Nama tanaman temulawak nampaknya sangat familiar di telinga masyarakat sebagai bahan jamu tradisional. Mudah sekali menemukan tanaman ini di seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Selain itu, tanaman ini juga banyak tersebar di seluruh belahan dunia mulai dari benua Asia hingga benua Amerika.
Tanaman temulawak juga sering disalah pahami mirip dengan kunyit, apalagi dari warna rimpangnya yang hampir sama dengan rimpang kunyit yaitu kuning tua atau coklat kemerahan.
Rimpang dari temulawak inilah yang lebih banyak dimanfaatkan untuk jamu oleh banyak orang. Tidak lain karena kandungan dari rimpang yang konon bisa menambah nafsu makan, untuk anti kolesterol, anti kanker, bahkan untuk pengobatan jerawat.
Dengan kandungan dari temulawak yang begitu beragam, hal ini menjadikan daya tarik tersendiri untuk masyarakat petani membudidayakan tanaman temulawak. Beberapa daerah di pedesaan pun sudah mulai banyak membudidayakan tanaman temulawak ini, mengingat tanaman ini lebih mampu beradaptasi hidup di lingkungan yang teduh.
Hanya saja, budidaya tanaman temulawak kebanyakan masih dalam skala kecil. Padahal sebenarnya, teknik dalam budidaya tanaman temulawak juga tidak terlalu sulit.
Namun, dibutuhkan sedikit ketekunan dan keuletan saat melakukan budidayanya. Jika budidaya temulawak bisa ditekuni dengan baik, maka bisa saja budidaya yang sebelumnya dalam skala kecil dapat berubah menjadi budidaya skala besar.
Baca Juga : Syarat Tumbuh Tanaman Temulawak
Cara Budidaya Tanaman Temulawak
Cara budidaya tanaman temulawak tidak membutuhkan teknik khusus. Setiap teknik yang digunakan juga hampir sama dengan teknik budidaya lainnya.
Teknik ini meliputi persiapan media tanam, pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan, dan juga paska panen yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
1. Persiapan Media Tanam
Dikarenakan bagian akar atau rimpang tanaman temulawak menjadi bagian penting, maka pertumbuhan akarnya harus diperhatikan dengan sangat.
Oleh karenanya, dibutuhkan jenis tanah yang tepat. Untungnya, tanaman temulawak ini mampu hidup pada berbagai jenis tanah baik tanah berpasir ataupun tanah liat.
Akan tetapi, mengesampingkan jenis tanahnya, tanah untuk membudiyakan temulawak harus lah tanah yang subur dan mempunyai kandungan organik tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan langkah untuk menyiapkan lahan media tanam temulawak.
Langkah persiapan media tanam idealnya dilakukan 1 bulan atau 30 hari sebelum proses menanam. Media tanam yang digunakan bisa di area perkebunan atau di pekarangan rumah.
Untuk langkah pertama pengolahan tanah, terlebih dulu bersihkan gulma atau semak-semak yang ada di media tanam. Tanah yang masih penuh dengan tanaman pengganggu belum bisa dikatakan siap untuk ditanami tanaman apapun.
Kemudian, lakukan proses penggemburan tanah, bisa dengan dibajak atau dicangkul saja. Proses mencangkul ini diusahakan dilakukan dengan kedalaman 30 cm. Lantas, untuk proses selanjutnya adalah membuat bedengan.
Bedengan ini dibuat seukuran 120 hingga 200 cm untuk lebarnya, 30 cm untuk tingginya. Lalu, berikan jarak antar bedengan sekitar 40 cm. Sebaiknya, persiapkan juga pembuatan drainase untuk sistem pengairan sehingga menghindari tanah tergenang air terlalu banyak saat musim hujan terjadi.
Sebelum masuk ke proses terakhir dalam persiapan lahan tanam, buat lubang tanam di bedengan yang nantinya digunakan untuk tempat tanaman temulawak tumbuh. Ukuran dari lubang tanamnya adalah sekitar 30 x 30 cm, berkedalaman 60 cm, dengan jarak 60 x 60 cm.
Untuk langkah terakhir dalam persiapan media tanam, lakukan pemupukan awal dengan bantuan pupuk kandang atau kompos. Dosis untuk setiap lubang tanam adalah sekitar 1-2 kg pupuk kandang.
2. Pembibitan Tanaman Temulawak
Proses pembibitan tanaman temulawak diambil dari rimpangnya, entah dari rimpang induk atau rimpang cabang. Kriteria rimpang yang bisa digunakan sebagai pembibitan adalah rimpang yang berusia 12 bulan dan mempunyai kondisi yang sehat, dalam artian tidak terserang hama atau penyakit.
Dalam pengambilan bibit tanaman temulawak, pilih dulu tanaman yang akan diambil rimpangnya. Lalu, angkat tanaman tersebut secara perlahan dan bersihkan dulu rimpangnya dari tanah yang menempel. Selanjutnya, pisahkan rimpang induk dan rimpang cabang.
Untuk rimpang induk, silakan belah rimpang menjadi empat bagian yang berisi 2 atau 3 tunas. Setelah itu, rimpang tadi dijemur selama 4 jam dalam 4 hingga 6 hari dan bisa langsung ditanam di media tanam yang luas.
Sementara itu, bibit yang diambil dari rimpang cabang atau anakan, harus disemai terlebih dulu dan disimpan pada tempat teduh.
Sirami bibit semai dua kali sehari pada pagi dan sore, setidaknya selama 1-2 bulan tunas baru akan mulai muncul. Apabila tunas sudah muncul, lakukan pemotongan hingga 2-3 mata tunas, lalu bibit temulawak bisa langsung dipindahkan ke media tanam yang lebih luas.
3. Penanaman Tanaman Temulawak
Pada budidaya tanaman temulawak, penanamannya dilakukan secara monokultur atau penanaman satu jenis tanaman saja. Tanaman temulawak membutuhkan asupan air yang banyak sehingga disarankan untuk melakukan penanaman pada awal musim penghujan.
Penanaman kemudian dilakukan dengan memasukkan bibit ke lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas.
Timbun bibit dengan kedalam sampai 10 cm. Dengan begitu, proses penanaman sudah selesai dan dilanjutkan ke proses pemeliharaan tanaman.
4. Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman Temulawak
Tahapan pemeliharaan atau perawatan tanaman temulawak ini terbagi menjadi beberapa langkah. Untuk setiap langkahnya akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
- Penyulaman
Dalam setiap budidaya tanaman, pastinya pada awal penanaman sering ditemui adanya tanaman yang mati atau mengalami pertumbuhan tidak sehat. Untuk menyiasati hal tersebut, maka perlu dilakukan adanya penyulaman.
Penyulaman berarti melakukan penggantian pada tanaman yang mati tersebut dengan bibit cadangan yang sudah dipersiapkan. Proses ini biasanya terjadi pada awal masa tanam tanaman temulawak.
- Pemulsaan
Pemulsaan adalah tahapan pemeliharaan tanaman temulawak dengan cara menghamparkan jerami pada awal masa tanam secara merata. Tujuan dari tahapan pemulsaan ini adalah supaya tanah tidak kering, rusak, dan membuat tanah lebih gembur.
- Penyiangan
Tanaman pengganggu seperti semak dan gulma seringkali menyusahkan petani karena adanya tanaman pengganggu ini bisa membuat terjadinya perebutan nutrisi dengan temulawak.
Langkah ini dilakukan saat usia tanaman mencapai usia empat bulan masa tanam. Setelahnya, baru proses penyiangan dilakukan secara rutin apabila tanaman pengganggu mulai tumbuh. Usahakan waktu untuk melakukan penyiangan adalah pada sore hari atau pagi hari.
- Pembubunan
Mengingat tanaman temulawak berjenis tanaman rimpang, maka pertumbuhan akar penting untuk diperhatikan. Pembubunan ini menjadi salah satu langkah untuk menjaga pertumbuhan akar tetap berkembang dengan baik.
Caranya adalah dengan menutup kembali bagian akar yang terlihat terbuka. Proses pembubunan ini dilakukan setelah proses penyiangan selesai dilakukan.
- Pengairan
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, tanaman temulawak membutuhkan banyak asupan air pada masa awal pertumbuhan. Namun, di luar masa awal pertumbuhannya juga tetap membutuhkan air.
Pengairan pada tanaman temulawak idealnya diberikan pada pagi atau sore hari setiap harinya. Namun, jika pada musim kemarau, tanaman temulawak biasanya disiram dengan intensitas lebih sering untuk menghindari kekeringan.
- Pemupukan
Jika sebelumnya sudah ada pemupukan awal pada masa sebelum tanam, maka pemupukan selanjutnya dilakukan setelah penanaman.
Pada usia tanaman yang mencapai 2 bulan, pemupukan susulan ini baru bisa diberikan dengan jenis pupuk kandang, urea, dan KCl.
Dosis yang disarankan sekitar 0,5 per tanaman atau 10-12,5 ton per hektar untuk pupuk kandang, 95 kg per hektar untu pupuk urea, dan 85 kg per hektar untuk pupuk KCl. Pemupukan dilakukan kembali ketika tanaman temulawak mencapai usia 4 bulan.
Namun, di sini jenis pupuk yang digunakan hanya pupuk urea dan KCl. Takarannya adalah sekitar 40 kg per hektarnya.
Untuk cara pemberian pupuknya sendiri dengan disebarkan secara merata dalam larikan dengan jarak 20 cm dari pangkal batang temulawak. Kemudian, tutupi kembali pupuk dengan tanah.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Selanjutnya, langkah yang tak kalah penting dalam perawatan temulawak ada pada pengendalian hama dan penyakitnya.
Hama yang sering ditemui dan menyerang tanaman temulawak biasanya berupa ulat jengkal, ulat tanah, dan lalat rimpang.
Jika ditemukan hama-hama tersebut, lakukan pengendalian dengan cara menyemprotkan insektisida Dimilin 25 WP atau bisa juga dengan insektisida Kiltop 500 EC berkonsentrasikan 0,1-0,2 %.
Sedangkan penyakit yang lebih sering menyerang temulawak meliputi jamur fusarium dan penyakit layu. Jamur fusarium akan menyebabkan tanaman mengalami busuknya akar rimpang dengan tanda-tanda seperti akar yang menjadi keriput, berwarna kehitaman dan bagian tengahnya busuk. Penyakit ini bisa juga menyebabkan keseluruhan tanaman menjadi mati.
Untuk itu, cara mengatasi layu fusarium bisa dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman atau dengan menyemprotkan fungisida seperti Dimazeb 80 WP dan Dithane M-45 WP berkonsentrasi 0,1-0,2%.
Kemudian, apabila terjadi penyakit layu, pengendalian bisa dilakukan dengan menyemprotkan Agrimycin 15/1,5 WP atau dengan grept 20 WP berkonsentrasi 0,1-0,2 %.
5. Panen
Tanaman temulawak yang siap panen adalah tanaman yang berusia 9 sampai 10 bulan. Rimpangnya akan berwarna kuning kecoklatan dan beberaba bagian tanaman menjadi kering atau berubah menguning.
Biasanya akhir masa pertumbuhan temulawak terjadi pada musim kemarau, jika saja awal penanaman dilakukan pada awal musim hujan.
Lalu, untuk cara memanennya sendiri dilakukan dengan menggali tanah di sekitar tanaman, kemudian cabut tanaman secara pelan sehingga akar rimpangnya ikut terangkat pula.
6. Pasca Panen
Dalam tahapan pasca panen ini, sebelum hasil panen didistribusikan atau dipasarkan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan terlebih dulu. Pertama, penyortiran dan pencucian dengan menyortir rimpang untuk dicuci dengan air bersih. Pencucian dilakukan tidak lebih dari dua kali untuk tetap menjaga kualitas dari rimpang.
Kemudian, lakukan perajangan baik dengan mesin pemotong atau dengan manual. Keringkan dengan dijemur di bawah matahari selama 4 jam dalam 3 hari.
Setelah tanaman dikeringkan, sortir ulang dan simpan pada wadah plastik atau keranjang. Usahakan untuk disimpan di tempat yang lembab dengan penerangan cukup, namun bukan terkena sinar matahari secara langsung.
Itulah semua tahapan budidaya tanaman temulawak dari proses awal pemilihan bibit hingga proses paska panennya.
Teknik di atas juga bisa dicoba untuk budidaya dalam skala kecil terlebih dahulu, atau jika ingin menekuni secara serius pun juga sangat dianjurkan. Apalagi, tanaman temulawak yang sangat berguna untuk kesehatan ini pastinya punya nilai jual yang tidak kecil.
Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska RIAU dengan bidang keahlian Pemuliaan tanaman dan fisiologi tumbuhan. Semoga web ini bermanfaat.