Pengertian Agroforestri
Apa itu Agroforestri? Pengertian Agroforestri adalah suatu sistem dalam pemakaian lahan atau bisa disebut juga dengan usahatani dengan kombinasi tanaman berkayu serta tanaman pertanian guna meningkatkan keuntungan ekonomis dan lingkungan.
Luas tanah diciptakan beraneka ragam dalam sistem agroforestri ini guna meminimalisirkan gagal panen serta menghindari erosi dan mengurangi pemakaian pupuk maupun zat hara lainnya dari luar kebun karena sisa tanaman dapat didaur ulang.
Selain pepohonan dan tanaman pertanian, sistem Agroforestri ini juga bisa mengkombinasikan dengan rerumputan (pasture) serta bisa juga dengan hewan ternak maupun hewan lain seperti lebah dan ikan.
Interaksi ekologis serta ekonomis antara tanaman berkayu dengan objek lingkungan lainnya pun berlangsung secara maksimal ketika sistem ini bisa mengkombinasi semuanya (Huxley, 1999).
Terbentuknya interaksi ekologis serta ekonomis antar objek (komponen) yang digunakan disebabkan oleh tumbuhnya komponen ini secara bersamaan maupun bergiliran di suatu lahan dan pada akhirnya dapat dihasilkannya beraneka ragam jasa dan produk.
Sifat dinamis pun dimiliki oleh sistem pengelolaan sumber daya alam ini hingga akhirnya dapat menghasilakan beraneka ragam produk serta berimbas dengan keuntungan ekonomi dan sosia serta ekologi disemua lahan meningkat.
Agroforestri dinilai memiliki asas kelestarian oleh Internasional Council for Research in Agroforestry (ICRAF) dalam sistem pengelolaan lahan, dengan mengkombinasikan tanaman berkayu dan tanaman non berkayu bahkan terkadang dengan hewan secara bergantian maupun bersamaan di lahan yang sama serta tak meninggalkan kebudayaan penduduk setempat saat melakukan pengelolaan lahan.
Ini semua dilakukan demi mendapatkan hasi lahan keseluruhan yang lebih baik (King & Chandler, 1978).
Pengertian Agroforestri adalah metode penggunaan lahan yang optimal, yang menggabungkan sistem produksi biologis rotasi panjang dan pendek (kombinasi produksi kehutanan dengan produksi biologis lainnya) secara bersamaan atau berurutan di kawasan hutan atau kawasan lain berdasarkan prinsip kelestarian. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Satjapradja, 1981)
Dibentuknya dua sistem Agroforestri yaitu sistem modern dan sistem tradisional, hingga sekarang masih terlaksanakan.
Jika petani mengebangkan dan menguji sistem itu sendiri agar sesuai dengan keadaan dan sikon sekarang seperti keadaan alam maupun permintaan pasar dan berkembang sesuai pengalamannya yang sudah bertahun-tahun hinga ke generasi selalnjutnya maka sistem ini disebut dengan sistem tradisional.
Disebut tradisional karena pengembangan dalam bercocok tanam hanya dilakukan coba-coba (trial and error) tanpa melibatkan penelitian dari pihak formal.
Kebalikan dengan sistem tradisional, maka pada sistem modern metode bercocok tanamnya sudah lebih maju yaitu dengan mengadalkan penelitian dan teknologi yang ada.
Klasifikasi Agroforestri
Terdapat perbedaan pendapat para peneliti tentang macam-macam klasifikasi, yang pertama adalah pendapat dari De Foresta dan Michon pada 1997, mereka mengelompokan Agroforestri menjadi dua macam, yaitu sistem Agroforestri sederhana dan kompleks.
1. Agroforestri sederhana
Sistem pertanian yang dilakukan secara tumpang sari yaitu menggunakan satu atau lebih jenis tanaman semusim disebut dengan sistem Agroforestri sederhana.
Lahan tanaman ditanami secara acak hingga membentuk pagar petak agar petak lahan tanaman pangan dapat dikelilingi pepohanan yang ditanam secara keliling.
Selain membentuk pagar dapat pula dibentuk pola lain seperti lorong yaitu pohon ditanam secara berjajar. Karet, cengkeh, kopi, coklat, jati dan aneka tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dapat ditanam disini namun tanaman seperti kaliandra, lamtoro, dan tanaman lain yang memiliki nilai ekonomi rendah pun juga boleh.
Tak ketinggalan dengan penanaman rerumputan dan tanaman semusim yang rata-rata merupakan tanaman pangan seperti padi, jagung, ubi kayu, dan lain sebagainya. Contoh sistem Agroforestri sederhana di Jawa adalah tumpangsari (Bratamihardha, 1991).
2. Agroforestri Kompleks
Merupakan sistem pertanian permanen yang melibatkan berbagai jenis pohon, yaitu sengaja ditanam atau ditanam secara alami di sebidang tanah, dan dikelola oleh petani sesuai dengan metode tanam dan ekosistem mirip hutan.
Dalam sistem ini selain berbagai jenis pohon juga meliputi tanaman perdu, tanaman merambat, tanaman semusim dan rerumputan.
Ciri utama nya adalah tampilan fisik dan sifat dinamisnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam, baik hutan primer maupun sekunder, sehingga sistem ini juga dapat disebut pertanian dan kehutanan.
Sistem Agroforestri kompleks dibedakan menjadi dua bedasarkan jarak dari tempat tinggal yaitu kebun berbasis pohon (agroforest) yang berada didekat tempat tinggal, serta agroforest yang jaraknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta et al, 2000).
Hutan Damar di Lampung Barat serta Hutan Karet di Jambi merupakan contoh dari penerapan sistem ini.
Sedangkan menurut Nair pada 1993, sistem Agroforestri dibedakan dari susunan komponen utama nya yaitu :
- Agrosilvikultur yaitu macam-macam tanaman tani serta pepohanan yang digabung,
- Silvopastura rerumputan dan ternak serta pepohonan yang digabung,
- Agrosilvopastura pepohonan, tanaman tani, tanaman pakan dan ternak digabung menjadi satu,
- Agrosilvofishery tanaman tani, pepohonan, dan ikan yang dipelihara digabung menjadi satu, dan terakhir adalah
- Bee-Agroforestry yang disebut pencampuran tanaman dengan lebah.
Marseno pada 2004, juga menyajikan bentuk lain sistim Agroforestri yang berbasis pelestarian lingkungan yaitu :
- Riverian Buffer Forest (Hutan Penyangga tepi sungai) ; sistem ini memilii fungsi untuk peningkatan biodiversitas serta menjaga kondisi alam di sungai dan mencegah erosi. Selain sangat berfungsi untuk ekosistem di tepian sungai, sistem ini juga berfungsi melindungi pengolahan tanah yang ada di sekitarnya.
- Windbreaks ; gandum, sayuran serta tanaman tani lain yang sensitive dengan angin bisa dilindungin menggunakan sistem ini. Pola yang digunakan pada sistem windbreaks adalah trees along border yang artinya sekitar tanaman tani dilakukan penanaman pepohonan (tanaman hutan), pol aini hampir sama dengan pola penanaman Agroforestri (Sabarnurdin, 2004)
Peranan & Fungsi Agroforestri
1. Fungsi Ekonomi
Mencerminkan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhannya di bidang sosial dan ekonomi. Bentuk produk umumnya meliputi hasil hutan, hasil tanaman pangan, ternak, dll.
Contohnya adalah masyarakat pemproduksi damar di sekitar Pesisir Krui pengguna sistem agroforest yang sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat disekitarnya.
Kebun-kebun damar ini menjadi Sebagian besar pendapatan yaitu 80% masyarakat di desa ini bertahan hidup dri hasil panen kebun damar mereka.
Aneka macam hasil panen kebun damar ini seperti sayur-sayuran, buah-buaha, rempah-rempah, aren, dan masih banyak lagi merupakan penopang ekonomi desa di Pesisir Krui ini.
Hasil hutan yang berasal dari hutan alam pun sudah jarang diambil lagi karena kegiatan agroforest yang dilakukan masyarakat ini, hal ini tentu merupakan berita bagus. Jadi selain bermanfaat bagi kelangsungan perekonomian, secara tak langsung agroforest pun bisa bermanfaat untuk mengurangi kerusakan hutan alam maupun sekunder.
2. Fungsi Ekologi
Fungsi ekologi juga dimiliki oleh sistem Agroforestri (Lundren & aintree, 1982), ciri-ciri nya adalah :
- Agroforestri terdiri dari minimal satu jenis pepohonan (berkayu) dan tanaman lain (bisa tanaman dan hewan), jumlahnya terdiri dari dua jenis atau bisa juga bisa lebih.
- Dilihat dari keanekaragaman jenisnya, maka akan ada dua atau lebih produk (multi produk), misalnya berupa produk kayu bakar, pakan ternak, obat-obatan dan buah-buahan.
- Akan menghasilkan minimal satu fungsi dalam pelayanan jasa karena adanya keragaman jenis ini, seperti melindungi dari angi, udara menjadi sejuk, meningkatnya kesuburan tanah, dan lain sebagainya.
- Siklus pada sistem agroforest memiliki jangka yang panjang (lebih dari satu tahun)
- Pada siste agroforestri tanaman berkayu dan tidak akan membentuk interaksi dalam fungsi perekonomian dan ekologi
- Secara biologi di struktur dan fungsi sistem agroforestri sederhana, sistemnya ternyata tetap kompleks serta jika dibandingkan dengan budidaya monokultur, sistem agroforestri ini dinilai lebih ekonomis.
- Sistem agroforestri bergantung dengan manipulasi biomasa tanaman dengan cara memanfaatkan sisa-sisa panen, sistem ini berlaku pada daerah tropis yang memiliki pemasukan rendah.
3. Fungsi dalam jasa dan produksi
Fungsi produksi pada agroforestri sangat bermacam-macam seperti memproduksi buah, obat-obatan, produk untuk peternak, produk perikanan seperti ikan, udang, bahkan lebah madu.
Peranan dan fungsi jasanya pun tak kalah bervariasi (Hairiah et al, 1999) seperti memberikan lingkungan yang sejuk dan memiliki manfaat untuk manusia maupun satwa, mencegah kerusakan alam, dan lain sebagainya.
4. Peranan dalam mengelola kesuburan tanah marijal
Tanah yang tidak subur, kurang nutrisi hara dan masam banyak dijumpai di Indonesia. Melapuknya batuan vulkanis serta endapan dari sungai adalah bebrapa ciri tanah yang relative subur.
Untuk membuat lahan pertanian dan tempat tinggal penduduk tentu saja digunakan tanah subur ini contohnya di Pulau Jawa.
Perkebunan besar maupun usaha tani lainnya juga banyak menggunakan tanah subur di daerah luar jawa sejak zaman Belanda (Hairiah et al, 2003).
Fungsi dan peranan dari agroforestri guna meningkatkan intesintas lahan marjinal yaitu :
- Bahan-bahan organis serta aktifitas biologi lainnya dapat digunakan sistem agroforestri dalam memilihara dan mendukung kesuburan tanah.
- Beraneka ragam erosi dalam dikendalikan melalui sistem agroforestri sehingga hasilnya unsur hara, tanah, air, dan sebagainya tidak terlalu berkurang.
- Peningkatan air tanah pun bisa dilakukan dengan menggunakan sistem agroforestri
- Bahan organic yang dipelihara dengan baik serta lokasi yang dipengaruhi oleh perakaran tanaman pada sistem agroforestri dapat memilihara fisik tanah lebih baik disbanding sistem tanaman semusim
5. Manfaat dan Kerugian Sistem Agroforestri
Selain itu terdapat pula manfaat umum sistem pengelolaan lahan agroforestri (Lal, 1991) yaitu:
- Tanaman kayu- kayuan( paling utama dari tipe leguminoceae) bisa menyumbangkan hara, paling utama nitrogen kepada tumbuhan semusim.
- Terjadinya revisi watak raga serta hayati tanah sebab akumulasi bahan organik dalam wujud mulsa ataupun daun- daunan yang melapuk pada susunan permukaan tanah.
- Terjadinya pengurangan erosi paling utama apabila tumbuhan kayu- kayuan ditanam secara rapat bagi garis kontur sehingga membentuk sabuk hijau.
- Kadangkala terjalin pertumbuhan predator yang memangsa hama sehingga terjalin pengendalian hama secara biologis.
Bagi Agus (1999), tidak hanya mempunyai bermacam keuntungan bila mengelola lahan dengan sistem agroforestri nyatanya adapula kerugian- kerugian yang dapat mencuat, ialah:
- Adanya pengurangan luas lahan yang digunakan buat komoditas pertanian sebab dipakai buat penanaman komoditas kayu- kayuan demikian pula dengan kebalikannya.
- Terjadi kompetisi bermacam tipe tumbuhan dalam sistem agroforestri yang diimplementasikan paling utama dalam mendapatkan air, hara, serta sinar.
- Timbul indikasi allelopathy berbentuk pengeluaran zat oleh sesuatu tipe tumbuhan sehingga bisa menggangu perkembangan tumbuhan yang yang lain.
- Sangat dimungkinkan berkembangnya bermacam hama serta penyakit pada satu tipe tumbuhan sehingga mengusik perkembangan tipe tumbuhan lain.
- Kadangkala kerugian yang mencuat dapat lebih besar dibanding dengan keuntungan kala impelementasi system agroforestri hingga butuh terdapat pemilihan komoditas secara pas serta pengelolaan dicoba dengan benar. Kedua perihal tersebut merupakan kunci kesuksesan sistem agroforestri.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan mengenai Pengertian Agroforestri Adalah : Klasifikasi, Peranan dan Fungsi. Semoga bermanfaat.
Baca Juga : Kelemahan dan Tantangan Sistem Agroforestri
Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska RIAU dengan bidang keahlian Pemuliaan tanaman dan fisiologi tumbuhan. Semoga web ini bermanfaat.