Tahukah Anda Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati Penyakit Sapi Gila? Penyakit sapi gila atau mad cow disease merupakan penyakit gangguan otak langka yang disebabkan oleh mengkonsumsi otak dan sumsum tulang sapi yang terinfeksi.
Pada manusia, penyakit ini menyebabkan gangguan emosi yang diikuti oleh penurunan fungsi saraf secara perlahan.
Dalam dunia kedokteran, penyakit sapi gila yang menyerang sapi biasa disebut sebagai bovine spongiform encephalopathy (BSE).
Penyakit ini disebabkan oleh prion, partikel protein yang bersifat infeksius dan membuat otak sapi berlubang seperti spons.
Kondisi ini disertai dengan berbagai tanda dan gejala neurologis yang sifatnya fatal pada sapi, sehingga ketika sapi yang terinfeksi penyakit ini, akan menjadi agresif dan mengamuk.
Ketika manusia terinfeksi, maka penyakit sapi gila ini dikenal dengan istilah Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD). Proses penularan penyakit sapi gila ke manusia biasanya terjadi setelah mengonsumsi sapi yang terjangkit BSE.
Dilansir dari laporan data WHO tahun 2017, kasus sapi gila banyak ditemukan di negara seperti Inggris, Irlandia, Perancis, Spanyol dan Amerika.
Kondisi ini tergolong sebagai penyakit yang sangat amat langka. Di Indonesia sendiri, penyakit sapi gila hanya ada kurang dari 1,000 kasus per tahun.
Lalu, apa yang menyebabkan penyakit sapi gila? Apa saja gejalanya? Bagaimana cara mengobatinya? Simak penjelasannya secara lebih lengkap dan mendalam hanya di artikel ini.
Penyebab Penyakit Sapi Gila
Penyakit sapi gila Creutzfeldt-Jakob merupakan bagian dari kelompok penyakit manusia dan hewan yang dikategorikan sebagai transmissible spongiform encephalopathies (TSE).
Ini merupakan kelompok gangguan otak yang sifatnya neurodegeneratif, progresif dan langka yang dapat mempengaruhi manusia dan hewan.
Meskipun jenis penyakit ini memiliki masa inkubasi yang lama, penyakit ini akan berkembang pesat saat gejala mulai bermunculan dan selalu akan berakibat fatal.
Penyakit sapi gila tidak menular melalui batuk, bersin, sentuhan atau kontak seksual.
Hingga saat ini, belum ada laporan yang secara ilmiah yang membuktikan penularan sapi gila melalui konsumsi susu sapi yang terinfeksi BSE.
Akan tetapi, penyakit sapi gila dapat menular melalui beberapa cara berikut:
- Konsumsi otak dan sumsum tulang sapi yang terinfeksi oleh BSE secara langsung.
- Secara kontaminasi. Sebagian kecil individu dengan penyakit Creutzfeld-Jakob menderita kondisi ini setelah terekspos dengan jaringan manusia setelah melakukan tindakan medis, seperti transplantasi kulit. Penyakit ini juga dapat tertular melalui alat bedah yang tidak disterilkan setelah digunakan pada penderita penyakit sapi gila.
- Secara genetik atau keturunan. Dari penelitian medis, dapat diperkirakan sekitar 5-10 persen penderita penyakit Creutzfeldt-Jakob memiliki anggota keluarga dengan penyakit tersebut atau memiliki hasil positif ketika dilakukan pemeriksaan mutasi genetik yang dikaitkan dengan penyakit ini.
- Secara sporadik. Sebagian besar individu penyintas penyakit Creutzfeldt-Jacob tidak tahu secara jelas penyebabnya.
Manusia yang terkena CJD juga tidak dapat menularkan penyakit ini ke manusia lain melalui bersalaman atau mengobrol.
Meskipun begitu, orang yang menghabiskan waktu di tengah wabah penyakit gila sangat tidak dianjurkan untuk mendonorkan darahnya.
Perlu digarisbawahi pula bahwa risiko terkena penyakit sapi gila akan meningkat jika individu berusia diatas 60 tahun dan positif memiliki penyakit tersebut secara genetik.
Gejala Penyakit Sapi Gila
Pada tahap awal infeksi, penyakit sapi gila memengaruhi emosi dan perilaku penderitanya. Penderita sering merasa cemas, depresi, dan mengalami gangguan tidur atau insomnia.
Dalam kurun waktu empat bulan, penderita akan mengalami gangguan sistem saraf secara bertahap dan disertai dengan beberapa gejala-gejala berikut:
- Perubahan kepribadian
- Gerakan otot tidak terkendali
- Hilang koordinasi antara anggota tubuh.
- Penglihatan yang buram atau bahkan buta.
- Sensasi kesemutan pada wajah, tangan dan kaki.
- Kehilangan memori.
- Gangguan keseimbangan
Seiring dengan berkembangnya penyakit, penderita akan mengalami kelumpuhan total. Mereka tidak akan menyadari apa yang ada di sekelilingnya dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Mayoritas penderita penyakit sapi gila akan meninggal dunia dalam kurun waktu 12-14 bulan sejak munculnya gejala awal.
Cara Mengobati dan Mencegah Penyakit Sapi Gila
Untuk saat ini, belum ada metode pengobatan yang 100% secara efektif dapat menyembuhkan penyakit sapi gila.
Akan tetapi, dokter akan meresepkan sejumlah obat untuk meredakan gejala yang dialami penderita seperti obat pereda nyeri, antidepresan (untuk mengatasi cemas dan depresi), dan clonazepam (untuk meredakan tremor).
Tujuannya adalah untuk menjaga kenyamanan individu yang mengalami penyakit ini dengan mengurangi rasa sakit dari gejala yang ditimbulkan.
Jika pasien sudah memasuki tahap kronis, dokter akan memberikan asupan makanan dan cairan melalui infus.
Meskipun sulit untuk menyembuhkan penyakit ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan penyakit sapi gila ini.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit sapi gila adalah dengan tidak mengkonsumsi daging sapi yang berasal dari negara yang sedang terjangkit penyakit sapi gila.
Hal ini terutama berlaku ketika Anda sedang berkunjung ke daerah yang sedang terjangkit penyakit sapi gila.
Sebisa mungkin hindari konsumsi makanan yang mengandung sumsum tulang sapi dan otak, terutama yang tidak diketahui sumber, kebersihan serta keamanannya.
Langkah lain yang juga dapat Anda lakukan adalah dengan tidak menerima donor darah atau organ dari orang yang menunjukkan gejala-gejala penyakit sapi gila.
Bagi yang memiliki riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit Creutzfeldt-Jakob, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan konselor genetik untuk mengevaluasi risiko terjadinya kondisi tersebut.
Bagi Anda yang memiliki perternakan, sangat direkomendasikan untuk memberikan pengawasan ekstra terhadap kondisi hewan ternak.
Mulai dari pengendalian pakan ternak, pengobatan yang tepat untuk hewan sakit serta pembatasan konsumsi hewan ternak yang memiliki resiko menularkan penyakit sapi gila.
Kesimpulan
Penyakit sapi gila merupakan penyakit langka namun kronis. Penyakit ini disebabkan oleh sapi dengan penyakit BSE dan dapat menularkan secara langsung kepada manusia melalui konsumsi daging atau melalui kontaminasi tindakan medis seperti transplantasi organ.
Di awal tahap infeksi, penyakit sapi gila hanya akan menunjukan gejala yang berupa masalah psikologis.
Akan tetapi, secara berangsur-angsur penyakit tersebut akan menjadi kronis dan merusak fungsi syaraf dan otak, sehingga dapat mengakibatkan kematian hanya dalam kurun waktu 12-14 bulan.
Penyakit sapi gila tidak dapat disembuhkan secara total, namun gejalanya hanya dapat diringankan oleh obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter.
Agar terhindar dari resiko fatal yang disebabkan oleh penyakit sapi gila, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan seperti tidak mengkonsumsi daging yang terinfeksi BES serta tidak menerima donor darah atau donor organ dari individu yang diduga terinfeksi penyakit sapi gila.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda yang ingin mengetahui secara mendalam seputar penyakit sapi gila serta beberapa beberapa metode pencegahannya.
Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska RIAU dengan bidang keahlian Pemuliaan tanaman dan fisiologi tumbuhan. Semoga web ini bermanfaat.