60
Pada tahun ini, karya sastra sarat dengan tema-tema politik. Menggambarkan situasi dan kondisi tekanan politik. Karya yang terkenal pada saat itu adalah “Malu (aku) Jadi Orang Indonesia” karya Taufik Ismail.
5. Periode Reformasi
Periode ini berjalan sekitar akhir tahun 90. Karya sastra yang muncul di era ini mengangkat isu politik dan juga sosial. Karya sastra yang terkenal pada era itu adalah novel berjudul “Saman” karya Ayu Utami.
6. Periode Tahun 2000
Pada era tahun 2000an, karya sastra terasa lebih segar karena kandungannya sudah lebih bebas juga imajinatif.
Karya yang beredar dan populer di pasaran adalah “Supernova 1: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh” kaya Dewi Lestari atau lebih akrab dengan panggilan Dee. Dee juga memiliki karya sastra populer yang sudah diangkat ke layar lebar yaitu “Filosofi Kopi”.
Teori Sastra
Sebuah karya sastra banyak mengandung makna, serta menggunakan berbagai macam latar belakang dan tujuan. Dan hal ini bisa dianalisa menggunakan berbagai macam teori sastra.
Teori sastra merupakan studi sistematis mengenai sastra dan metode untuk menganalisis sastra. Merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip , hukum, kategori, juga kriteria sastra.
Untuk menganalisa suatu karya sastra, kitab bisa menggunakan 10 jenis teori sastra, yaitu:
1. Teori struktural
Yang dianalisis dalam teori ini adalah, mengenai unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur atau plot, setting atau latar, serta sudut pandang yang digunakan penulis.
2. Teori psikologi sastra
Yang dianalisis dalam teori ini adalah, unsur kejiwaan atau batiniah dari suatu karya sastra. Menganalisis karya sastra berdasarkan sudut pandang psikologi.
3. Teori kepribadian Abdul Aziz Ahyadi
Jenis Teori ini menganalisis kepribadian suatu karya sastra. Kepribadian tokoh maupun kepribadian sosial kemasyarakatan yang terkandung dalam karya sastra.
4. Teori sosiologi sastra
Teori ini menganalisis dari sisi kemasyarakatan. Seorang penulis atau pengarang merupakan bagian dari suatu masyarakat dimana dia berinteraksi.
Kepribadian manusia dipengaruhi oleh system budaya dan lingkungan tempat ia dibesarkan. Struktur sosial ini akan mempengaruhi karya sastra seseorang.
5. Teori sastra feminis
Teori ini memandang karya sastra merupakan gambaran dari realitas sosial yang patriaki. Seperti kedudukan seorang wanita di mata pria. Posisi istri di mata suami, serta fitrah seorang istri seharusnya seperti apa.
6. Resepsi sastra
Teori ini menganalisis mengenai hubungan antara karya sastra dengan pembacanya. Juga teori ini melihat, dampak atau efek dari karya sastra yang diterima oleh pembacanya.
Apakah karya sastra tersebut memberikan suatu pemikiran baru dan menghasilkan suatu tindakan atau Gerakan yang bisa dilakukan oleh pembacanya.
7. Teori marxis
Teori ini menganalisis kaitan antara karya sastra, sosio ekonomi, sejarah, dan budaya. Seperti dalam ideologi Marxisme, bahwa sosio ekonomi adalah penentu dari kehidupan.
Begitu juga dengan karya sastra yang juga akan dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi masyarakat.
8. Teori sastra poskolonial
Teori ini menganalisis karya sastra yang berkaitan dengan kolonialisme dan imperialisme. Menganggap bahwa karya sastra dapat membentuk suatu bentuk kekuasaan dan dapat melawan kekuasaan tersebut.
Karya sastra dapat mempengaruhi pikiran seseorang sehingga terbentuk suatu komunitas atau organisasi yang memiliki pola berpikir yang sama.
Organisasi atau komunitas ini bisa menjadi kekuatan baru, atau malah membentuk suatu komunitas atau organisasi yang ingin melawan suatu kekuatan.
9. Teori stilistika
Teori yang menganalisis tentang gaya Bahasa suatu karya. Bahwa karya sastra itu sendiri memiliki keindahan Bahasa yang sarat akan makna yang terkandung di dalamnya. Beberapa gaya Bahasa yang biasa digunakan dalam karya sastra :
Gaya bahasa pertentangan
- Paradoks: Membandingkan situasu sebenarnya dengan situasi sebaliknya
- Antitesis: Memadukan pasangan kata dimana memiliki arti yang saling bertentangan
- Kontradiksi interminus: Menyangkal pernyataan
- Litotes: merendahkan diri walaupun niatnya untuk sebaliknya
Gaya Bahasa perbandingan
- Personifikasi: Menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap seperti manusia
- Metafora: Kiasan yang secara eksplisit mewakili suatu maksud berdasarkan persamaan atau perbandingan
- Eufemisme: Kata-kata yang kurang baik diganti dengan kata-kata yang lebih halus
- Metonimia: menyandingkan istilah sesuatu dengan kata benda yang umum
- Simile: Menyandingan aktivitas dengan ungkapan
- Alegori: Menyandingkan objek dengan kata kiasan
- Sinekdok: dibagi menjadi dua pars pro toto dan sinekdok totem pro parte
- Simbolik: membandingkan manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya
- Asosiasi: Membandingkan dua objek benda
- Hiperbol: Mengungkapkan sesuatu secara berlebihan
Gaya Bahasa sindiran
- Sinisme: Memberikan sindiran langsung
- Sarkasme: Menyindir dengan konotasi yang kasar
- Ironi: Kata kiasan yang maknanya berlawanan dengan fakta sebenarnya
Gaya Bahasa penegasan
- Repetisi: Mengulang kata-kata dalam suatu kalimat.
- Retorik: Kalimat pertanyaan yang tidak perlu dijawab
- Pleonasme: Gaya Bahasa menggunakan kata-kata dengan makna sama
- Klimaks: Menjelaskan lebih dari hal level rendah ke level tinggi
- Antiklimaks: Menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke rendah
- Pararelisme: Mengulang kata untuk penegasan
- Tautologi: Mengulang kata-kata sinonim untuk penegasan
10. Teori semiotik
Teori ini menganalisa tanda atau lambang yang ada dalam karya sastra tersebut. Menganggap bahwa tanda atau lambang memiliki suatu makna tertentu.
Dalam karya sastra semisal novel ‘mein kamf’ mengenai Adolf Hitler dan juga perang dunia ke dua, disebutkan lambang partai komunis Jerman yaitu Swastika, berwarna merah putih, hitam yang diambil dari warna bendera negara Jerman.
Bahwa swastika diambil dari Bahasa sanksekerta ‘svastika’ yang berarti “Kondusif untuk kebaikan atau kesejahteraan”.
Jenis Sastra (Genre)
Pada saat kita membaca novel, biasanya akan muncul genre yang akan ditampilkan dalam karya sastra tersebut. Misal genre komedi untuk semua umur, genre romansa untuk usia dewasa.
Genre pada novel merupakan salah satu contoh jenis-jenis sastra. Untuk lebih lengkapnya lagi mari kita bahas Bersama-sama mengenai jenis-jenis sastra.
Sastra dapat digolongkan menjadi sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Selain itu, sastra juga bisa digolongkan menjadi, sastra untuk dewasa , dan sastra untuk anak-anak.
1. Sastra imajinatif
Karya sastra yang kandungan ceritanya berasal dari imajinasi pengarangnya. Sehingga karya ini bukan karya sebenarnya.
Contohnya adalah cerita peterpan dan tinkerbell menggambarkan situasi yang tidak mungkin ada atau dilihat langsung di dunia nyata.
2. Prosa
Merupakan karya sastra yang terdiri dari kalimat yang di susun susul menyusul. Kalimat yang disusun membentuk paragraph, paragraph menjadi bab, bab menjadi bagian.
Tujuannya untuk dibaca dan dihayati. Contohnya adalah buku pelajaran yang menjelaskan pengertian resensi serta ciri-ciri resensi.
3. Puisi
Karya sastra yang ditulis berupa larik-larik dan berbait. Tujuannya untuk dibaca dan dihayati. Contohnya puisi Aku karya Chairil Anwar.
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
4. Drama
Karya sastra dalam drama ditulis dengan Bahasa dalam bentuk dialog. Tujuannya untuk dipertunjukkan.
Contohnya kisah drama Romeo and Juliet, kisah tragedi percintaan antara Romeo dan Juliet yang berakhir menyedihkan, karya William Shakespeare.
5. Sastra non imajinatif
Karya sastra yang bukan merupakan khayalan atau imajinasi pengarang. Cerita yang ditulis merupakan kisah nyata atau sebenarnya.
Karya sastra ini berbentuk seperti autobiografi seorang tokoh, sejarah, ataupun bisa berbentuk prasasti.
Fungsi Sastra
Sastra memiliki dua manfaat atau fungsi utama, yaitu sastra yang bersifat menghibur sehingga penikmatnya merasa terasa tertarik untuk membaca sastra.
Sastra juga bersifat sebagai pengajar mengandung nasihat dan etika sehingga pembaca dapat meneladani sastra tersebut.
Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang bisa menghibur dan memberikan teladan yang baik.
Dua fungsi tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa fungsi lainnya, yaitu:
1. Fungsi estetis
Menampilkan keindahan melalui kata serta Bahasa yang indah memikat hati.
2. Fungsi etis
Menampilkan nilai-nilai moral, nasihat yang terkandung di dalam kata-kata di dalam karya tersebut.
3. Fungsi didaktis
Pembaca mendapatkan fungsi pendidikan juga pengajaran setelah membaca karya sastra ini.
4. Fungsi reflektif
Di dalam karya sastra ini terdapat gambaran realitas sosial budaya dan dimana sastra itu diciptakan.
5. Fungsi rekreatif
Memberikan perasaan terhibur kepada para penikmatnya. Baik dalam bentuk cerita, puisi, ataupun dialog drama.
Itulah pengertian, sejarah, teori, jenis & fungsi sastra. Dengan memahami lebih dalam mengenai karya sastra, kita bisa jadi lebih menikmatinya.
Kita bisa menganalisanya, tau fungsinya untuk apa, tahu bagaimana sejarahnya sampai munculah karya sastra yang banyak beredar saat ini, serta tahu jenisnya.
Karya sastra memang sangat menarik untuk dipelajari. Dengan karya sastra kita bisa membuka wawasan kita, membuka pikiran tentang dunia yang bahkan tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Mempelajari hal baru bahkan menjernihkan pikiran dari rutinitas kehidupan. Begitu indahnya sastra hingga berdampak pada rasa kebahagiaan manusia.
Begitu kuatnya penulisan seorang sastrawan sehingga karyanya bisa menggerakan suatu komunitas atau organisasi.
Berbahagialah para penikmat sastra, karena tidak semua manusia dapat memahami sastra. Bagaimana mau memahami sastra jika sadar literasi saja tidak.
Masih banyak kaum yang tidak berminat membaca. Bisa dibayangkan bagaimana sempitnya dunia mereka. Benar jika dikatakan buku adalah jendela dunia. Membuka mata juga pikiran untuk melihat dunia.
Mari berharap dan mulailah bertindak, dari tindakan kecil untuk menambah kesadaran masyarakat minimal budaya membaca. Agar muncul generasi-genarasi sastrawan Indonesia yang baru kedepan.
Perkenalkan nama saya Rita Elfianis, Seorang tenaga pengajar di Universitas Islam Negeri Suska RIAU. Semoga artikel yang dibuat bermanfaat