Tanaman yang masih satu keluarga dengan kubis, lobak, dan brokoli ini dapat ditemukan dengan mudah di pasaran. Tergolong sebagai sayuran, sawi sangat umum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu pelengkap sajian makanan. Misalnya saja pada bakso, mie ayam dan sup.
Menurut sejarahnya, tanaman sawi bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan dari Cina dan beberapa daerah di Asia Timur. Di Cina sendiri, tanaman sawi menjadi tanaman yang sudah dibudidayakan selama ribuan tahun.
Sebelum masuk ke Indonesia, sawi ternyata lebih dulu masuk ke Taiwan dan salah satu negara di Asia Tenggara yaitu Filipina. Kemudian, saat terjadinya perdagangan lintas negara sekitar abad 19, sawi mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Jenis dari sawi juga bisa dikatakan beragam, namun masyarakat Indonesia memang lebih banyak mengenal sawi hijau. Jenis-jenis tersebut antara lain sawi putih, sawi hijau, sawi bakso, sawi keriting, sawi huma, dan sawi monumen.
Banyaknya manfaat yang bisa diambil dari tanaman sawi seperti untuk kebutuhan pangan, menjadikan tanaman ini mulai banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.
Dalam hal pembudidayaan sawi, petani sawi juga harus memahami syarat-syarat agar sawi bisa tumbuh dengan baik.
Begitu juga dengan cara budidaya tanaman sawi. Dengan cara yang tepat, maka tidak mustahil hasil yang didapat sangat berkualitas.
Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Ada beberapa syarat tumbuh tanaman sawi yang harus diperhatikan terutama bagi petani yang akan membudidayakan tanaman sawi. Syarat-syarat tersebut misalnya iklim, media tanah, jenis pupuk, dan pengapuran.
- Iklim
Tanaman sawi cenderung lebih bagus dalam hal pertumbuhan jika ditanam pada daerah dengan iklim yang cukup dingin. Kisaran suhunya adalah 21 °C saat siang dan 15 °C saat malam. Akan tetapi, ada juga beberapa jenis sawi yang bisa tumbuh dengan baik pada suhu yang cukup panas seperti 32 °C.
Sementara itu, untuk curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan sawi sekitar 1000-1500 mm per tahunnya. Daerah yang umumnya memiliki curah hujan dalam ukuran tersebut adalah daerah dataran tinggi.
Namun, meski curah hujan yang dibutuhkan cukup tinggi, tanaman sawi kurang bisa beradaptasi dengan air yang menggenang.
Dengan kisaran curah hujan yang telah disebutkan juga, kelembaban udara yang pas untuk budidaya tanaman sawi sekitar 90%.
- Media Tanah
Melakukan budidaya tanaman sawi, maka media tanah yang dipilih harus disesuaikan dengan tingkat adaptasi tanaman.
Jenis tanah yang cocok di sini adalah tanah yang relatif gembur, subur dan kandungan humusnya cukup banyak. Kandungan humus ini berperan dalam pertumbuhan sawi supaya bisa tumbuh dengan sehat.
Jika ditanam pada tanah yang berjenis liat, maka tanah tersebut harus melalui pengolahan terlebih dulu. Sebaliknya, jika ditanam di media tanah lempung yang berpasir, tanaman sawi tentu akan lebih cepat dalam bertumbuh.
Jenis tana seperti ini tergolong sebagai tanah andosol. Mengenai pH tanah datau derajat keasaman tanah, tanaman sawi sangat cocok bila dibudidayakan pada tanah dengan pH 6 hingga 7.
- Tingkat Ketinggian
Tingkat ketinggian tanah untuk budidaya sawi bisa dilakukan pada tanah dengan ketinggian 5 hingga 1200 mdpl.
Di Indonesia, tanaman sawi lebih umum ditanam pada daerah dengan ketinggian 100 sampai 1000 mdpl. Seperti yang sudah disebutkan di atas pula, tanaman ini memang lebih cocok pada dataran tinggi.
- Jenis Pupuk
Syarat tumbuh dari tanaman sawi tidak lepas dari adanya peran pupuk. Pemberian pupuk pada tanaman digunakan dengan tujuan supaya tanaman bisa berkembang dan tumbuh cepat.
Jenis pupuk yang dipilih juga harus disesuaikan dengan jenis tanaman. Tidak semua pupuk cocok untuk semua jenis tanaman, sehingga harus benar-benar dipilih sesuai kebutuhan tanaman.
Pada tanaman sawi, pupuk nitrogen seringkali dipilih oleh para petani untuk membantu pertumbuhan dari sawi.
Fungsi utama dari pemberian pupuk ini disamping untuk pertumbuhan juga bisa difungsikan untuk pembentukan protein tumbuhan.
Ada beberapa kondisi yang ditimbulkan jika pupuk nitrogen tidak diberikan, seperti gugurnya daun, daun menguning, dan tanaman yang tumbuh dengan kerdil.
- Pengapuran
Pengapuran dilakukan apabila kondisi pH tanah ternyata tidak sesuai dengan syarat tumbuh dari tanaman sawi. Dengan proses pengapuran pada tanah ini akan membantu tanah dalam meningkatkan pHnya hingga mencegah terjadinya penyakit tanaman.
Untuk tanaman sawi, pemberian kapur yang tepat adalah dengan menggunakan kapur pertanian terutama kapur berjenis dolomite atau karbonat.
Jumlah kapur yang diberikan pada tanaman sawi juga harus mempertimbangkan beberapa faktor. Seperti tingkat pH tanah, mutu dari kapur, kadar organik tanah, dan tekstur tanah itu sendiri.
Cara Budidaya Tanaman Sawi
Untuk para petani yang ingin mulai membudidayakan tanaman sawi, cara-cara berikut ini bisa dijadikan sebagai referensi. Cara tersebut umumnya dimulai dengan pembibitan hingga panen dan paska panennya.
1. Pemilihan Benih dan Pembibitan Tanaman Sawi
Langkah yang paling awal yang harus dilakukan oleh petani dalam membudidayakan suatu tanaman, tentu saja adalah pada benihnya.
Untuk mendapatkan benih sawi sekarang ini sudah tidak terlalu sulit. Petani bisa mendapatkannya di toko-toko pertanian.
Meskipun benih bisa didapat dengan mudah, tidak serta merta semua benih dianggap memiliki kualitas baik.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih. Seperti halnya lamanya penyimpanan benih tersebut.
Benih sawi yang baik tidak boleh disimpan lebih dari 3 tahun karena ini akan menyebabkan buruknya pertumbuhan sawi.
Selanjutnya, apabila benih sawi sudah ada di tangan, maka jangan langsung menanamnya di media tanah lapang. Langkah yang harus dilakukan terlebih dulu adalah pembibitan.
Pembibitan ini dapat dilakukan di media pot kecil dan bila usia tanaman sudah mencapai 4 minggu bisa dipindahkan ke bedengan.
2. Pengolahan Tanah
Dalam pengolahan tanah, bedengan menjadi salah satu langkah penting untuk tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman sawi.
Manfaat dengan adanya bedengan ini adalah akan memudahkan pembuangan air hujan dan memudahkan menyerapnya air hujan.
Ukuran bedengan yang dianjurkan untuk tanaman sawi sekitar 100-120 cm dan panjang hingga 3 meter. Sebelum dilakukan pembibitan di bedengan, bedengan terlebih dulu diberikan pupuk kandang, urea, TSP, dan Kcl.
Pengolahan tanah sekaligus pembuatan bedengan lebih baik dilakukan sebelum proses penanaman. Dengan menggarap tanah setidaknya akan membuat pori-pori tanah terbuka.
Udara akan lebih mudah masuk, serta akar-akar yang nantinya akan tumbuh akan lebih mudah dalam menyerap zat makanan di dalam tanah.
2. Penanaman Sawi
Saat bedengan sudah siap dan benih yang disemai sudah berusia 4 minggu, maka tanaman sawi siap untuk ditanam. Saat melakukan penanaman, petani lebih baik melakukannya pada akhir musim hujan supaya tanaman bisa mendapatkan curah hujan yang cukup.
Kemudian, lakukan penanaman pada sore hari saja untuk menghindari air siraman menguap serta tanah akan menjadi lebih lembab.
Jarak penanaman tanaman sawi juga tak boleh dilupakan. Biasanya jarak yang terbaik adalah 20 cm antar tanaman.
3. Pemeliharaan Tanaman Sawi
Upaya pemeliharaan tanaman sawi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang sering diaplikasikan dalam budidaya tanaman sawi adalah penjarangan, penyiangan, dan pemupukan. Tanpa ketiga cara ini, pemeliharaan tanaman sawi bisa jadi tumbuh dengan tidak sempurna.
- Penjarangan
Langkah pemeliharaan yang pertama adalah penjarangan dimana hal ini dilakukan untuk memilih tanaman yang tumbuh kerdil dan terlalu rapat antar tanaman. Upaya penjarangan ini harus dilakukan setelah 2 minggu proses penanaman tanaman.
Tanaman yang tumbuh terlalu rapat dan tampak kerdil harus dicabut. Jika tanaman tersebut dibiarkan tumbuh, maka akan berimbas pada hasil panennya nanti.
Apalagi jika jarak tumbuh tanaman ternyata terlalu berdekatan, maka bisa jadi akan menyebabkan tanaman tidak berkembang baik.
- Penyiangan
Untuk langkah pemeliharaan selanjutnya adalah melakukan penyiangan. Tidak dipungkiri saat proses menanam pastinya terdapat rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman sawi.
Maka, untuk menyebabkan tanaman sawi terganggu oleh gulma, penyiangan ini harus dilakukan. Penyiangan baiknya dilakukan 2 minggu sekali dengan mencabuti rumput-rumput, alang-alang serta tanaman perdu lainnya.
- Pemupukan
Kemudian, untuk menjaga agar tanaman sawi tidak terkena penyakit atau hama, maka pemupukan dapat dilakukan dengan memilih pupuk yang kandungannya sesuai dengan jenis tanaman.
Pupuk yang biasanya paling dibutuhkan oleh tanaman adalah pupuk dengan kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P), serta Kalium (K). Ketiga kandungan tersebut sering disebut sebagai pupuk NPK.
Untuk tanaman sawi, pemberian pupuk yang paling baik dilakukan saat tanaman sudah tumbuh dengan usia 10 hari. Kandungan pupuk yang dianjurkan di sini adalah pupuk Nitrogen.
Alasannya karena pupuk nitrogen ini sangat berpengaruh untuk kesehatan daun sawi, yang mana menjadi bagian yang paling banyak dikonsumsi.
Sementara itu, ada juga pupuk tambahan yang cocok untuk tanaman sawi yaitu pupuk urea. Pupuk ini bisa diberikan dengan dengan ditabur, lalu ditutup oleh tanah. Jika ingin dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada bedengan juga diperbolehkan.
Aturan pemberian urea berkisar antara 25 gram pupuk yang dilarutkan dalam air sebanyak 25 liter. Takaran ini berlaku untuk bedengan sepanjang 5 meter.
Disamping pupuk kimia, pupuk organik terkadang juga digunakan oleh para petani tanaman sawi. Kandungan dari pupuk organik sangat bemanfaat dalam membantu tanah menjadi gembur dan menambah unsur hara yang terkadung dalam tanah.
4. Pengendalian Penyakit dan Hama Tanaman Sawi
Tanaman sawi juga tidak luput dari serangan penyakit dan hama. Penyakit yang umumnya menyerang yaitu penyakit bercak daun, busuk daun, akar pekuk, dan virus mosaik.
Sementara itu, hama yang kerap kali ditemukan menyerang tanaman sawi berupa ulat daun, kumbang daun, ulat titik tumbuh, dan lalat pengerek daun.
Hama kumbang daun lebih sering disebut sebagai hama utama dari tanaman sawi, sedangkan hama lainnya tergolong hama potensial yang tetap harus diwaspadai keberadaannya.
Dalam menanggulangi adanya hama dan penyakit, petani bisa menyemprotkan insektisida. Penyemprotan harus diusahakan dilakukan 20 hari sebelum panen dilakukan. Upaya ini mencegah supaya konsumen tanaman sawi nantinya tidak terkena keracunan insektisida.
5. Panen Tanaman Sawi
Waktu panen yang paling pas dilakukan pada tanaman sawi yang sudah mencapai usia 40 hari hingga 70 hari. Cara panen tanaman sawi biasanya terbagi menjadi dua.
Ada petani yang memilih mencabut sampai ke akarnya, tetapi ada juga petani yang lebih memilih memangkas pangkal batang dari tanaman sawi.
Setelah dilakukan pemanenan, langkah selanjutnya adalah melakukan pencucian tanaman untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada daun. Kemudian, dikelompokkan atau dipilah-pilah mana sawi yang layak jual dan konsumsi.
Nah, bagaimana sudah siap melakukan budidaya tanaman sawi? Cara di atas bisa jadi diterapkan dengan metode yang berbeda tergantung dengan kondisi daerah tempat tanaman sawi dibudidayakan.
Hal yang harus diperhatikan lebih adalah proses pemeliharaannya, karena tanpa pemeliharaan yang tepat tentunya hasil panen tidak akan sesuai dengan harapan.
Seorang tenaga pengajar di Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska RIAU dengan bidang keahlian Pemuliaan tanaman dan fisiologi tumbuhan. Semoga web ini bermanfaat.